"Kak Jisoo!" Jennie berhambur berlari pada kakaknya dan memeluknya.
"Jen," Jisoo tersenyum.
"Aku udah khawatir banget Kak Jisoo kenapa-kenapa."
"Kak Jisooo!" Teriak Rose dari arah pintu.
Jennie melepas pelukannya, menoleh pada adiknya yang bergantian memeluk kakaknya.
"Kak Jisoo," Panggil Rose, ia terlihat menangis.
"Utututu adik Kak Jisoo," Jisoo membalas pelukan Rose, lalu mengusap-usap punggung adiknya.
"Ih Kak Jisoo beneran ngeselinnnn." Kata Rose, ia mengusap air matanya.
"Kok ngeselin, baru juga bangun." Balas Jisoo.
"Nggak bisa banget nggak bikin aku khawatir tiap harinya," Jawab Rose, "Dibilangin jangan apa-apa diurusin sendiri masih aja diurusin sendiri."
Jisoo tersenyum.
"Terus Ros, marahin Ros, batu banget sih dibilangin." Jennie menyahut.
"Ya maaf, kan semuanya juga bukan maunya kakak." Ucap Jisoo sembari mengusap air mata yang menetes di pipi adiknya, "Kak Jisoo minta maaf ya."
Rose kembali memeluk kakaknya.
"Jen, maafin kakak juga ya." Ucap Jisoo.
Jennie mengangguk, sebenarnya ia sendiri sedang menahan air mata yang siap meluruh dibalik air matanya. Air mata bahagia.
"Kondisi lo gimana Jis sekarang?" Tanya Lisa yang berdiri disebelah Jennie.
"Uda mendingan Lis, cuma memar-memar sama luka-luka ini aja yang masih rada sakit." Jawab Jisoo.
"Syukurlah kalo gitu,"
"Banyak-banyak istirahat Jis, nggak usah mikir yang lain-lain dulu." Sahut Hanbin dari arah sofa, ia adalah orang pertama yang tau Jisoo sadar, untungnya kondisi Jisoo tidak separah yang dipikirnya, Jisoo sudah bisa duduk dan menggerakkan kedua tangan dan kedua kakinya. Tinggal luka-luka di wajah dan lebam-lebam di tubuhnya yang harus diperhatikan lagi.
"Cepet sembuh ya Jis." Kata Bambam.
"Makasih Bam."
"Ohya kak, ada yang ma-," Ucapannya terputus.
"Jisoo!" Dari arah pintu terlihat seseorang datang dengan jaket denimnya. Bobby. Ia terlihat merekahkan senyumnya dan berhambur memeluk kekasihnya.
"Jen, ikut gue bentar," Bambam seketika menarik lengan Jennie dan berjalan keluar kamar.
"Apaan sih Bam,"
"Jennie lo masih waras kan Jen?" Bambam berkacak pinggang didepan Jennie, "Lo kalo mau ngebahas soal Wendy bukan sekarang."
"Tap-,"
"Lo bisa lihat kan gimana bahagianya Jisoo ngelewatin ini semua? Lo lihat kan senyumnya dia bisa ketemu sama lo sama adik-adik lo?"
"Masa iya sih lo langsung mau hancurin lagi cuma karena rasa penasaran lo Jen?" Bambam terlihat kesal, "Lo sabar dikit Jen, kita pulihin semua keadaan, pulihin dulu kesehatan Jisoo, pulihin juga mental dia yang down gara-gara kejadian kemarin, baru lo tanya ke dia, lo obrolin sama dia baik-baik."
Jennie terdiam. Ia mendadak tersadarkan.
"Lo katanya mau berubah, jangan mau kepancing emosi dan nurutin ego lo," Kata Bambam, "Inget setiap lo mau bertindak, ada keluarga yang berharga yang harus lo jagain kedepannya, jangan sampai ada hal-hal dibelakang kejadian lagi."
Jennie berjalan menuju bangku didekatnya, lalu duduk. Ia merasa hampir saja melakukan sebuah kesalahan.
"Gue emang bukan keluarga yang baik Bam," Ucapnya pelan.
Bambam menghembuskan nafasnya, ia seakan tau kemana arah pikiran temannya itu kini.
"Udah Jen, jangan pernah lo mikir lagi untuk nyalahin diri lo sendiri."
"Tapi itu kenyataannya Bam, gue selalu kemakan ego gue sendiri."
"Lo cuma sedang berusaha untuk berubah Jen, mungkin memang maksud lo baik, lo pingin tau semua yang Jisoo lakukan dibelakang kita, antisipasi ada hal buruk yang nantinya bakal menimpa kakak lo atau keluarga lo lagi." Bambam mengutarakan opininya, "Tapi timing lo yang nggak pas."
"Gue trauma Bam lihat keluarga gue bertubi-tubi menderita, gue beneran pingin bahagia, pingin keluarga gue juga bahagia."
"Ya ini awalnya Jen, semua tujuan kita untuk ngehancurin Hyun Sik udah selesai, sekarang waktunya lo kejar semua mimpi lo dan mimpi keluarga lo."
Jennie menoleh pada Bambam, orang yang sudah beberapa kali membuat Jennie mengubah pola pikirnya, orang yang sangat berjasa untuk menghentikan setiap tindakan bodohnya, terlebih lagi dia juga salah satu orang yang membantu keluarganya.
"Makasih ya Bam, jasa lo ke gue dan keluarga gue beneran nggak bisa gue bayar pakai apapun."
Bambam seketika tersenyum, "Yaelah lo kaya sama siapa aja, lo sama keluarga lo juga uda gue anggap saudara."
Jennie ikut tersenyum.
"Pesan gue cuma satu, lo jagain benar-benar keluarga lo, terutama Jisoo." Kata Bambam, "Jangan bikin dia ngerasa keluarga lo ini jadi tanggung jawab dia sendiri, keluarga lo ya tanggung jawab semua anggota keluarga lo."
Jennie mengangguk, "Gue janji Bam, gue bakal tebus semua dosa gue ke keluarga gue, nggak akan pernah gue biarin mereka menderita lagi."
"Sip, bagus kalau gitu."
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [BLACKPINK]
FanfictionSibling Season 2 - Titik terendah bukanlah akhir segalanya. ©️2020 Souliteee