Laki-laki dengan seragam kerjanya sedang sibuk mengelap gelas-gelas kaca dari balik bar.
Matanya yang tajam mulai mengamati satu persatu pengunjung yang datang.
Suasana bar sudah cukup ramai seperti biasa, alunan musik disko terdengar kencang hingga menusuk gendang telinga, tapi bagi Hanbin hal ini sudah biasa.
Ada satu orang yang sebenarnya sedang ditunggu-tunggu kehadirannya, berkat informasi yang didapat dari teman-temannya, kini Hanbin tau siapa pengunjung yang sering datang kemari untuk melakukan transaksi ganja, namun orang itu sama sekali belum nampak malam ini.
Sebenarnya di bar ini sudah sering orang-orang yang datang tidak hanya sekedar untuk mabuk, atau bersenang-senang. Banyak yang datang kemari untuk melakukan aksi kriminal atau kerja sama ilegal lainnya.
Hanbin sering menjumpai orang-orang yang babak belur usai melakukan pertemuan di ruang atas, dimana di lantai dua bar ini memiliki cukup banyak ruang, meeting room dan ruang karaoke.
Hanbin masih awas mengamati lingkungan disekitarnya.
Kini ia tengah meracik bir dan alkohol. Semakin malam semakin banyak pengunjung yang datang.
Hingga beberapa saat kemudian orang yang sedang ditunggunya itu datang.
Matanya yang tajam itu tak berhenti mengamati gerak gerik laki-laki yang usianya terlihat kisaran dua puluhan. Iya masih muda, tapi penampilannya terlihat tak semuda usianya.
Hanbin sudah hampir hapal dengan pola orang itu saat datang ke club ini. Bukan hanya orang itu, tapi pengunjung lainnya yang rutin datang ke bar ini. Tak sulit menghapal orang-orang yang sering datang dengan maksud tertentu.
Hanya saja Hanbin baru saja tau jika ternyata selama ini laki-laki itu datang untuk melakukan transaksi ganja.
Dalam hitungan menit, laki-laki yang sedang duduk dengan ponsel ditangannya itu akan berjalan kemari dan memesan satu buah ruangan karaoke.
Ya, orang-orang yang datang maksud tertentu sudah pasti akan memesan ruangan, mereka tak ingin pembicaraannya yang penting dan rahasia terungkap dipublik.
Dan lihatlah, orang itu saat ini benar-benar sedang jalan kemari.
Memesan satu ruang karaoke berukuran medium dengan beberapa alkohol dan bir.
Ia mengambil duduk di bar. Lantas menyulut rokoknya.
"Butuh cewek bang?" Hanbin mulai membuka obrolan.
Laki-laki itu mengehembuskan asap rokoknya, lalu menggeleng, "Lagi nggak mood,"
Hanbin sedikit tertawa, "Trus kok pesan ruang karaoke? Nggak asyik dong bang kalau nggak ada ceweknya,"
"Client saya yang bawa cewek," Jawabnya.
"Oh, mau meeting?"
Orang itu mengangguk.
"Bisnis apa bang emang, yaa barangkali bisa saya bantu promosiin ke pengunjung," Tanya Hanbin pura-pura polos, "Saya sering nih bantuin teman-teman yang punya bisnis disini, lumayan,"
Laki-laki itu diam menatap Hanbin, lantas menghembuskan asap rokoknya.
"Tenang aja bang, disini bisnisnya banyak ilegalnya," Bisik Hanbin.
"Oh ya?"
"Iya bang, mulai dari yang jual jasa jadi hacker, jual cewek, jual organ tubuh, bahkan sampai jual ganja," Jawab Hanbin, ia mulai memancing, "Kalau abis dipromosiin jadi lumayan rame dagangannya, pemasukannya ikut rame juga,"
Laki-laki itu diam, ia tampak menujukan sedikit minat, "Kapan-kapan saya kasih tau,"
"Siapp bang," Jawab Hanbin, "Oh ya bang, barangkali butuh cewek, saya ada teman yang plus plus harga miring,"
"Cantik nggak?"
"Bangettt,"
"Jago?"
"Nggak perlu diraguin,"
"Ada fotonya?"
"Kapan-kapan saya tunjukin," Jawab Hanbin sembari menyeringai.
"Awas kalau nipu,"
"Potong leher saya kalau saya nipu,"
"Gue pegang omongan lo,"
"Siap,"
Tak lama laki-laki itu beranjak dari duduknya usai melihat sepasang manusia yang berjalan menghampirinya.
Mereka segera berjalan menuju lantai atas.
Hanbin tersenyum, tampaknya tugasnya untuk mencari info soal pengedar ganja itu mulai berjalan.
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee