42

3.4K 413 9
                                    

"Istilah golden time itu memang sering muncul pada pasien seperti Jisoo," Jelas dokter, "Dia biasa muncul saat pasien mengalami shock yang luar biasa, seperti melakukan kejadian terburuk atau terindah semasa hidupnya, sehingga ia tiba-tiba teringat dengan masa lalunya,"

"Dan biasanya pasien cenderung tidak siap, karena dia merasa kaget dengan kejadian-kejadian yang ada di masa lalunya, makanya dia shock," Jelasnya, "Efeknya pasti ke otaknya, jadi nggak sadarkan diri,"

"Trus kira-kira apa yang bakal terjadi sama Jisoo dok?"

"Saat dia bangun kemungkinan besar ingatannya akan menghilang sementara," Jawabnya, "Dan masa ini yang saya bilang sebagai golden time,"

"Kalo dia bisa melewati, dia bakal ingat semuanya? Atau opsi keduanya dia kehilangan semuanya?"

Dokter yang biasa menangani Jisoo itu mengangguk.

Sepanjang jalan Bobby teringat dengan percakapannya dengan dokter tadi sore, ia menatap punggung Jisoo dengan penuh harap, ia berharap besar jika semua ini hanya sementara, Bobby tidak ingin jika Jisoo harus kembali ke titik awal, kembali dititik dimana ia harus berusaha sekuat tenaga mengingat segalanya.

Langkah kakinya berhenti.

Ia masih fokus menatap perempuan yang berjarak beberapa meter di depannya, perempuan dengan rambut panjang yang terurai itu terdiam di pinggir jalan raya besar, mengamati setiap kendaraan yang lewat.

Hingga ia kembali memberanikan diri untuk melangkah, dan berjalan.

Tin tin! Tin tin tin! Tin!

Greppp!

Bobby seketika melotot menatap perempuan yang berhasil jatuh ke pelukannya, tangannya yang berotot itu menggenggam erat lengan Jisoo.

"Nggak gini kalo kamu cape sama hidup!" Bobby terlihat sedikit membentak Jiso, ia ingin marah karena apa yang akan dilakukan Jisoo barusan adalah hal yang sangat berbahaya.

"Sorry," Bobby seketika langsung memeluknya, "Kita pulang ya,"

Jisoo mendorong Bobby, lalu mengerjap-ngerjapkan matanya menatap, "Kamu kenal aku?"

••••

Sudah pukul empat pagi, rumah sederhana yang dihuni tiga orang itu masih terlihat gelap. Penghuninya masih terlelap di balik selimut.

Bobby yang tau kata sandi rumah ini dengan pelan menuntun Jisoo masuk, ia berusaha tidak berisik agar tidak membangunkan yang lain.

Jisoo masih diam, ia hanya mengikuti. Ia benar-benar tidak tau mau dibawa kemana.

"Ini kamar kamu, kamu istirahat ya," Bobby mengantarkan hingga ke tempat tidurnya, "Aku mau pulang, besok pagi aku kesini lagi,"

Jisoo menyentuh sebuah pigura foto yang terpajang di atas meja samping tempat tidurnya.

Ia mengambil dan mengamati siapa saja yang ada di dalamnya.

Ada empat orang perempuan yang tersenyum menghadap kamera.

"Bohong," Ucapnya.

Pyarr!!

Jisoo membanting pigura foto itu.

"Bohong!" Teriaknya, ia menyapu semua yang ada diatas meja kamarnya hingga beberapa barang pecah, "Semuanya bohong!"

"Jisoo!"

"Bohong!!!!"

Bobby memeluk Jisoo, berusaha menenangkan.

"Semua bohonggg!!"

"Kak Jisoo!" Terlihat Jennie masuk ke dalam kamar, "Kak Jisoo kenapa Bob?"

"Bohongg!!!" Jisoo masih berteriak, tangannya berusaha menggapai pigura di dinding, namun Bobby masih lebih kuat untuk menahan.

Tak lama Rose pun ikut masuk, "Kak Jisoo kenapa kak?!"

"Jen bawa Rose keluar dulu," Ucap Bobby, ia tidak ingin Rose kembali sesak nafas melihat Jisoo yang sedang membabi buta.

Jennie langsung menggandeng adiknya itu keluar.

"Kak Jen, Kak Jisoo kenapa?" Tanya Rose dengan khawatir, tangisnya sudah luruh membasahi pipi, "Aku takut,"

"Kamu yang tenang ya, ada Kak Bobby yang bakal ngurusin," Jennie memeluk adiknya di sofa.

"Kak Jisoo kenapa jadi kaya gitu sih," Rose masih tidak terima, "Kemarin-kemarin dia nggak pernah sampai semarah itu,"

"Kita tenang dulu ya, tunggu penjelasan dari Kak Bobby," Jennie berusaha besar menenangkan adiknya, sementara dalam batinnya sendiri pun berkecamuk merasa khawatir dengan kakaknya.

Sementara itu Jisoo masih berusaha didekap oleh Bobby.

"Jis tenang Jis tenang!"

Jisoo mendadak lemas, Bobby terduduk dan masih menahan tubuhnya, ia membiarkan Jisoo terbaring dalam dekapannya.

Deru nafasnya yang semula memburu lama kelamaan mulai normal.

Bobby membiarkan perempuan tersayangnya itu tertidur di pangkuannya.

Ia menatap lamat-lamat wajah Jisoo.

Tes!

Sebulir air mata jatuh diatas wajah Jisoo.

Bobby meneteskan air mata yang kedua kali didepan Jisoo seumur hidupnya. Pertama saat dulu ia memohon untuk tetap hidup saat Jisoo berusaha melawan sakitnya, dan kedua, sekarang, saat Jisoo terlelap berperang melawan dirinya sendiri.

Hal itu tak terasa hingga matahari mulai muncul ke permukaan.

Jisoo masih belum terbangun. Sementara Bobby masih setia menggenggam jemari Jisoo.

Hari itu ia akan benar-benar habiskan waktunya untuk menjaga pujaan hatinya.

🖤🖤🖤🖤

Aku mau satu kaya Bobby ya Allah :(( seriussss aku mauuuu. Ayo teman-teman aamiinin :((

RESET [BLACKPINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang