Sekolah telah sepi, seluruh siswanya telah meninggalkan sekolah kecuali tim paduan suara. Mereka pulang lebih lama dari jadwal pulang yang telah ada. Setelah selesai memberikan arahan tentang lagu yang akan mereka bawakan, Arif lantas mengakhiri latihannya dan berlanjut pada pertemuan besok hari.
Cinta segera mengambil tasnya di dalam kelas dan segera pergi. Hari ini entah mengapa terlihat spesial karena adanya Arif. Orang baru yang sungguh baik, dia dengan senang hati mengajari Cinta tentang musik. Dia juga mengajarkan Cinta awalan dalam menjadi dirigen. Dia harus belajar menguasai not dan ketukan pada lagu yang akan mereka bawakan, serta ayunan tongkat yang juga sesuai. Kak Arif mengajarkan semuanya pada Cinta.
"Cin!" panggil Sayip membuat Cinta tersadar dari lamunannya.
"Eh lo belum pulang Yip?" tanya Cinta.
"Gue nunggu lo, karena gue tau lo pasti butuh tumpangan kan?" tebak Sayip dengan cengiran khas miliknya.
Cinta terdiam, sebenarnya tidak begitu. Kalaupun tidak ada Sayip, dia bisa menelfon supir di rumah, atau sekedar mencari sensasi baru dengan menaiki angkot atau semacamnya.
"Hey!" seseorang menepuk pundak Cinta hingga membuatnya sedikit terkejut.
"Kak Arif?"
Cinta ataupun Sayip kini tengah menatap Arif dengan wajah bingung.
"Kok belum pulang?" tanya Arif.
"Eh iya ini mau pulang kok kak."
"Mau kakak anterin?" tawar Arif masih dengan keramahannya.
"Cinta udah bareng gue," jawab Sayip sambil menggenggam pergelangan tangan Cinta.
"Ih sakit Sayip, lepasin!" Cinta berusaha melepaskan tangan Sayip yang justru malah semakin kuat.
"Lo pulang bareng gue kan Cin?" Sayip memastikan.
Cinta meringis, "nggak! Gue mau sama Kak Arif aja, soalnya jalannya searah sama dia. Lepasin Sayip!"
"Heh, lo gak usah pegang kuat-kuat bisa nggak? Lo mau patahin tangan Cinta?" ucap Arif sambil mendorong Sayip hingga tangan Sayip pun berhasil terlepas.
Nafas Sayip mulai memburu, dia tipikal orang yang mudah marah jika ada orang lain yang mencari keributan padanya. Matanya manyorot tajam ke arah Arif, terlihat dari raut wajahnya kalau dia sangat tidak suka akan kehadiran Arif.
"Lo itu siapa? Lo hanya orang baru disini, gue pacarnya Cinta jadi gue berhak buat bareng dia," jawab Sayip memburu.
Cinta mengernyitkan dahi, sementara Arif menatap kearah Cinta.
"Bentar bentar. Pacar? Sejak kapan kita pacaran?" tanya Cinta.
Ambyar! Hancur sudah harga diri Sayip. Dia kira Cinta akan membenarkan ucapannya sama seperti saat itu saat dirinya juga membenarkan ucapan Cinta yang memanggilnya sebagai pacar.
"Lo..... lo gak suka sama gue? Waktu itu kan lo sendiri yang bilang gue ini pacar lo."
"Gue anggap lo itu sahabat gue Yip. Gue gak pernah menaruh rasa sama lo, waktu itu gue udah pernah bilang kan kalau gue itu terpaksa bilang lo itu pacar gue," jelas Cinta semakin membuat Sayip merasa terpojokkan.
"Gampang banget lo ngomong Cin. Lo mainin perasaan gue, gue sudah terlalu berharap sama lo Cin," Sayip merasa tak terima akan semua ini.
"Gue gak pernah mainin perasaan lo, lo-nya saja yang terlalu berharap sama gue."
Sayip tersenyum kecut, "ternyata benar apa kata Lody, kalau lo menjadikan orang lain sebagai pelampiasan lo saja. Hati-hati bro, jangan sampai lo juga jadi pelampiasan dia," ucapnya pada Arif yang masih berdiri menyimak keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Cinta [END]
Roman pour Adolescents#2 in fakesmile 12-29-18 Masa lalu mungkin bisa dilupakan, namun tak selamanya semua harus tentang masa lalu. Ada kalanya apa yang telah kau dapatkan hari ini haruslah diperjuangkan dan dipertahankan. Karena setiap orang memiliki prioritasnya masin...