Tak ada lagi kejahatan yang harus ditutupi, semua kejahatan harus dibasmi dengan kebenaran. Sebuah kebenaran sangatlah berharga dibandingkan dengan kecurangan.
Dan inilah titik akhirnya, Geng Langit yang bukan sembarang geng akan terus berusaha berada di jalan kebenaran. Mungkin kebanyakan nama 'geng' adalah sosok kelompok yang selalu menjadi parasit kerusuhan, namun tidak dengan geng ini. Kerusuhan bukanlah sifat mereka, tapi kebenaran adalah jiwa mereka.
Siapa sangka Geng Barber yang notabene-nya humoris dan gampang sekali memulai pertemanan akan membawa keduanya menjadi satu ikatan persahabatan yang tidak mereka sangka. Sebuah awal yang selalu menjadi keributan disaat ketua gengnya bertemu akan menjelma menjadi bibit persahabatan yang sangat erat, atau bahkan bibit cinta.
Terik matahari yang menyengat tubuh tak menyurutkan mereka untuk mendatangi markas Geng Kapak. Mereka harus bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat. Gifran memang berhasil menghindar dari kejaran polisi (part meminta penjelasan), namun kali ini dia tidak akan bisa lolos begitu saja.
"Gimana caranya kita lewat? Itu geng motor kayaknya bukan orang baik-baik deh," ucap Azkiyya.
Mereka kini sedang memperhatikan Jalan Paku dari jauh yang kini sudah berkumpul anggota geng motor dengan tubuh kekar, banyak tato dan pakaian yang hampir tak menyerupai pakaian.
"Kita kan masih memakai pakaian sekolah, kita nyamar saja. Seolah kita ditugasin guru buat melakukan penelitian," ucap Raihan.
"Penelitian apaan, orang jalan itu tak berpenghuni," jawab Omri sinis.
"Tapi setidaknya di ujung jalan itu ada sawah, kita bisa memakai sawah itu sebagai alasan utama," jawab Raihan, "kalian semua serahin saja sama gue," lanjut Raihan mulai mengambil langkah dan diikuti oleh semuanya.
Sesampainya didepan geng motor tersebut mereka terdiam yang mendapat tatapan tajam dari anggota geng motor itu.
"Misi bang, anu kita mau lewat boleh kan?" tanya Raihan dengan sedikit cengiran tak berdosa.
Lelaki itu hanya memandang Raihan dan mulai meminta persetujuan dari yang lain.
"Emang ada perlu apa?" tanya lelaki itu dengan suara berat.
"Jadi gini bang, kita ada tugas penelitian tentang tanaman langkah. Nah di ujung jalan ini dengar-dengar ada sawah yang ditumbuhi tanaman langlah itu bang. Makanya kita mau cek langsung ke lokasi," ucap Raihan serius.
Lelaki kekar itu hanya manggut-manggut lantas kembali menatap teman-temannya yang juga menatap tajam ke arah anak sekolahan itu.
"Lebih baik cari tempat yang lain saja lah Bro, jalan ini berbahaya soalnya," jawab salah satu diantara geng motor tersebut dengan nada sopan.
"Emang kenapa bang?" tanya Lody.
Terjadi keheningan diantara mereka. Geng motor itu terlihat menunduk dengan raut wajah campur aduk.
"Dulu salah satu diantara kita meninggal karena kena bacok oleh seseorang yang tak dikenal di jalan ini. Makanya selama ini kita selalu nongkrong disini berharap menemukan pelakunya sekaligus menjaga agar masyarakat tidak melewati jalan ini dan tidak ada korban lagi," jelas seorang lelaki yang pakaiannya sedikit menonjol dari yang lain, mungkin dia adalah ketuanya.
Geng Barber dan Geng Langit tercekat, mereka tak percaya saat mendengar penjelasan mereka. Jadi itulah alasannya kenapa setiap hari Jalan Paku itu selalu tertutup dengan geng motor seperti mereka.
"Maaf bang, selama ini kita berprasangka buruk sama kalian. Kita pikir kalian seperti geng motor yang lain," kata Candri menimpali.
"Kita memang geng motor bro, tapi kita juga memiliki hati nurani. Seburuk apapun kita dimata orang lain, kita juga gak berani melukai seseorang apalagi melihatnya, gak tega bro," ucap seorang cowok yang mungkin seusia dengan Geng Langit.
"Sebenarnya di jalan ini ada pintu rahasia bang, disana adalah markas dari sebuah geng bernama Geng Kapak. Kita mau kesana karena geng itu harus menerima pelajaran atas perbuatan mereka," jujur Raihan.
"Jangan panggil bang lah, kita gak setua yang kalian lihat. Umur kita paling hanya beda setahun, panggil aja gue Rizal," ucap lelaki itu yang bisa dibilang adalah ketuanya.
"Gue Fahmi. Kalo dilihat dari nama kelas di seragam kalian sih kita seumuran," tambah yang lain dan dijawab oleh Raihan dan Lody sebagai perwakilan.
"Ohh oke bang, eh maksud gue Rizal," jawab Raihan. "Jadi gimana nih Zal, izinin kita lah!" mohonnya.
"Bro, jangan-jangan yang buat teman kita meninggal juga karena ulah Geng Kapak yang mereka maksud bro," ujar Fahmi pada Rizal.
"Nah betul bro, hajar aja langsung."
"Ini negara hukum bos, mereka harus dihukum."
"Tunggu apalagi, cek langsung aja bos."
Timpal anggota geng motor yang lain.
"Lo semua bisa diem gak!! Kita harus cari tau dulu, kalo gegabah memang lo semua mau masuk penjara masal?" jawab Rizal.
"Maap bos maap!"
Geng Barber dan Geng Langit hanya terdiam mengamati interaksi geng motor dihadapannya yang bisa mereka bilang seperti sebuah sahabat selayaknya mereka.
"Mereka teman kalian?" tanya Fahmi.
"Tidak. Mereka lain sekolah dengan kita," jawab Raihan.
"Sekolah? Jadi mereka masih anak sekolahan? Dari pagi kita sudah disini bro, tapi tidak ada orang yang lewat satu pun selain kalian," ucap Fahmi.
"Jalan ini kita jaga ketat bro. Memang apa yang sudah mereka perbuat pada kalian?" tambah Rizal.
"Mereka mengirim teror pada salah satu diantara kita, dan itupun bukan sembarang teror. Teror yang mereka kirim sangat tak pantas, bahkan beberapa hari yang lalu mereka membuat Lody hampir kehilangan nyawa," jelas Raihan.
"Tuh kan bos, mereka saja jadi korban. Udah jelas-jelas mereka pelakunya bos," timpal anak muda yang pakaiannya sedikit rapi dengan kalung rantai di lehernya.
"Tapi kita gak punya bukti," ucap Fahmi pelan.
"Udah kalian tenang saja, kita akan pancing mereka dengan pembahasan meninggalnya teman kalian itu. Tapi salah satu kalian harus menyamar dan ikut dengan kami agar buktinya semakin jelas," jawab Lody.
"Biar Fahmi yang ikut," ucap Rizal sembari menatap kearahnya dan meminta persetujuan Fahmi.
Fahmi mengangguk, "gue harus menyamar bagaimana?"
"Menyamar seperti kita. Lo memakai seragam yang sama seperti kita seakan lo itu anggota geng kami," jawab Lody.
"Seragamnya?"
"Pakai punya gue."
"Hah? Terus lo pakai apa?"
"Gue ketua Geng Langit, tinggal pakai jaket doang."
"Yakin gak bakal ketahuan?" tanya Fahmi.
"Lo gak lihat gue bawa pasukan banyak? Mereka gak bakal tau, lagian mereka banyak yang tidak mengenal anggota gue," jawab Lody.
Akhirnya Fahmi menyetujui perkataan Lody. Mereka yang tampak sangat brutal dan menakutkan sama sekali berbanding terbalik dengan hati mereka yang bisa dibilang sama seperti Geng Langit.
Beberapa menit kemudian, dua orang cowok menghampiri mereka semua. Kini Fahmi telah berganti seragam milik Lody dan Lody sendiri telah memakai jaket kulit berwarna hitam yang selalu dia bawa saat kesekolah.
"Untung saja gue pake seragam yang baru, jadi tidak ada badge nama gue disana," ucap Lody yang mulai berbaur dengan mereka.
"Gue serahin semuanya sama lo," ucap Rizal sambil menepuk bahu Fahmi.
"Oke lo tenang saja."
"Tunggu apa lagi, ayo buruan! Mulut gue sudah gatal nih pengen menyumpahi mereka semua," ucap Cinta.
****
Love you readers❤
Jangan melihat fisik seseorang dari luarnya saja ya gaess! Tapi lihatlah dari hati mereka!
Ayo terus vote dan dukung cerita AKDC kesayangan kalian.
Maaf atas kesalahan susunan penulisan dan saltik gak pernah ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Cinta [END]
Teen Fiction#2 in fakesmile 12-29-18 Masa lalu mungkin bisa dilupakan, namun tak selamanya semua harus tentang masa lalu. Ada kalanya apa yang telah kau dapatkan hari ini haruslah diperjuangkan dan dipertahankan. Karena setiap orang memiliki prioritasnya masin...