Dengan cekatan, Neora memeriksa Via. Saat Via di periksa, Zaell lah yang menggendong Refal yang masih nyenyak dalam tidur nya. Setelah selesai di periksa Neora, Via di pindahkan ke ruang rawat inap. Mendengar hal itu Zaell kaget, perasaan tadi badan nya hanya panas begitu lah pikir nya.
"Kenapa harus di pindahin, Bun?" tanya nya pada Neora yang kini mendorong kursi roda yang dimana Via ada di tas nya dan fakta lain nya adalah gadis itu tertidur atau pingsan.
"Lambung nya, Bang. Dia kayak nya ngga makan dari sore" jawab Neora.
"Yaudah sini biar Abang yang dorong" ucap Zaell kemudian mengambil alih pegangan kursi roda tersebut lalu mendorong nya, setelah ia kasih Refal pada Bunda nya.
"Nanti kalo dia bangun kasih air hangat ya, Bang. Bunda juga ngga bisa lama-lama nunggu di ruangan Vivi" pesan Neora setelah sampai di depan pintu salah satu kamar rawat inap pasien di A.G Hospital.
"Iya Bun..."
Tak lama datang tiga orang suster yang membantu membukakan pintu, salah satu dari mereka menggendong Refal karena Neora harus pergi sekarang karena sudah jadwal nya memeriksa pasien.
"Biar saya yang angkat" ucap Zaell dengan nada datar nya kepada tiga orang suster. Perlahan Zaell mulai mengangkat Via kemudian meletakkan nya diatas tempat tidur dengan hati-hati, jujur itu sangat sulit karena infus yang menghalangi tubuh Zaell.
Setelah di letakkan diatas tempat tidur, suster yang tadi menggendong Refal langsung meletakkan bayi laki-laki itu di smping Via kemudian merapikan selimut dan memindahkan infus ke tempat biasa. "Thanks" satu kata dari Zaell buat suster-suster tersebut.
"Iya... Sama-sama" jawab salah satu dari mereka dengan senyuman yang menurut Zaell itu senyum kurbel.
Sebelum ketiga nya keluar, Zaell sempat mendengar mereka tengah membicarakan dirinya.
"Itu tadi anak nya Dokter Neora, bukan?"
"Hm.. Iya mungkin. Dokter Neora aja cantik gimana anak nya"
"Jadi itu tadi masa iya istri nya yang di angkat sama dia tadi"
"Kok bisa mikir gitu?"
"Soal nya tadi aku kan yang gendong bayi nya"
"Hah!? Bayi?"
"Iya, bayi mereka deh kayak nya"
"Ekhm! Ini masih kamar pasien. Bisa keluar?" suara Zaell yang berat juga terdengar sangat datar itu membuat tiga suster tadi langsung melihat kearah cowok itu.
"M-maaf. Kami keluar dulu, permisi" ucap salah satu dari mereka lalu benar-benar meninggalkan kamar Via.
"Ngga capek apa mulut nya gosipin orang mulu" gumam Zaell yang kesal. Cowok itu menghidupkan layar ponsel nya lalu membuka kontak kemudian mencari nama kembaran nya itu di daftar kontak.
"Hm. Apa?"
Suara Zaxell terdengar di sebrang sana, sepertinya kembaran nya itu tengah berada di luar rumah, buktinya ada suara angin begitu.
"Lagi sama Qai?"
"Iya. Kenapa?"
"Bilang. Via masuk rumah sakit"
"Bentar!"
"Qai, Via masuk rumah sakit kata Zaell""Ck, matiin dulu kek" gumam Zaell. Ia merasa mempunyai kembaran paling bego sedunia.
"Hah!? Via... Via kok bisa!?"
"Woi Za!! Lo ngga maen-maen ya kan sama gue!? Awas lo maen-maen---""Datang ke A.G kalo ga percaya"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of a Badgirls [END]
Random[Follow dulu baru baca, terima kasih] Kisah tentang seorang gadis remaja yang harus melewati pahit nya kehidupan dan hubungan percintaan dengan sebuah senyuman yang tulus. -The Story of a Badgirls