Part 44

892 52 23
                                    


¤

Kenanglah aku sebagai bagian dari hidupmu yang pernah singgah meski cuma sementara waktu. Kisahku memang tidak panjang, namun cukup membawa cerita tersendiri..

Aca - (NamaKamu)

¤

Usai makan di warung bakso, Naya mengajak Putra ke sebuah taman tidak jauh dari apartemen yang Naya tinggali. Meski udara masih agak panas, namun mereka berdua tidak menghiraukannya.

Rafly? Dia malah jalan-jalan dengan Umar. Entah kemana yang penting anak itu tidak mengganggu acara Putra dengan Naya.

"Nay.." panggil Putra.

Putra ingin mengungkapkan sesuatu, jadi sebisa mungkin dia harus mengalihkan perhatian Naya dari Hp nya.

Naya pun menoleh sambil mengangkat satu alisnya.

Putra paham jika sudah seperti itu. Artinya Naya sedang bertanya tanpa bersuara.

"Sorry kalo gue nyusul lo kesini tanpa ngomong dulu" mereka saling tatap.

Naya tersenyum "gapapa, gue malah seneng lo kesini"

"Gue sebenernya..."

Putra sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Naya yang awalnya masih setia tersenyum jadi kehilangan senyumnya.

Sesuatu yang ingin Putra katakan, mengenai hati atau lainnya. Kalau bukan karena hal itu penting, tidak mungkin Putra menyusul Naya ke Bekasi.

"Umar beneran sodara lo?" aneh saja jika tiba-tiba Putra bertanya ini dan tidak ada kaitannya dengan hatinya.

"Iya, kenapa?"

Putra diam dulu sebelum dia benar-benar mengungkapkan apa yang mesti Naya tahu dari Putra.

Namun cara diam Putra yang sambil melihat sekeliling, membuat Naya tidak sabar akan kalimat apa yang bakal keluar dari mulut Putra.

"Emang kenapa?" tanya Naya lagi.

Putra pun menoleh pada Naya lagi. "Ada orang ngirim gue foto lo sama Umar, itu alasan gue nyamperin lo kesini"

Senyum Naya berubah jadi tawa yang menggelegar, Putra cuma diam karena pada akhirnya dia tahu siapa Umar untuk Naya.

Ini cuma tentang kemarin ketika ada satu notif masuk dalam Hp Putra, dan tidak tahu itu nomor WhatsApp siapa. Dalam pesan itu cuma terkirim sebuah foto, dimana foto Naya dan seorang laki-laki terpampang nyata.

Hati Putra bersorak, dia tidak terima jika Naya sudah menemukan pengganti dirinya. Yang notabene Putra masih sayang sama Naya.

Dan rasa sayang itu ada diantara mereka berdua, hanya status saja yang belum terlihat jelas pada mereka.

"Jangan bilang lo cembokur?" ucap Naya sambil menepuk lengan Putra.

"Menurut lo!" ketus Putra namun Naya masih tertawa.

"Sekarang udah jelas kan? Umar sepupu gue lo gak perlu mikir aneh-aneh lagi kan"

"Coba gue gak kesini gak bakal tau jawabannya"

Naya menghela nafas setelah tawanya sirna. Jika benar ini cemburu, berarti bukan cuma Naya yang cemburu ketika Putra dekat dengan gadis lain  selain Naya.

"Gue udah gak ada hak buat larang lo deket sama cewek manapun. Kalo niat lo baik pengen temenan ngapain gue larang, ngapain gue gasuka? Itu kan hak lo Put" jelas Naya.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang