Hari sudah mulai menampakkan semburat kuning kemerahan di ufuk barat. Senja yang tadinya indah kini menjadi senja yang redup. Tak ada siapapun yang memperdulikan indahnya senja saat sahabatnya terbaring lemah antara mati dan hidup di ranjang rumah sakit.
Geng Barber dan Geng Langit menunggu dengan cemas kabar dari dokter yang masih belum keluar dari ruang ICU. Setelah ambulance datang, Lody langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung mendapatkan pertolongan. Namun sayang, dokter mengatakan Lody mengalami kehilangan banyak darah dan harus di operasi.
Cinta sudah berulang kali mondar-mandir di depan pintu ruang ICU. Sesekali matanya menatap lampu merah tanda operasi masih belum selesai. Mulutnya tak berhenti merapalkan doa, dan tangannya juga sudah berulang kali menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
Geng Barber dan Geng Langit menatap sendu kearah Cinta. Membujuk Cinta untuk tetap tenang rasanya sangat sulit sekali karena dia selalu saja menyalahkan dirinya atas insiden yang menimpa Lody.
Lampu tanda operasi telah selesai, dokter mulai menampakkan batang hidungnya. Kedua geng tersebut langsung berdiri dan menanyakan kondisi Lody.
"Bagaiman kondisi teman saya dok?" tanya Raihan mendahului.
Helaan nafas kasar terdengar, raut wajah dokter tersebut tidak berekspresi sama sekali.
"Operasi berjalan lancar, namun kami masih tidak bisa memprediksi kesembuhannya karena luka sayatan pisau berhasil menembus organ dalam dan hampir memutuskan syaraf pada tubuh pasien" jelas dokter.
Cinta kehilangan kata-kata saat mendengar pemaparan dokter. Dia benar-benar menyesal telah membiarkan Lody terlibat dalam pertandingan tersebut.
"Lalu kondisinya?" lanjut Azkiyya.
"Untuk saat ini, pasien masih kritis."
"Apa kita boleh menjenguk pasien dok?" tanya Raihan sopan.
"Ya tentu saja boleh, namun hanya diperkenankan untuk 4 orang saja. Ini untuk menjaga keamanan pasien," jelas dokter.
"Baik dok, terimakasih," angguk Raihan sopan.
"Gifran harus menerima pelajaran," ucap Cinta dengan tangan terkepal dan sorot mata yang tajam.
Langkah Cinta dicegat oleh Raihan, "Cin tenang, lo gak boleh gegabah."
"Udah cukup Han! Gue sudah muak dengan segala sifat Gifran," bentak Cinta dan mulai melangkah kembali.
"Cin!" Raihan kembali mencekal tangan Cinta.
"Lepasin gue!! Gifran harus mati Han Gifran gak berhak buat hidup!" Cinta berontak, akal sehatnya sudah tak bisa mendengarkan logikanya.
"Lo gak boleh nekat Cin, lo harus pikirin Lody!"
"Kalau bukan gara-gara Gifran Lody gak bakal terbaring di rumah sakit, ini semua karena dia."
"Lepasin tangan gue! Lo gak berhak cegat gue, kesaba...."
"CIN!!" bentak Raihan tak kalah hebat membuat Cinta tak bersuara dan langsung terdiam.
"Lo jangan egois! Lo harus pikirin Lody yang sedang berjuang melawan masa kritisnya, dia butuh lo daripada bajingan seperti dia," tambah Raihan dengan suara yang masih meninggi.
Cinta terdiam, wajahnya menunduk.
"Lo benar," ucap Cinta pelan, "gue harus temuin Lody."
Cinta bergegas untuk memasuki ruang ICU disusul oleh Raihan dan Azkiyya. Sedangkan yang lain kembali terduduk di kursi sambil berjaga-jaga hal yang tidak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Cinta [END]
Teen Fiction#2 in fakesmile 12-29-18 Masa lalu mungkin bisa dilupakan, namun tak selamanya semua harus tentang masa lalu. Ada kalanya apa yang telah kau dapatkan hari ini haruslah diperjuangkan dan dipertahankan. Karena setiap orang memiliki prioritasnya masin...