Gelap,
ketika mata tertutup tapi hati terbuka, ketika mata terbuka tapi hati tertutup
Saat aku tak terbiasa merangkai kata, saat yang aku tahu bahwa cahaya itu hanya matahari, gelap hanya satu kata yang mengarahkanku pada ketiadaan cahaya. Kini? Gelap bisa kau definisikan sendiri. Words don’t mean, people mean – kata-kata tidak bermakna, oranglah yang memberi makna. Maka siapa pun berhak memaknai apa itu gelap, dengan kisah-kisah gelapnya.
Gelapku? Gelapku adalah sendiriku. Sendiri pada setiap masa, dan yang paling menakutkan, sendiriku di masa depan. Saat hanya ada aku dan amalku, saat hanya aku dalam sepetak tanah menunggu dimensi waktu yang lain.
Gelapku di masa lalu –mungkin juga di masa kini, mungkin juga masih tak bisa kulepaskan di masa depan –adalah adanya sisi gelap dalam diri. Keegoisanku, perilaku burukku, negatifnya pikiranku, benciku, dendamku, kata-kataku, bahkan tubuhku, mungkin pernah berada dalam gelap. Setiap manusia memiliki sisi gelapnya, tak bisa disangkal. Kita tak diberi kemampuan untuk menghilangkannya, kita hanya mampu mengendalikannya.
Gelap itu, saat ini aku pun merasakannya. Gelap di mana hari-hariku tidak lagi sepenuhnya berisi tentang dia. Semuanya terasa gelap, tak secerah biasanya. Berlebihan, maaf, aku belum tahu bagaimana caranya mengendalikan rasa rindu hingga segalanya berubah menjadi gelap. Iya, aku tahu, segala sesuatu memiliki dimensinya, Kami hanya belum pernah benar-benar ada dalam satu dimensi waktu. Sayangnya.
Pun, rindu pada seseorang yang masih dalam angan, yang masih abstrak wujudnya, adalah gelap. Gelap yang kadang kau takutkan, gelap yang kau nantikan, gelap yang masih jadi pertanyaan. Berharap gelap segera menemukan cahayanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGKAH KAKI
Historia CortaLangkah kakiku adalah langkah kaki yang bertelanjang, menginjak segala sesuatu yang dihamparkan tanah tanpa terkecuali. Langkah kakiku menapaki ruang yang tak berbatas, memasuki ribuan lorong waktu. Langkah kakiku menghasilkan berbagai kisah yang pa...