Part 42

661 53 13
                                    


Aca menatap satu per satu barang-barang yang berserakan diatas lantai kamarnya. Sore ini kepalanya tidak merasakan apa-apa seperti hari-hari lalu jika dia mengamati sebuah foto yang dia tidak tahu siapa orang-orang dalam foto itu.

Banyaknya benda yang berserakan itu, bahkan lebih banyak foto-foto berbingkai lucu. Dan Aca menemukan satu bingkai foto dengan warna bingkai pink. Aca sempat khawatir akan dirinya, apa dia pernah se-alay itu hingga pernah menyukai warna pink?

Tapi yang jadi pertanyaan, mengapa ada (Nk) dalam foto itu, berdua dengan dirinya?

Dan beberapa foto lagi.

Ada Putra, yang menurut Aca dia adalah bocah tengil sok akrab kepada dirinya padahal baru pertama bertemu. Lalu Bryan si cowok blasteran dengan wajah es kutubnya, lalu Rafly yang katanya ramah dan humble kepada banyak teman dan Revo si OSIS yang waktu itu kata mamanya dia adalah anak temen mamanya.

Aca tidak mengerti dengan semua itu. Bahkan baju dinasnya kalau sedang main basket. Padahal tempo hari dia pernah berniat main basket di halaman rumahnya, dia lemparkan bola itu tapi gagal masuk ring. Dan Aca terkena bola itu, anehnya Aca jadi takut akan bola berukuran segede bola basket.

Tapi beberapa foto lagi terlihat dirinya sedang berada di tengah lapangan bersama Bryan, Putra, Rafly dan Revo dengan mengenakan kaos basket yang sama.

Juga ada satu foto, dimana ada mereka berlima ditambah Chila disana.

Aca kembali menatap lekat ke arah foto dirinya dan (Nk). Mengamati sejenak agar dia ingat sesuatu perihal dia dan (Nk).

Namun yang Aca ingat cuma satu, gadis dalam mimpinya itu.

"Cinta?" ucap Aca mulai menemukan sesuatu.

"Cewek itu bilang dia cinta?" kata Aca berikutnya.

Tidak peduli dengan celana bokser yang dia kenakan beserta kaos oblongnya, Aca bergegas mengambil jaketnya lalu keluar dari kamarnya.

Dia ingin menemui seseorang.

"Mau kemana kamu?" tanya mamanya saat berpapasan dengan mamanya di ruang tamu.

"Aku mau nemui cinta ma!" raut wajah mama Aca berubah.

"Cinta?"

"Cewek yang pernah aku ceritain sama mama, dia temen aku dan dia juga cewek dalam mimpi aku"

"Sejak sepulang sekolah sampai sekarang kamu belum tidur, kok bisa tau kalo cewek dalam mimpi kamu itu cinta temen kamu itu?" sungguh mamanya Aca dibuat heran oleh tingkah Aca.

"Hati aku yang bilang! Aca pergi dulu ma, assalamualaikum" pamit Aca kemudian.

Rie, mama Aca. Dia cuma geleng-geleng kepala mendengar perkataan Aca. Anak muda memang sering menggunakan hati sebagai alasan.

Tapi Rie tidak mencegah, Aca sudah lumayan hafal dengan daerah sekitar rumah dan beberapa jalan lainnya. Rie yakin Aca tidak akan kesasar.

Tapi Rie baru mengingat sesuatu.

"Ya ampun.." Rie menepuk jidatnya sendiri.

"Cinta kan (Nk) dan (Nk) rumahnya jauh dari sini! Itu anak kalo kesasar gimana Ya Allah? Mana bikin yang gituan susah lagi" gerutu Rie sendiri.

"Lanjutkan perjuanganmu nak, mama nunggu kamu di rumah" kata Rie sambil memeluk pintu dan menatap pagar yang terbuka setengah karena Aca yang membukanya.

♧♧♧

Kondisi taman yang begitu tenang sore ini, membuat gadis berusia tujuh belas tahun sangat menikmatinya. Ditambah dengan keadaan dirinya yang tengah sendirian. Entah angin apa yang membuat dia menyukai hawa kedamaian baru-baru ini. Padahal dia termasuk gadis yang menyukai keramaian dan kondisi riuh suatu tempat.

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang