Malam itu sepulang dari supermarket, Manoban dan Jisoo tidak langsung pulang menuju rumah.
"Kita seneng-seneng bentar yuk," Ajak Manoban, ia membelokan kemudinya.
"Seneng-seneng?" Tanya Jisoo, ia tak paham dengan kata 'senang-senang' yang dimaksud.
"Udahlah, kamu pasti suka,"
Mobil sedan hitam itu melaju dengan kecepatan sedang, butuh waktu kurang lebih lima belas menit sampai akhirnya mereka sampai pada tempat yang dituju.
"Tempat apa ini tante?"
"Masuk aja dulu, nanti kamu pasti tau,"
Manoban dengan riangnya menggandeng Jisoo masuk.
Sebuah tempat dengan pencahayaan minim dan gemerlap, membuat Jisoo sedikit risih. Belum lagi aroma alkohol yang kuat tercium sana-sini.
"Tante, kita ngapain kesini?" Tanya Jisoo dengan keras, suaranya hampir tenggelam oleh suara sound dj.
"Kita seneng-seneng Jis, tante tau kamu pasti penat di rumah beberapa hari ini, mikirin Jennie, iya kan?" Balas Manoban.
Mereka kembali berjalan dan menghampiri sekumpulan orang yang sudah duduk di sofa.
"Hey Manoban," Sapa seorang laki-laki saat mereka berdua datang.
"Hey hey hey, gimana kabar kalian," Manoban ikut menyapa teman-temannya.
"Weitsss, sapa nih,"
Sekumpulan orang itu kini tertuju pada sosok Jisoo.
"Ini yang tempo lalu gue bilang," Jawab Manoban, "Duduk Jis, capek berdiri terus,"
"Wahh boleh juga nih bawaan lo,"
"Tante, aku pulang aja ya," Jisoo tampaknya risih dengan keberadaannya disana.
"Mau kemana sih buru-buru, kita happy-happy aja dulu disini," Salah satu dari sekumpulan laki-laki itu menarik lengan Jisoo, "Cobain dulu minuman disini,"
"Ayo Jis," Kata Manoban, "Cobain nih, enak," Disodorkannya segelas kecil alkohol.
"Enggak deh tante," Jisoo menggeleng.
Perasaannya saat itu mulai tidak enak. Ia merasa ada yang salah dengan pemikirannya tentang ibu tirinya selama ini.
Ia diam, duduk, dan mengamati sekelilingnya.
Termasuk ibu tirinya yang semakin lama semakin tidak karuan. Ia meneguk bergelas-gelas alkohol dan menyulut rokok.
Jisoo merasa salah besar telah menilai Tante Manoban sebagai ibu tiri yang baik.
"Tante, aku mau ke toilet bentar,"
Manoban mengangguk. Ia sedang asyik berbincang dengan teman-temannya.
Jisoo beranjak dari duduknya. Lantas berjalan menyusuri kerumunan yang riuh berjoget-joget ria.
Langkah kakinya mulai menyusuri lorong-lorong sepi.
Mendadak ia seperti terlempar ke belakang, ia seperti tidak asing dengan tempat ini.
Jisoo mengamati lebih jeli di sekitarnya. Ia merasa yakin jika dirinya pernah kemari.
Tapi kapan? Dan untuk apa ia datang kemari?
Jisoo kembali melangkahkan kakinya menyusuri setiap lorong. Suara-suara gila itu kembali terngiang di pikirannya.
Tidak salah lagi, ia yakin di masa lalunya pasti ia pernah datang ke tempat ini.
Usai dari toilet, ia kembali ke tempat semula. Dimana Manoban dan teman-temannya semakin ramai.
Ia kembali duduk dan mengamati.
Tiba-tiba sebuah lengan meraih pergelangan tangannya.
"Ikut gue bentar yuk," Ucap seorang laki-laki muda, umurnya tak jauh berjarak dari Jisoo.
"Kemana?"
"Keatas, bentar aja,"
Jisoo menatap ibu tirinya, lantas yang ditatap mengangguk. Memberi ijin.
Jisoo yang tidak tau menahu akan dibawa kemana hanya diam dan ikut.
Oh shit! Jisoo benar-benar berubah. Kini ia menjadi perempuan yang polos dan lugu. Bukan lagi seorang Jisoo yang berani dan tegas.
"Kamu anak tiri Tante Manoban?" Tanya laki-laki itu.
Jisoo mengangguk, "Kamu siapa?"
Laki-laki berparas rupawan itu memperkenalkan diri.
"Kamu cantik," Kata laki-laki itu tiba-tiba, ia memberhentikan langkahnya pada lorong-lorong sepi dan remang, "Baru kali ini aku lihat perempuan secantik dan selugu ini,"
Laki-laki itu membelai wajah Jisoo. Ia menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
"Kamu mau ngapain?"
Laki-laki itu tersenyum, "Kita seneng-seneng malam ini,"
Ia mendekatkan wajahnya.
Jisoo merasa ini bukan hal yang wajar, seketika ia melengos dan mendorong laki-laki itu.
Usaha laki-laki itu untuk mencium Jisoo gagal.
Jisoo yang berusaha pergi dari tempat itu terhalangi, laki-laki berotot itu menarik lengan Jisoo, "Mau kemana sih, mulai aja belum,"
"Aku mau pulang, lepasin nggak,"
"Iya pulangnya nanti dulu, sekarang ikut aku ya,"
"Enggak! Lepasin!"
Jisoo sempat berteriak. Namun malah berujung sebuah tamparan.
Seperti terlempar ke masa lampau, Jisoo seketika ingat momen-momen dimana ia juga ditampar oleh laki-laki.
Di tempat ini juga!
Saat itu ia ingin membawa Jennie pulang, namun terhalangi pulang oleh laki-laki tidak jelas.
Sementara itu laki-laki yang sedang ada dihadapannya itu masih berusaha menarik Jisoo untuk mengikutinya.
Tiba-tiba Jisoo memegangi kepalanya, ia merasa sakit kepala.
"Pokoknya malam ini lo milik gue!" Ucapnya.
Bugg!
Sebuah tinju melayang keras menghantam rahang laki-laki itu.
"Kak Jis!" Jennie sontak memeluk kakaknya.
"Pergi lo dari sini!" Teriak Hanbin.
"Siapa lo?!" Laki-laki itu tidak terima, "Nggak usah sok pahlawan lo berdua,"
"Lo pergi apa gue abisin lo," Tantang Hanbin.
Sementara Jisoo masih memegangi kepalanya, ia merintih kesakitan.
Dipikirannya seperti sebuah kaset film yang sedang berputar, ada banyak potongan-potongan ingatan yang terlintas.
Masa-masa ia tau mengenai pekerjaan Jennie yang sesungguhnya.
Masa-masa ia bekerja keras.
Masa-masa sakitnya.
Bahkan masa-masa sakit Rose.
Dan juga Manoban. Kini ia tau siapa ibu tirinya itu.
"Kak Jisoo kenapa kak?!" Jennie menahan tubuh Jisoo yang terjatuh, "Kak Jisoo!"
Jisoo masih mengerang kesakitan, ia memegangi kepalanya yang begitu sakit.
Jennie seketika mendekap kakaknya. Ia takut terjadi masalah serius dengan kakaknya.
Hanbin yang selesai menghajar habis-habisan laki-laki itu seketika langsung meraih lengan Jisoo.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang!" Hanbin segera membopong Jisoo.
"Sakit Jen," Suara lirih Jisoo terdengar.
Jennie menitikan air mata.
🖤🖤🖤🖤
Hiyaa makin parah apa sembuh ni amnesia nya si jisoo
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee