[31] Kita Beda?

1.9K 67 0
                                    

"Vi... Siapa?" tanya Qaissa yang melihat seorang laki-laki pingsan di bahu Via.

"Raza" entah kenapa Via bilang kalau nama Zaell itu Raza.

"Raza... Zaell!?" pekik Qaissa saat sadar bahwa orang itu adalah Zaell, kembaran kekasih nya.

"Minggir" ucap Via dengan nada kecil.

Qaissa pun menyingkir sedikit kerah kanan, memberi cela Via yang membantu tubuh Zaell untuk berjalan. Saat gadis itu hendak menutup pintu gerbang, ternyata di depan sana ada kekasih nya yang tak kalah buruk keadaan nya dari pada Zaell.

"Yaampun Xell!!" pekik nya saat melihat darah sudah mengalir dari hidung kekasih nya.

"Masuk!" suruh nya garang. Entah kenapa pun tidak tau.

Saat di dalam rumah. Via membaringkan tubuh Zaell di sofa yang besar yang ada di ruang keluarga, selain besar sofa tersebut juga nyaman dan empuk. Gadis itu pergi untuk mengambil kotak obat sebentar dan juga air putih hangat untuk Zaell. Saat kembali, mata cowok itu masih tertutup dengan deru nafas yang teratur, Via mulai mengambil beberapa kapas untuk membersihkan darah yang ada di wajah Zaell lalu setelah bersih, Via membersihkan kembali dengan kapas yang di celupkan air sedikit agar bekas nya juga ikut hilang lalu setelah itu baru mengoleskan obat merah di luka-luka nya. Saat Via menghadap ke belakang untuk mengambil kapas lagi, tiba-tiba tangan Zaell menahan tangan kiri milik Via yang masih menekan kapas di dahi cowok itu.

Deg.

Tubuh Via menegang seketika, kejadian disaat ia memohon kepada Zaell terulang kembali. Via perlahan menghadap kearah Zaell sepenuh nya lalu di lihatnya cowok itu sedang berusaha duduk dan Via berniat untuk membantu nya namun genggaman tangan Zaell cukup kuat sehingga ia hanya bisa diam. Saat Zaell sudah benar-benar duduk, cowok itu menghentakkan tangan Via seperti menarik gadis itu untuk duduk di samping nya dan Via pun nurut, gadis itu duduk di samping Zaell dan tak lama ia rasakan bahu sebelah kiri nya terasa begitu berat dan yang benar saja, Zaell bersender pada bahu nya dengan tangan kanan yang masih menggenggam tangan kiri nya.

"Za, lo apasih! Minggir deh!!" suruh Via sambil berusaha mendorong Zaell namun posisi Zaell tidak berubah sedikit pun.

"Biarin kek gini. Gue mau lo jadi Bunda bentar aja" kata Zaell dengan suara serak nya, wajar karena cowok itu baru bangun dari pingsan nya.

Di sisi lain, Qaissa dan Zaxell melihat kejadian itu dari awal sampai akhir. "Kita disini aja ga papa ya? Aku takut ganggu Via. Aku seneng kalo dia gini terus sama Zaell, kan jarang ya ga?" kata nya pada Zaxell.

"Yaudah sini tidur!" suruh Zaxell sambil menepuk-nepuk bantal sofa yang ada di samping nya.

"Dosa!!" tolak Qaissa dengan alasan tersebut.

"Ga!" tanpa aba-aba Zaxell langsung menarik tangan Qaissa dan alhasil Qaissa berbaring di samping Zaxell kemudian mereka sama-sama menutup mata mereka.

<<>>

03.00

Jam di Hp Via menunjukkan pukul tiga pagi. Kenapa gadis itu bisa tau? Karena dari semalam gadis itu tidak bisa tidur, pikiran nya kacau bahkan ia saja tidak teringat bahwa ia harus bangun pagi untuk sekolah dan itu semua karena Zaell. Ya, Zaell.

"Nghh"

Via reflek melihat ke arah Zaell yang menarik diri nya dari bahu Via, "Jam?" tanya nya.

"Tiga pagi" jawab Via seadanya.

"Ck!" waktu bangun saja Zaell sempat untuk mengeluarkan decakan bagaimana jika tidak tidur.

Cowok itu turun dari sofa sehingga membuat Zaell terduduk di karpet, setelah itu cowok itu menempatkan Via seperti posisi tidur. "Tidur. Gue tau lo ga tidur dari malem" setelah itu Zaell menutup mata nya kembali.

The Story of a Badgirls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang