4# Cerita Cinta Cisangkal

41 4 0
                                    

Apa yang ada di pikiranmu ketika pertama kali membaca judul Cerita Cinta Cisangkal? Mungkinkah kamu berpikir bahwa di Cisangkal ada kisah cinta yang terjadi? Kisah cinta dari dua insankah? Ah, sebenarnya ada. Kisah kekagumanku terhadap seseorang, tapi sepertinya tidak cocok aku ceritakan di bagian ini. Rasanya cerita cinta seperti itu sudah terlalu membosankan, sudah terlalu banyak orang yang mengisahkannya. Kali ini aku ingin menceritakan sebuah cerita cinta yang lebih dari sekadar cerita cinta. Cerita cinta yang terlalu rumit tapi ingin aku ceritakan, kenapa? Karena cinta di sini dibangun dengan luar biasa.

Ini kali kedua aku mengikuti Aksi Peduli, tahun kedua ini terasa berbeda dengan tahun lalu. Aksi Peduli merupakan rangkaian acara Rampes 2015, Ragem Macangkrama Pestival, sebuah event tahunan di daerah Garut. Salah satu rangkaian acara dari Rampes memberikan kesan tersendiri bagiku karena aku belajar banyak hal. Aksi Peduli kali ini sangat menguras tenaga, emosi, dan segala bentuk perasaan yang ada. Aksi Peduli yang kami jalani kurang lebih empat hari mungkin sangat singkat jika dibandingkan dengan Kuliah Kerja Nyata, namun meninggalkan kesan yang abadi diingatanku, diingatan kami. 

Aksi Peduli ini dilaksanakan oleh orang-orang keren yang datang dari beberapa universitas, bermodal keberanian dan tekad untuk mengabdi pada tanah kelahirannya, Garut tercinta. Ya, kegiatan kami dimulai dari rasa cinta. Kami semua tahu bahwa apa pun yang dimulai dengan rasa cinta maka hasilnya adalah wujud dari ketulusan. 

Empat hari di sana bukanlah hal yang mudah dijalani bagi kami, mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kampus-kampus ternama, kampus yang terletak di tengah-tengah kota. Kami dengan segala tekad datang ke tempat yang cukup jauh dari ingar bingar kota. Di sana jangan harap kamu akan menemukan mall besar sekelas Ramayana, BIP, Jatos, atau mungkin Paskal, bahkan pasar seramai Pasar Unpad pun akan sulit ditemui di sana. Cisangkal, di tempat itu, kamu tidak akan menemukan menjulangnya bangunan-bangunan apartment, yang ada hanyalah pepohonan rimbun. 

Bisa sampai ke daerah ini tidaklah mudah. Kami perlu menempuh waktu satu jam dari jalan utama menuju desa, satu jam yang amat melelahkan bagi supir mini bus dan amat menegangkan bagi penumpangnya. Kami harus melewati jalanan yang tidak terlihat seperti jalan. Batuan di jalan itu berukuran besar, tanahnya licin, jangan berharap menemukan jalan yang mulus. Pengemudinya harus mahir karena salah sedikit mobil yang kami tumpangi bisa masuk wahangan –sebuah jurang, atau paling tidak mini bus ini bisa jatuh ke sawah. 

Semua penghuni mobil ini sibuk dengan doa dan pegangannya masing-masing. Beruntunglah kami karena Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk tiba di sana dengan selamat. Meskipun dengan infrastruktur yang masih sangat minim, kami merasa takjub dengan pemandangan yang ada. Kabut, gunung yang terasa begitu dekat, dan terlebih lagi air terjun yang sempat kami lalui saat perjalanan, hal itu membuat rasa lelah kami terbayar. 

Hari pertama tiba di sana kami belum melakukan kegiatan apa pun karena terkendala cuaca dan semua panitia sudah merasa lelah dengan perjalanan yang dilalui. Pada malam hari kami berkumpul untuk makan, bercengkrama, saling mengenal lebih jauh, dan melakukan beberapa permainan. 

Hari kedua kegiatan kami mulai padat, ada yang melakukan fun learning di sekolah dasar, ada yang memperbaiki lapangan voli, dan tentu saja divisi konsumsi selalu siaga di dapur untuk memasak makanan sederhana yang luar biasa enak apalagi jika dinikmati bersama. Aku kebetulan ikut membantu di fun learning, bertemu dengan adik-adik manis. Adik-adik di sekolah dasar Cisangkal sangat menyenangkan, mereka jiwa-jiwa suci yang menggemaskan, sopan, ramah, rapi. Di antara mereka, meskipun ada yang sedikit nakal tapi hal itu masih sangat wajar dibandingkan dengan siswa-siswa sekolah dasar yang biasanya aku temui. Mereka masih jauh dari gadget, jiwanya masih benar anak-anak. 

Setelah kegiatan fun learning usai, kita pulang ke rumah inap. Waktu senggang yang masih tersisa banyak aku gunakan untuk pergi jalan-jalan bersama teman-temanku. Rasanya tidak sempurna perjalanan kami jika tidak bisa menikmati apa yang ada di desa ini. Kami mampir ke rumah salah satu guru sekolah dasar yang sempat bertemu di sekolah. Rumahnya cantik, rapi, minimalis dan sangat asri. Kami disambut baik di rumah ibu guru ini, segala makanan dikeluarkan, bahkan sampai tebu pun dicarikan padahal saat itu sedang hujan cukup deras. Ah luar biasa, sudah seperti keluarga. Kami bercerita tentang segala hal, bahkan kami disuruh menginap di sana. Cisangkal benar-benar memiliki warga yang ramah. 

LANGKAH KAKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang