37

3.2K 383 3
                                    

"Hah? Kamu nampar Jennie?"

Yang ditanya mengangguk, "Ya kan aku nggak sengaja Bob, hilang kendali juga aku,"

"Ya tapi,"

"Iya aku tau aku salah, aku juga nyesel banget,"

Bobby yang berdiri dengan berkacak pinggang di depan Jisoo tampak bingung.

"Dia juga semalem nggak pulang ke rumah," lanjutnya, "Sekarang aku bingung mau cari dia kemana,"

"Kamu udah ngehubungin dia?"

"Udah, tapi nomornya nggak aktif,"

Jisoo dengan muka melasnya tampak menyesal dengan apa yang dilakukannya kemarin, "Bob aku harus gimana,"

Tanpa membuang-buang waktu, Bobby langsung mengeluarkan ponselnya, ia segera menghubungi orang terdekat Jennie.

Hanbin.

"Nanti kalo uda ketemu kabarin gue ya,"

Ponsel ditutup.

"Gimana Bob?"

Bobby menggeleng.

"Yahhh Bob, Jennie kemana dong,"

Bobby ikut berpikir ekstra. Kemana larinya Jennie jika bukan ke rumah Hanbin.

Bahkan Hanbin pun baru tau jika teman dekatnya itu kabur dari rumah.

"Kamu yang tenang dulu, aku juga lagi mikir,"

"Selain Hanbin siapa lagi yang bisa dihubungin Bob?"

Bobby menggeleng.

Ia tidak terlalu banyak tau soal Jennie. Ia hanya bisa memasrahkannya kepada Hanbin, karena hanya Hanbin lah yang banyak tau soal Jennie.

"Semoga dia nggak kenapa-kenapa Bob,"

Bobby menepuk pundak Jisoo, "Aku yakin Jennie baik-baik aja, dia berada di tempat yang aman,"

"Aku takut kalo dia hilang kendali Bob, aku tau aku udah keterlaluan sama dia,"

"Nggak akan, Jennie bukan orang yang akan macem-macem,"

Namun jika throw back ke masa lalu, Jennie sempat mengalami depresi akibat teror dari Hyun Sik, sebenarnya Bobby takut jika Jennie akan melakukan hal yang tidak terduga, melihat kondisi perasaannya saat ini yang kacau.

••••

Sementara perempuan yang sedang dicari banyak orang itu kini sedang duduk di tempat yang sudah lama tidak dikunjunginya.

Ia terduduk dengan wajah lelah sembari menatap rak kaca berisi ratusan guci abu.

Jennie sedang berada di rumah abu.

Ia menatap rak berisi foto keluarganya. Ada seorang perempuan dengan senyum lebar yang sangat ia rindukan.

Mamanya.

Sudah semalaman Jennie menemani mamanya, bercerita tentang apa yang dirasakannya saat ini.

Isak tangisnya sangat memecah keheningan.

Ia rindu sosok mamanya.

Rindu akan pelukannya.

Rindu akan keriangan serta keceriaan mamanya.

Sebelum mamanya pergi, Jennie bisa dibilang sangat dekat dengan mamanya dibanding papanya. Apapun pasti ia ceritakan ke mamanya. Namun semenjak mamanya pergi, sosok orang yang bisa mengasihi dan tempat curahan hatinya ikut pergi.

Tidak ada lagi yang mampu memberinya kasih sayang sepenuh mamanya.

Tidak ada lagi yang bisa menampung segala curahan hatinya.

Jisoo?

Jisoo memang sosok kakak yang baik, kakak yang peduli dan bertanggung jawab penuh dengan kewajibannya.

Namun sosok ibu tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun.

Jennie terdiam. Dia bersandar dengan tatapan lurus kedepan. Berapa kaleng bir sisa ia minum semalam masih berserakan di sampingnya.

Ia masih belum tau kapan ia harus pulang. Bahkan ia tidak peduli siapa yang akan khawatir akan kepergiannya saat ini.

Yang dia perlukan hanya menenangkan batinnya.

🖤🖤🖤🖤

Ikut sedih :(


Btw hbd Jennie :)

RESET [BLACKPINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang