Laki-laki dengan kaos hitam itu menoleh ketika mendengar pintu kamar terbuka.
Ada dua orang perempuan yang masuk.
Bambam yang semula duduk sontak berdiri dan berjalan menghampiri, ia menghadang langkah Jennie dan Rose.
"Mau apa kalian?" Bambam langsung terlihat sinis, "Lo nggak denger Jen kemarin gue bilang apa?"
"Bam, gue cuma mau jenguk Lisa," Jawab Jennie.
"Nggak perlu, Lisa tanpa kalian juga bakal sembuh,"
"Kok lo masih sinis aja sih sama gue," Kata Jennie, "Gue datang kesini bukan nyari ribut,"
Rose yang tidak tau apa-apa merasa bingung.
"Tapi gue nggak suka kalian ketemu Lisa,"
"Kak," Kali ini Rose bersuara, "Aku nggak tau permasalahan apa yang udah terjadi diantara kalian, tapi intinya aku sama Kak Jennie datang kesini benar-benar pingin lihat kondisi Lisa,"
"Gue nggak peduli mau niat lo apa, intinya sekarang lo berdua keluar," Nada suaranya sedikit meninggi, "Keluar gue bilang!"
"Bam," Terdengar suara lirih memanggil laki-laki tinggi yang berdiri mengenakan pakaian serba hitam.
Tiga orang yang sedang berdiri didekat pintu itu sontak menoleh.
"Lis," Bambam seketika melangkah menghampiri perempuan yang berbaring dengan beberapa perban di tubuhnya dan selang infus di tangannya, "Kenapa Lis? Ada yang sakit? Gue panggilin dokter ya?"
"Jen," Lisa memanggil Jennie yang berdiri disisi kanan tempat tidurnya.
"Gimana keadaan lo?" Tanya Jennie dengan pelan.
Lisa tersenyum. Banyak luka yang terlihat di wajahnya. Pelipis yang diperban, kelopak mata yang bengkak, dan lebam-lebam di pipi serta dagunya.
Miris melihatnya.
Jennie meneteskan air matanya, ia menyentuh jemari Lisa dan menggenggamnya.
"Maaf," Ucapnya pelan.
Rose yang berada di sebelah kakaknya juga tak kuasa menahan air mata yang mengalir.
"Maaf selama ini gue udah jahat sama lo," Kata Jennie, "Maaf udah bikin hidup lo kesiksa selama ini Lis,"
"Gue minta maaf,"
Semakin pecah terdengar isak tangis dari mulut Jennie, air matanya pun ikut semakin membanjir.
Lisa yang terbaring ikut menitikan air matanya.
"Semua bukan salah lo," Jawab Lisa, "Nggak perlu lo nyalahin diri lo sendiri,"
Rose menepuk pelan pundak kakaknya.
Lisa berusaha bangun dan duduk dengan dibantu Bambam.
Ia menghadap Jennie.
"Jen, gue tau posisi lo," Kata Lisa, "Lo sama sakitnya kaya gue,"
Jennie masih sesenggukan.
"Selama ini lo diam dan terlihat angkuh, lo cuek dan nggak peduli sama keluarga lo," Ucap Lisa, "Karena lo sedang menutupi luka lo sendiri,"
"Semakin lo marah ke gue semakin banyak luka yang sedang lo tutupin," Lanjutnya, "Jadi nggak ada yang salah kalau lo benci sama gue saat itu,"
"Maafin gue Lis," Jennie mendekap Lisa, tangisnya masih tak kunjung berhenti.
"Maafin gue juga Lis," Ucap Rose, ia ikut mengenggam jemari Lisa, "Sorry gue juga sering kasar sama lo,"
Lisa tersenyum.
"Sekarang nggak ada yang perlu disalahin," Kata Lisa, "Kita mulai lagi semuanya dari awal,"
Jennie yang melepas dekapannya itu mengangguk.
"Makasih selama ini udah jagain keluarga gue,"
Lisa kembali tersenyum, "Udah ah berhenti nangisnya,"
"Lisaaa," Kini Rose yang berganti memeluk Lisa, "Maafin gueee,"
"Iyaaa Ros,"
"Lo nggak benci kan sama kita?"
Lisa sedikit tertawa, "Kalau gue benci udah gue usir kalian dari tadi,"
"Gue takut lo nggak mau maafin gue,"
"Tapi buktinya dimaafin kan?"
Rose mengangguk.
Tingkahnya yang polos itu mengundang senyum untuk semua orang yang ada disana.
"Udah ya berhenti nangisnya," Lisa mengusap air mata yang membasahi pipi Rose.
"Jen, sorry," Kata Bambam yang sedari hanya diam dan menyaksikan tiga perempuan yang sedang pertumpahan air mata.
Jennie mengangguk, "Iyaa gue juga minta maaf udah bikin lo emosi,"
"Sorry kalau gue berlebihan sama lo,"
"Tau kok perasaan lo gimana lihat Lisa kaya gini,"
"Dia siapa sih Lis, pacar lo ya," Rose yang sudah merasa tenang usai menangis itu tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sontak membuat Lisa sedikit melotot.
"Heh bukan," Jawab Lisa, "Dia teman gue,"
"Halah,"
"Yee nih bocah,"
"Gue cari minum dulu yak, kalian lanjut aja ngobrolnya," Ucap Bambam.
"Tuhkan Lis marah tuh dia nggak lo akuin,"
"Bacot banget lo Ros,"
"Udah-udah," Jennie menengahi, "Gimana kondisi lo Lis?"
"Seperti yang lo lihat,"
"Hmm maaf ya Lis,"
"Santai Jen, paling tiga harian juga udah sembuh," Jawab Lisa, "Gue udah sering kena pukul atau kena hajar sama orang, yaa meskipun nggak separah ini,"
"Parah sih menurut gue ini," Ujar Rose.
"Untungnya badan gue terbilang cepat pulih kalau kena hajar,"
"Iya orang lo preman," Kata Rose, "Hehehe"
"Eh Jisoo gimana?" Tanya Lisa tiba-tiba.
"Kak Jisoo hilang ingatan,"
"Hah?!"
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee