"Jis!"
"Kak Jisoo!"
Terlihat tiga orang anak muda berlari berhamburan masuk ke dalam ruangan dengan ekspresi cemas.
Jennie menoleh ke belakang, melihat ada Rose, Bobby, dan Bambam datang. Ia beranjak dari duduknya, memberi ruang untuk Bobby dan Rose lebih dekat melihat kondisi kakaknya.
Jisoo sudah tertidur sejak dua jam yang lalu. Luka-luka ditubuhnya sudah diobati, dibalut beberapa perban ditangan dan kepalanya. Bekas luka serta lebam diwajahnya pun masih terlihat jelas.
"Kalian gpp?" Bambam berhenti di depan sofa, ada Lisa, Hanbin, dan Jackson yang sedang duduk ikut menjaga Jisoo sejak siang.
"Gpp Bam," Jawab Hanbin.
Sementara dua orang disebelah Hanbin hanya diam seperti tidak bersemangat.
"Lis lo aman kan?"
Lisa mengangguk.
"Jackson?"
"Aman,"
Bambam heran, "Lo pada kenapa sih?"
Ketiga temannya itu tampak murung. Tidak ada semangat hidup.
Melihat dirinya tidak diperhatikan, Bambam beralih pada teman lainnya. Ia berjalan mendekat pada Jisoo, lantas terkejut melihat bagaimana kondisi temannya itu.
"Jen, Hyun Sik ngapain Jisoo?!" Tanya Bambam pada Jennie yang berdiri diseberang brankar.
Jennie yang semula hanya diam menunduk lantas menoleh, ia hanya menatap Bambam sejenak tanpa mengatakan apapun, dan kembali menunduk.
Sementara Rose sudah berlutut disisi brankar, menggenggam erat jemari kakaknya seraya menangis.
Sedangkan Bobby hanya diam dan memandang lamat-lamat kekasihnya. Semua tau Bobby sangat terpukul, tapi Bobby terlalu pandai menyimpan rasa sakit dan air matanya.
Suasana menjadi hening. Kamar inap Jisoo itu sudah dipenuhi delapan orang yang menemaninya. Lengkap seperti rapat forum rahasia seperti biasanya. Sayangnya pertemuan mereka kali ini bukan untuk membicarakan sebuah misi, bukan pula dengan suasana yang ramai, bahkan bukan dengan perasaan yang senang, tidak ada canda dan tawa.
Kosong.
Iya. Pertemuan kali ini hanya berisisi kekosongan. Semuanya terasa selesai. Terasa mati.
Tidak ada cara untuk memperbaiki, bahkan tidak ada lagi misi selanjutnya.
Yang mereka butuhkan hanya pulih. Bangkit. Dan kembali bahagia.
Tantangannya adalah menjadi ikhlas.
••••
Bambam kembali masuk ke dalam kamar dengan dua kantung plastik berisi makanan di kedua tangannya, cahaya kamar yang redup membuat Hanbin dan Rose sudah terlelap tidur di sofa, sementara Lisa masih duduk dengan tenang menatap langit-langit kamar, sedangkan Jackson pamit keluar mencari udara segar satu jam yang lalu.
Jennie masih setia duduk menemani disebelah Jisoo, tatapannya kosong lurus kearah wajah kakaknya.
Bambam berjalan masuk, menaruh kantung plastik diatas meja. Lantas berjalan mendekat ke arah Jennie.
"Lo nggak tidur Jen?" Suara Bambam terdengar berat dari arah belakang.
Jennie menggeleng, "Belum ngantuk,"
"Lo istirahat gih, biar gue yang gantian jaga,"
"Nggak usah Bam, mending lo aja yang tidur, pasti lo capek,"
"Makan deh makan, lo belum makan dari kemaren," Bambam masih membujuk Jennie, "Masa cuma minum air putih doang Jen, yang ada ntar gantian lo yang sakit,"
"Gue gpp kok Bam,"
Bambam menghela nafas. Ia mengambil posisi duduk ditepi brankar tempat Jisoo berbaring.
"Jen," Panggil Bambam, "Kita nggak kalah Jen, sama sekali enggak,"
Jennie sontak mendongak, mendengar kalimat Bambam yang tiba-tiba.
"Apa yang perlu lo tangisin?"
Jennie diam, menatap Bambam.
"Apa juga yang perlu lo sesali?"
Jennie masih diam. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Kalo lo nangisin karena keadaan Jisoo, gue terima, tapi kalo nangisin karena kekalahan kita, gue nggak terima, karena kita sama sekali nggak kalah,"
Tak ada jawaban dari Jennie.
"Gue tau perasaan lo hancur, tapi Jisoo lebih hancur dari kita semua," Kata Bambam, "Lo bisa lihat gimana hidup dia selama ini, bertubi-tubi masalah yang dia terima, bertubi-tubi dia harus pasang badan untuk keluarga lo, tapi dia ikhlas, harusnya lo juga bisa ikhlas, terima semua ini,"
"Bam," Jennie menoleh pada Bambam, "Benar-benar hancur Bam perasaan gue, hancurrr," Kata Jennie pelan, "Gue mau marah sama semua keadaan yang menimpa keluarga gue, gue pun kecewa sama diri gue sendiri yang nggak bisa berbuat apa-apa buat mereka,"
"Lo salah, semua yang lo lakuin ini uda lebih dari cukup Jen," Jawab Bambam, "Nggak akan ada yang merasa lo nggak berbuat apa-apa, please berhenti berpikir untuk nyalahin diri sendiri, disini kita semua nggak ada yang salah, memang Hyun Sik yang berengsek."
Jennie kembali diam, ia menunduk, kembali menangis, tangannya mencengkram jemari Jisoo. Sementara Jisoo masih belum juga sadar.
Bambam beranjak, melangkah mendekat pada Jennie, lalu menepuk pundak temannya itu untuk memberi ketenangan.
"Gue harap ini terakhir lo nangis untuk nyalahin diri lo sendiri, lo harus bangkit kalo lo beneran pingin semuanya balik ke awal," Kata Bambam, "Gue keluar dulu, ini makanan buat lo."
Lantas Bambam melangkah keluar.
🖤🖤🖤🖤
Gaissssss sorrry bangett gua ga apdet-apdet, banyak sekali derita untuk mahasiswa tua sepertikuuuu.
Gua beneran sampe lupa alur cerita gua, sampe gua kudu baca lagi cerita gua sendiri fakk, dan gua kaget banget notif wp gua jebol 10k, but lov u all uda mau stay dan memberiku semangat ❤️OHYA HAPPY BIRTHDAY GANTENGGG. AYO DONG PERLIHATKAN DIRIMU LAGI DI MUKA BUMI INII. AYO BERKARYA LAGIII.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee