"Sumpah, gue nggak habis pikir sama si jalang itu, bisa-bisanya coba dia nyuci otak si Jisoo sampai kaya gini," Kata Jennie dengan kesal.
"Emang ibu tiri lo kenapa lagi sih?" Tanya Hanbin sembari mengaduk minumannya.
"Bikin ulah apa lagi dia kak?" Rose yang duduk diseberang Jennie ikut menyahut.
Perempuan dengan rambut terurai itu lantas menceritakan bagaimana percakapannya dengan Jisoo kemarin. Ia terlihat begitu kesal saat menjelaskan bagaimana sikap kakaknya yang mulai berubah.
"Lah, masa Kak Jisoo bilang gitu kak?"
"Iya, kemaren dia habis jalan-jalan sama si Manoban itu,"
"Kok aku nggak tau,"
"Yang ada ribut Ros kalau lo sampai tau," Sahut Hanbin, ia kemudian berjalan menghampiri sembari membawa dua gelas minuman, "Btw gue yakin pasti ada yang disampaikan sama ibu tiri lo tentang kalian,"
"Udah pasti sih kalau itu, gue yakin seratus persen dia udah cuci otaknya si Kak Jisoo sampai berubah kaya gini," Jawab Jennie dengan sangat yakin.
"Trus kok Kak Jennie diem aja sih," Rose mengubah posisi duduknya lebih condong ke Jennie, "Kita nggak bisa biarin kaya gini,"
"Sabar dulu Ros," Hanbin berusaha menenangkan, "Kita cari jalan keluarnya,"
"Ya udah kita usir si Manoban itu," Jawab Rose.
"Trus yang ada Jisoo malah mikirnya kalian beneran jahat," Kata Hanbin.
Jennie masih diam dan berkutat pada pikirannya. Sebenarnya ia sendiri tidak tau bagaimana cara menyelamatkan kakaknya dari perangkap ibu tiri jahatnya itu.
Jisoo harus segera diselamatkan, jika tidak, ia akan semakin dalam masuk pada jebakan yang dibuat perempuan tua itu.
"Kak Jen," Panggil Rose.
Yang dipanggil masih diam.
"Kak!" Kali ini Rose terdengar lebih keras.
"Apa sih Ros,"
"Gimana?"
"Ya nggak tau, kakak juga bingung,"
"Aku nggak mau nih kalau Kak Jisoo malah percayanya sama Tante Manoban daripada kita,"
"Ya lo pikir gue engga,"
"Udah-udah, sabar dulu, pasti ada cara kok buat narik Jisoo lagi," Hanbin menengahi.
Ceklek!
Suara sebuah pintu terbuka, datanglah tiga orang yang sudah ditunggu kehadirannya sejak tadi.
"Sorry sorry tadi gue masih ada urusan di kantor," Kata Jackson sembari melepas jaketnya.
"Gue juga ada kerjaan tadi," Kata Bambam.
"Kalau gue sih nunggu jemputan," Lisa ikut memberi alasan karena ia terlambat.
"Iya santai," Balas Hanbin, "Kalian mau minum apa?"
"Apa aja deh," Jawab Jackson.
"Ya udah ntar ambil sendiri aja ya di dapur,"
"Iya gampang," Kata Jackson, "Oh iya Bin, gimana perkembangannya?"
Tiga orang yang baru datang itu langsung mengambil posisi untuk segera masuk pada pembahasan.
"Jadi gini guys untuk soal bukti gue masih belum bisa dapatin, karena emang sulit," Hanbin menjelaskan, "Butuh action dari kita sendiri,"
"Maksudnya kita terlibat gitu?" Tanya Bambam.
Hanbin mengangguk, "Iya, karena menurut gue nggak ada lagi selain itu,"
"Kenapa nggak kita pasang penyadap suara atau cctv sih?" Rose memberi masukan, "Kan biasanya juga gitu,"
"Jimin itu orang yang cerdik Ros, sebelum kerja dia selalu cek lokasi," Jawab Hanbin, "Temen gue sempat bilang, sebelum Jimin menetapkan tempat di bar tempat gue kerja, di bar sebelumnya ketangkep orang yang nyadap dia,"
"Trus?"
"Ya diabisin sama dia," Jelasnya, "Trus dia mutusin untuk change location,"
"Trus gimana dong,"
"Ada satu cara menurut gue,"
"Apa?"
Lantas Hanbin menoleh pada Jennie.
"Jennie?" Tanya Jackson.
"Kok gue?" Tanya Jennie ketika semua orang memandang ke arah Jennie.
Bambam menepuk pundak Hanbin, "That's good idea Bin, gue setuju,"
"Maksud lo pada apa sih," Jennie mengernyit.
"Sama, gue juga nggak paham," Ucap Rose.
"Cuma lo yang bisa nyadap ruangan itu Jen," Jawab Hanbin, "Lo juga bisa jadi saksi,"
"Gue jadi umpan gitu?" Tanya Jennie.
"Ya bukan jadi umpan juga sih Jen," Sahut Bambam, "Lo tau kan kalau client-client kaya gitu pasti butuh 'temen', nah, itu,"
"Gila lo Bam," Kali ini Rose terlihat tidak terima, "Kakak gue mau lo jadiin pelacur?"
"Ros," Panggil Hanbin.
"Lo juga kak, gue pikir lo selama ini baik, ternyata sama aja,"
"Bukan gitu," Hanbin berusaha menjelaskan kesalahpahaman itu, "Gue bukan nyuruh Jennie jadi pelacur, dia cuma menyamar, ngedampingin doang selama mereka transaksi, setelah kita dapat bukti, udah kelar, Jennie juga kelar,"
"Ros, Jennie nggak bakal kenapa-kenapa kok," Lisa mencoba menenangkan, "Lagian kan ada kita juga yang bakal memantau selama kerja,"
Kali ini Rose sedikit tenang setelah mendengar penjelasan dari teman-temannya.
Sedangkan yang bersangkutan langsung justru hanya diam dengan menumpu kepalanya di tangan kirinya. Tatapannya kosong lurus kedepan.
"Gimana Jen?" Tanya Jackson.
"Jen!" Teriak Bambam membuat yang dipanggil tersentak.
"Gimana?" Jackson mengulang pertanyaannya kembali.
"Terserah kalian aja lah," Ucapnya, ia beranjak dari duduknya lantas meraih tas ranselnya, "Gue cabut dulu,"
"Lah Jen, mau kemana?" Tanya Lisa.
"Kan belum selesai meetingnya kak," Ucap Rose.
"Gue ngikut aja lah," Jawab Jennie, lantas ia berjalan menuju pintu keluar.
"Dia kenapa sih, kayanya dari gue datang tadi udah badmood gitu," Bambam penasaran dengan apa yang terjadi dengan Jennie, "Lagi ada masalah tuh kayanya,"
"Ntar juga balik lagi," Jawab Hanbin.
Hanbin tau apa yang sedang dipikirkan Jennie, perempuan itu pasti sedang memikirkan Jisoo yang sudah mulai terpengaruh dengan kebulshitan ibu tirinya.
Hanbin sudah sangat hafal dengan Jennie, teman dekatnya itu tidak akan diam saja ketika keluarganya bermasalah.
Kini Hanbin ikut berpikir keras untuk membantu orang yang disayanginya itu.
🖤🖤🖤🖤
Enak keknya nongki sm mereka, y ga
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee