Part 1

2.5K 91 6
                                    




"Ngapain lo nyuruh gue kesini?"

Aca menatap gamang teman sekaligus musuhnya ini. Harusnya dia sudah pulang sekolah sejak tadi. Tapi karena Rafi menyuruhnya untuk menemui dirinya di kantin, alhasil Aca pun menemui Rafi sendirian.

Disitu Rafi juga terlihat sendirian. Karena Rafi telah menyuruh teman-temannya pulang duluan.

"Gue masih ada urusan sama lo! Soal taruhan!" ujar Rafi santai.

Aca mendecih. Haruskah ia bertaruh lagi dengan Rafi? Apa tak ada kata damai diantara mereka? Apa mereka tidak takut masuk BP lagi lalu orang tuanya dipanggil ke sekolah?

Bukan Aca dan Rafi namanya jika menolak taruhan. Mereka akan tetap bertaruh meski salah satu bakal kalah.

"Mau apa lagi?" tanya Aca menantang.

Rafi memandang tingkah Aca yang sok itu, ia tak takut dengan apapun yang berhubungan dengan Aca. "Kita taruhan!" kata Rafi kemudian.

"Oke! Asal gak pake acara masuk BP!"

Rafi mengangguk. Ia juga risih keluar masuk BP, orang tua dipanggil, bahkan hukuman skorsing.

"Taruhan?" tanya Aca yang kini sudah duduk di salah satu bangku kantin.

"Lo liat cewek itu!" Rafi menunjuk ke arah tengah lapangan dimana disana ada empat siswi yang berjalan sambil bergurau asik.

Aca menyipitkan matanya, mencoba memperjelas pandangannya. Sedetik, dua detik, tiga detik barulah Aca tahu siapa mereka yang Rafi tunjuk.

"Kenapa?"

"Kita taruhan, dapetin salah satu dari mereka!"

Aca tertawa renyah membuat Rafi geli memandang Aca yang diajak taruhan dapetin cewek malah tertawa.

"Boy! Mereka itu berempat! Lo bisa dapetin ketiganya dan gue dapetin salah satunya! Atau gue dapet tiga dan lo yang dapet satu! Ga usah pake taruhan! Kecil itu mah!"

Aca masih terkekeh. Rafi memutar bola mata. Bukan begitu maksud Rafi. Tapi mendapatkan salah satu saja bukan keempat-empatnya.

"Ajeng bukan yang lainnya"

Sekarang barulah Aca mengerti siapa yang jadi bahan taruhan mereka selanjutnya.

Aca melihat kembali kearah gadis-gadis yang tadi ditunjuk Rafi. Dari jauh Aca juga belum tahu mana yang namanya Ajeng. Jika Rafi mengatakan yang paling cantik, mereka berempat cantik kok.

"Yang mana?" tanya Aca polosnya.

Rafi merogoh ponselnya lalu memperlihatkan sebuah foto kepada Aca. "Ini orangnya!" Aca mengeryit menatap foto itu.

Kalo dipikir dia lebih cocok sama Rafi.

Barulah Aca mengangguk mengerti. Rafi kemudian menyimpan ponselnya lagi.

"Kalo lo yang menang, pacarin dia! Tapi kalo gue yang menang, gak usah sok-sokan jadi most wanted di sekolah kalo gak bisa jadi pacar Ajeng!"

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang