Part 37

682 59 20
                                    


"Jangan pergi!" cegah Aca.

Gadis itu terdiam karena Aca mencegahnya untuk tidak pergi. Dia diam di tempat, berharap Aca akan mendekati dirinya dan membalikkan tubuhnya.

Namun Aca hanya mendekat saja.

"Lo selalu senyum sama gue, tapi gue gak pernah tau siapa lo" kata Aca.

Gadis itupun dengan sendirinya membalikkan tubuhnya dan menatap Aca.

Dia tersenyum lagi. Dengan senyum itu dia mengisyaratkan agar Aca mengingat gadis itu pertama kali karena senyumannya.

"Cari tau gue pertama dari cara gue senyum sama lo" ungkap gadis itu sambil senyum lagi.

"Gue udah nemu tapi gue gak yakin" kata Aca.

Aca masih samar guna melihat wajah gadis di depannya ini. Padahal cuma bertaut jarak dua langkah tapi Aca tidak bisa melihat jelas wajah gadis ini.

Cuma senyuman itu yang Aca bisa jelas melihatnya. Aneh!

"Yakin aja"

"Kenapa sih lo gak ngomong aja sama gue, lo itu siapa" kesal Aca.

"Nanti kalo lo udah tau gue lo bakal inget semuanya satu-satu"

"Maksudnya?"

Gadis itu menggenggam lembut satu tangan Aca. Sentuhan begitu familiar untuk Aca. Tapi Aca tidak mengerti, ini apa.

"Amnesia" kata gadis ini.

"Hah!"

"Lo lupa sama gue, sama temen-temen. Lo pergi pas gue buka mata. Gue yang udah buat lo amnesia. Gue gak mau pas lo tau soal gue, lo bakal benci gue"

Kedua mata gadis ini sudah berlinangan air mata. Tapi Aca semakin bingung dibuatnya.

"Gue gak akan benci lo asal lo bilang, lo itu siapa" lembut suara Aca menenangkan gadis ini.

"Gue gak pernah jauh dari lo"

"Gue gak ngerti" kata Aca.

"Cinta!"

Aca melongo sekarang. Gadis itu tersenyum lagi lalu menyentuh rambut Aca di bagian dahinya. Aca menutup mata.

Dan ketika Aca membuka mata, gadis itu menghilang. Tanpa pesan atau pamit.

Di tempat itu hanya tinggal Aca sendirian. Percuma saja dia akan berteriak memanggil gadis itu, toh dia sudah menghilang meninggalkan teka-teki untuk Aca.

"Aca! Bangun! Udah siang kamu gak ke sekolah?"

Aca mengucek-ucek matanya. Suara lembut khas mamanya terdengar begitu saja. Belum lagi tubuhnya yang digoyang-goyangkan mamanya. Dan itu juga mengakhiri mimpi Aca tentang gadis itu.

Setengah sadar Aca bertanya "Jam berapa ma?"

"Jam enam! Buruan mandi!" jawab mamanya.

Aca bergegas dari tempat tidurnya. Dia tidak lagi menggubris mamanya yang tengah membereskan tempat tidurnya.

Andai pagi tidak menjemput secepat itu, Aca pasti masih berada di alam mimpinya sambil kebingungan mencari gadis itu.

Ah meskipun bingung tapi lama-lama Aca juga akan tau.

______

Hari ini seluruh kegiatan MPLS dan semacamnya sudah usai. Banyak anak-anak kelas sepuluh yang masih malu-malu masuk ke lingkungan sekolah. Apalagi di depan gerbang mereka sudah si sambut oleh beberapa anggota OSIS yang kemarin sudah sukses membawa acara MPLS sekolah dengan baiknya.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang