[28] Permintaan Bunda

2K 70 0
                                    

Setelah kejadian siang tadi di ruang dance, Zaell semakin bingung dengan perasaan nya sendiri. Sebelumnya, cowok itu tidak pernah merasakan hal tidak jelas seperti ini. Cowok itu berdiri di pinggiran balkon kamar nya, di pandangi nya kota besar yang terang ini. Karena perumahan Zaell sangat dekat dengan jalanan kota jadinya cowok itu bisa langsung melihat pemandangan yang belum tentu siapa saja bisa lihat.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" suruh Zaell dari dalam.

"Abang..." panggil sang Bunda membuat Zaell terkejut setengah mati, pasal nya cowok itu tadi menyuruh masuk dengan nada tidak sopan.

"Bun.. Maaf" kata Zaell yang langsung datang ke Bunda-nya.

"Eh? Emang kenapa?" tanya Neora tak mengerti.

"Ngga. Tadi... Sedikit kasar waktu nyuruh masuk" jujur Zaell.

"Oh.. Ngga papa. Lain kali jangan di ulangi, ya?"

"Iya Bun..."

"Bunda ada perlu apa?" tanya Zaell.

"Engga. Bunda cuma mau bilang kalau besok Bunda udah sibuk di rumah sakit jadi tolong perhatiin Zaxell sama Adek ya? Kak Queen juga jangan lupa" titah sang Bunda.

Raut wajah Zaell seketika berubah. Ia paling tidak suka ketika Bunda nya harus berkerja. "Kenapa sibuk Bun?" tanya Zaell dengan nada dingin.

Neora sadar perubahan sikap Zaell, Ibu dengan tiga anak itu menghela napas nya. "Penyakit DBD ada dimana-mana dan Bunda bersyukur semua pasien di bawa ke rumah sakit Bunda--"

"Tapi Bunda nya yang capek!"

"Abang.. Bunda sama sekali ngga merasa capek kalo Bunda harus selamatin nyawa orang karena ini juga pekerjaan Bunda ya Bunda juga harus tanggung jawab"

"Bun..."

"Bunda tau ya Abang ngga suka kalo Bunda kerja. Tapi ini udah kewajiban Bunda"

"Bunda tau kan kalo Papa juga udah ngelarang Bunda kerja, kenapa sekarang kerja lagi?" tanya Zaell sambil menatap Bunda nya tajam.

"Karena Bunda serius mau jadi dokter. Bunda sekolah bahkan sampe ngga habis-habis nya buat satu cita-cita Bunda, Bunda seneng karena Bunda bisa bantu orang lain, Bunda niat banget buat jadi dokter. Itu yang selama ini Bunda pikirin, Bunda ngga bisa tinggalin yang udah selama beberapa tahun lebih Bunda kejar tiba-tiba lepas gitu aja"

"Tapi ini untuk kebaikan Bunda!!" kali ini Zaell membentak Bunda nya sendiri.

Brak!

"Heh lo! Keluar!!" kata Queen yang penuh emosi.

"Apa? Gue cuma mau Bunda ngga kerja lagi, salah!?" jawab Zaell yang sama emosi nya.

"Lo mikir pake otak!! Dia Bunda lo kenapa coba lo harus ngebentak Bunda lo sendiri!?"

"Udah!!"
"Ngga perlu berantem. Jangan kayak anak kecil, Bunda tau kalian udah dewasa jadi selesaiin baik-baik" setelah itu Bunda pergi kembali menuju kamar nya yang ada di bawah.

"See? Lo kelewat durhaka gue rasa sebagai anak!" kata Queen setelah itu langsung menyusul Bunda ke kamar namun Bunda sudah tidak ada lagi. Terdengar suara mobil yang baru saja keluar dari pintu gerbang yang Queen tau itu mobil mommy nya.

Di lain tempat, Via sedang duduk sendiri sambil memainkan Hp nya. Gadis itu kaget ketika melihat wanita yang sama yang di lihatnya waktu pergi ke rumah Zaell. Bunda Neora, batin nya.

"M-malam Tan.." sapa Via, sejujurnya gadis itu ingin berbincang-bincang lebih banyak dengan Bunda nya Zaell namun ia masih ragu.

"Jangan Tante, kan udah di bilang panggil nya 'Bunda" kata Neora lembut dengan senyuman.

"I-iya Bun.." jawab Via pelan.

"Vivi kenapa disini? Udah jam sepuluh padahal" kata Bunda basa-basi.

"Udah biasa kek gini" jawab gadis itu.
"Bunda kenapa disini?" tanya Via setelah itu. Wait! Ini kok aksen gue lancar waktu nyebut kata Bunda? Batin nya.

"Bunda ada shift  malam tapi kesini dulu buat nenangin pikiran" jawab Neora jujur.

"Ohh..."

"Zaell itu orang baik sebenernya, Vi. Bunda juga tau itu" kata Bunda tiba-tiba yang membuat Via tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

"Maksud Bunda?"

"Bunda cuma mau cerita sedikit tentang Zaell" jawab Bunda yang kini menatap kearah luar jendela, pernah di bilang kan kalau Via suka di dekat jendela.

"Ohhh..." jawab Via canggung yang sebenernya dia ga tau mau jawab apa.

"Dulu waktu Zaell umur tujuh tahun, dia itu ngga sedingin sekarang. Dia anak Bunda yang kalem, baik, ramah, lucu, periang deh pokoknya. Tapi waktu Bunda denger temen nya meninggal, disitu Bunda liat perubahan sikap dari Zaell, dia lebih diem dan ga banyak bicara dari yang sebelum nya. Semenjak itu juga sikap dia ke Bunda kayak posesif gitu, Bunda ga di kasih keluar rumah lama-lama, ga di kasih pergi pokoknya dan dia juga ngelarang Bunda buat kerja lagi jadi dokter"

"Kenapa.. Gitu?" tanya Via yang mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.

"Bunda ga tau, sama sekali ga tau. Bunda udah nurutin permintaan dia sampe dia injak umur sepuluh tahun karena Bunda juga ga mau apa yang dulu Bunda kejar harus berhenti tengah jalan, percaya sama Bunda itu ga enak. Setelah itu kami sedikit ada cek-cok waktu Bunda pamit ke dia untuk kerja lagi yang akhirnya di bolehin dengan syarat Bunda harus kabarin Zaell sesibuk apapun dan Bunda setuju, Papa nya Zaell juga ga setuju dari awal kalau Bunda jadi dokter, bukan ga setuju cuma ga mau Bunda terlalu banyak beban kata Papa Zaell tugas dokter aja berat gimana tugas rumah jadi karna itu Bunda ga di kasih kerja lagi"

"Terus Bun?"

"Tadi, baru aja. Bunda pamit kek biasa sama Zaell tapi kali ini beda, Zaell aneh" kata Neora sambil mengingat kejadian tadi.

"Aneh gimana nya Bun?" entah kenapa sekarang Via jadi sangat penasaran.

"Bunda juga gatau karena apa. Tapi satu hal yang Bunda tangkap, dia lagi ada masalah"

Masalah apaan dah tuh curut, yang ada gue yang dia bikin sampe galau berat gini batin Via.

"Jadi Bunda boleh minta tolong ga? Bunda tau cuma Vivi yang bisa ngerti Zaell" kata Bunda tulus.

"K-kok Vivi, Bun?"

"Karena dari cara Zaell liat Vivi, itu kayak kalian udah pernah ketemu cuma Vivi nya yang ilang sampe kalian di pertemukan lagi"

"Ng-nggak Bun.. V-vivi sama sekali belom pernah ketemu Zaell waktu dulu" jujur Via. Karena memang benar.

"Entah ya Vi. Bunda rasa aja kek gitu, jadi mau bantuin Bunda ga?"

"Boleh..."

"Deket terus ya sama Zaell, selalu ada di samping dia terus. Bunda tau Zaell kesepian ga ada Bunda kalo Bunda lagi kerja apa lagi Papa nya juga jarang di rumah ya kalo di rumah sama laptop, mungkin kalo ada Vivi, Zaell nya ga ngerasa kesepian"

"T-tapi Bun..."

"Bunda tau Vivi bisa lakuin apa yang Bunda minta, udah dulu ya? Bunda harus ke rumah sakit udah lewat jam soal nya, duluan Vi..." bunda berlalu begitu saja meninggalkan Via yang masih tidak bergerak.

Jadi Bunda nyuruh gue buat selalu ada di samping Zaell kan? Emang gue sanggup? Batin Via sebelum gadis itu menutup mata nya dengan kedua tangan nya lalu menangis mengingat kejadian kemarin dimana Zaell menyalahkan dirinya atas kematian Kakak tirinya atau wanita yang sangat di cintai oleh Zaell.

TBC

Smoga suka:*

Kjexeonjk

The Story of a Badgirls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang