"Ready Jen?" Tanya Hanbin.
Yang ditanya mengangguk.
"Kak, hati-hati ya," Kata Rose, ia terlihat begitu khawatir.
"Tenang aja Ros," Jawab Jennie lantas tersenyum pada adiknya.
"Okay, tenang aja, gue selalu stay buat memantau," Kata Hanbin.
"Iya Bin, makasih,"
"Ya udah kak, good luck ya," Kata Rose, lantas ia dan Hanbin beranjak dari sebuah sofa yang didudukinya ditengah keramaian club malam.
Hanbin dan Rose kembali menuju meja bar, mereka memasang headset pada telinga mereka dan menyalakan ponsel untuk memantau kegiatan yang akan dilakukan Jennie.
Dari kejauhan, Jennie tampak duduk sendiri menunggu kehadiran client yang memesannya. Perempuan itu sedikit termenung, ia teringat pada masa-masa dahulu, dimana ia tak jarang duduk di sofa tersebut, menunggu client nya dan melayaninya.
Ia juga ingat bagaimana detik-detik Jisoo datang dan menyeretnya keluar untuk pulang. Kakaknya itu telah menyelamatkannya dari pekerjaan rendahan seperti ini.
Yahh, masa-masa menjijikan itu kembali terngiang dibenaknya, membuat ia sedikit kesal dan tidak ingin mengingatnya kembali, namun apa daya jika ia harus kembali merasakannya sebagai strategi mendapatkan sebuah bukti yang bisa menjatuhkan Lee Hyun Sik, orang yang sudah membuat kacau keluarganya, orang yang hampir membunuh kakak dan adiknya.
"Selamat malam bos," Hanbin menyapa laki-laki muda berjaket kulit yang tiba menghampirinya.
"Udah siap?" Tanya laki-laki itu.
"Tuh orangnya," Hanbin menunjuk Jennie yang duduk tidak jauh dari tempatnya.
Laki-laki bernama Jimin itu lantas mengamati perempuan yang duduk mengenakan dress hitam mini.
Jimin mengangguk-angguk, "Oke juga,"
"Apa gue bilang,"
Tak lama setelahnya, client yang ditunggunya pun datang menghampiri.
Seorang laki-laki yang tampak berumur sekitar tiga puluh tahunan itu menjabat tangan Jimin, lantas keduanya berjalan menghampiri Jennie.
Mereka saling berjabat tangan, lantas saling memperkenalkan diri. Disini Jennie tidak menggunakan nama aslinya, ia menyebut sembarang nama untuk memperkenalkan dirinya.
Mereka bertiga berjalan menuju ruang karaoke yang sudah dipesan Jimin sebelumnya.
"Ready," Kata Bambam.
Disini Jennie harus benar-benar bisa memahami situasi dan kondisi, ia tidak memiliki alat untuk mendengar teman-temannya yang sedang memantau di luar. Tentunya Jimin akan curiga jika Jennie mengenakan sesuatu alat pendengar pada telinga.
Sebuah softlens sudah terpasang di kedua mata Jennie. Kontak lensa yang dikenakan itulah yang dapat melihat dan merekam semua yang dilihat oleh Jennie, tentunya transaki jual beli ganjalah yang akan dipantaunya.
Dua laki-laki yang sudah berada di ruang itu terlihat berbincang basa-basi, mereka membincangkan berbagai hal dan tentunya Jennie tidak paham bahkan tidak tertarik sedikitpun.
Pria yang disebut sebagai client itu meneguk minuman alkoholnya, lantas mulai masuk pada inti persoalan.
Sebuah kantung plastik hitam terlihat keluar dari balik jaket kulit Jimin, ia menyodorkan gulungan plastik itu kepada laki-laki yang duduk disamping Jennie.
"Boleh dicek," Kata Jimin.
"Okay," Jawabnya, lantas membuka gulungan plastik hitam itu dan mengeluarkan dua kantung plastik kecil bening yang didalamnya terdapat ganja berbentuk serbuk dan pil.
Jennie sendiri tidak tau pasti ganja jenis apa yang sedang mereka perjual belikan.
"Barang sesuai permintaan," Katanya, lantas ia mengeluarkan amplop coklat yang sudah bisa ditebak isinya adalah uang.
Jimin menerimanya, tanpa mengecek jumlah uang itu ia langsung memasukan kedalam balik jaketnya.
Mereka berdua saling tersenyum, kemudian bertos ria meneguk alkohol yang sudah dituangkan Jennie.
Artinya transaksi berhasil.
"Yess!!" Ucap Hanbin.
"Akhirnyaaa, mampus lo Hyun Sik," Rose menimpali.
Tidak ada yang penting lagi seusai mereka bertransaksi.
Client dari Park Jimin itu mulai bernyanyi ria ditemani Jennie. Sejujurnya Jennie sudah muak dengan suasana didalam ruangan itu. Namun mau bagaimana lagi, jika ia kabur justru akan membuat Jimin menjadi curiga.
Park Jimin sendiri sedari tadi hanya duduk menonton sembari meminum minumannya.
Waktu pun tak terasa sudah dihabiskan hampir dua jam lamanya. Client Jimin itu juga sudah mulai tidak sadar akibat alkohol yang terus-terusan diteguknya.
"Tugas gue udah selesai?" Tanya Jennie, "Gue ada kerjaan lain,"
Jimin menoleh, lantas mengeluarkan amplop dan menyodorkan kepada Jennie.
"Thanks," Kata Jimin.
"Sama-sama," Jawab Jennie, kemudian ia berjalan keluar.
Ia menghembuskan nafasnya lega.
Akhirnya tugasnya selesai, beruntung client yang ia temui tidak tergolong ganas, sehingga ia tidak harus melakukan hal-hal yang sudah tidak diinginkannya itu.
Jennie benar-benar sudah berhenti melakukan hal-hal rendahan lainnya.
🖤🖤🖤🖤
Hi ges aq kambek. Sry hampir setaun ga apdet. Doain aja abis ini lancar lagi hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee