Reminder : karena ini versi terbaru dari Cinta Perlu Bersabar, sepertinya tetap harus dibaca dari chapter pertama.
**
Usai berbincang, kami sempat keliling yayasan untuk melihat satu demi satu kelas yang sedang berlangsung. Namun, tentu tidak bisa semua karena ada beberapa yang libur dan hanya ada pada hari tertentu. Sekar fokus mendengar penjelasan dan memotret dengan kameranya. Sedangkan aku menatap satu demi satu mata anak-anak di sana. Seolah mencari-cari sumber kekuatan mereka.
Aku malu, kadang-kadang bahkan mengeluhkan hal-hal sepele seperti tugas dari dosen. Sedangkan mereka, untuk berada di sini saja untung-untungan. Mereka pernah berada di titik paling kelam kehidupan, bahkan di luar sana pasti ada lebih banyak lagi yang belum terjangkau oleh orang-orang baik.
Aku lagi-lagi teringat Yasmin.
"Makasih banyak ya, Teh, udah luangin waktu buat riset saya. Nggak ngerti lagi gimana kalau misalnya Teteh nggak mau atau nggak bisa." Kami sudah selesai dan Sekar pamit. "Teh Laila mau makan siang bareng?" tawar Sekar yang ditolak dengan gelengan kepala.
"Maaf habis ini saya ada janji, kapan-kapan insyaallah. Kita harus jaga silaturahmi, oke?" Kami berdua mengangguk. Teh Laila yang ramah dengan wajahnya yang menawan benar-benar membuat kami betah memandang. Sejuk saja rasanya bila menatap perempuan itu.
Kemudian aku dan Sekar pulang, tetapi mampir dulu di warung makan langganan kami. Sekar bercerita tentang Teh Laila, perempuan itu ternyata pemilik sebuah bimbingan belajar yang terkenal di daerah Depok dan sekitarnya. Bimbingan belajar yang dulu Papa rekomendasikan kepadaku sebelum tes SBMPTN. Dia adalah senior beberapa angkatan di atas Sekar.
"Keren ya?"
Sekar mengedik. "Gue nggak pernah mau lihat orang keren dari prestasinya, tapi dari seberapa kuatnya Teh Laila buat ngadepin banyak hal untuk sampai di sini." Aku sepertinya banyak berdecih pada Sekar, saat ini pun begitu, kusenggol lengannya. Dia memang paling tidak asik dan banyak tidak setuju dengan pendapatku.
"Tapi yang paling membuatku pengen balik lagi tentu Yasmin sih, Kar. Dia kayaknya susah dideketin ya."
"Kalau lo sabar pasti bisa kok. Asal jangan nunjukin wajah kasihan di depan orang yang udah berusaha tegar, itu justru bikin dia ngerasa nggak sepadan sama yang lain. Mending lo tunjukin kalau saat ini deketin dia karena dia yang sekarang."
Sekar ada benarnya juga, mungkin Yasmin menjauhiku karena takut aku juga melihatnya dengan pandangan kasihan. Mengingatkan dirinya bahwa dia adalah seseorang yang memang patut dikasihani karena sebuah luka, yang bahkan akan membekas selamanya.
Lalu ponselku berdering memutus percakapan kami karena aku harus mengangkat telepon dari Bang Ardan. Sekar tersenyum miring ketika melihat nama di layar ponselku.
"Kenapa, Bang?"
"Aku di rumah makan seafood yang biasa. Kalau mau ke sini santai aja, pesenannya juga belum dateng kok."
Aku tersenyum ketika Bang Ardan berkata akan menjemput. "Oke ditunggu."
"Dijemput?" tanya Sekar. Kujawab dengan anggukan, terlebih pesanan kami sudah datang dan saatnya menyantap makan siang.
"Nggak apa-apa, kan?"
"Jelas nggak apa-apa, gue malah seneng nggak perlu nganterin lo."
"Dasar!"
Sembari makan aku teringat sesuatu. "Bang Ardan suka sama perempuan."
Sekar menatapku dengan sebelah alis menukik. "Bagus kalau Abang lo suka cewek, emang lo berharapnya dia suka cowok?" Aku terkekeh, tetapi juga kesal. Ingin kupukul kepalanya, tetapi aku terlalu sayang. Jadi aku hanya mengembuskan napas saja. Dia tahu aku menyukai Bang Ardan sejak pertama kali aku merasakan debar-debar pada lelaki itu, sesensitif itu dia, tetapi tidak dimanfaatkan secara tepat untuk sahabatnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Perlu Bersabar (Completed)
Spirituellesperjuangan adalah kisah Yumna, mencintai akhirnya membuatnya menemukan begitu banyak cinta yang tak diketahui dunia. Cinta yang barangkali tak masuk kategori cinta oleh manusia. Info : Cerita yang di-publish di wattpad tanpa melalui proses editing d...