Part 2

1.5K 71 24
                                    


Namakamu pov's on

Aku mendengus setelah duduk di bangku yang sudah Chila pilihkan. Aku hanya menopang dagu menggunakan kedua tanganku sambil menunggu Chila memesan makanan.

Ternyata Chila mengajakku ke kantin. Katanya ia belum sarapan dan ia butuh teman untuk menemaninya sarapan.

Beberapa saat datanglah Chila membawa makanan dan dua minuman. Karena tadi aku sudah sarapan di rumah alhasil aku hanya memesan minuman saja pada Chila.

Chila langsung duduk manis di tempat dan melahap makanannya. Lucu sekali Chila, apalagi dengan moon face nya.

Ditengah asiknya Chila melahap makanannya dan aku juga yang sedang menyedot minumanku, datanglah Putra dengan tingkah kejahilannya.

brak!!

"Yooo wasap gaes!!! (Namakamu) kok gak makan?" teriak Putra bernada berteriak. Tidak hanya aku dan Chila yang kaget, tapi orang-orang di samping kami juga.

"Anjir!"

plakk!!

"Aduhh.."

"Put lo ga rese, bisa? Bikin orang keselek aja!" ketusku pada Putra.

Putra hanya nyengir kuda sambil mengelus lengan yang baru saja aku pukul. Kalau untuk memukul lengan seseorang aku memang agak jago, selebihnya agak tega hehe.

"Dih bilang aja jantungan liat gue" dengan gaya pede menaik turunkan alisnya, Putra tambah menyebalkan kalau begitu.

"Gausah sok ganteng lo!" ketus Chila sudah siap mau melempar garpu ke arah wajah Putra.

"Eh jangan! Ntar gue gak ganteng lagi!" ujar Putra lalu pergi meninggalkanku dan Chila.

"Kesel gue sama dia!"

"Apalagi gue! Mana ntar pulbar sama dia lagi!"

"Ati-ati lo! Salah-salah lo dikatain pho diantara Putra sama Naya"

"Terus gue gimana dong?"

"Gausah deket-deket sama Putra lah"

"Dih gimana gak deket! Dia temen kakak gue, kalo lagi ngumpul pasti tidur di rumah gue, ditambah kalo besoknya sekolah pasti dia nebeng gue, pulangnya juga gitu"

"Putra itu temennya banyak, ngapain lo mau ditebengin dia?"

"Oh iya, kok gue gak kepikiran kesana ya?"

"Lo mikirin apaansih, cowok aja gak punya wkwkwk"

Tanpaku dan Chila sadari, ada seseorang yang hatinya sudah panas. Ia jadi ingin bikin perhitungan denganku dan Chila, mungkin begitulah arti dari tatapan tak mengenakannya. Tapi ia urungkan karena ini di kantin dan banyak orang.

Dia pun pergi seiring perginya aku dan Chila dari kantin. Ya, kami berdua sudah selesai makan kali ini.

Tiba-tiba dari arah berlawanan ia sengaja menabrak pundakku keras.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang