Reminder : Novel ini diperbarui, jadi kalian harus membaca dari bab awal yang ada tanda repost atau chapter tambahan supaya nyambung. Bab depan yang belum ada tanda itu barangkali tidak akan nyambung.
___
Hari ini aku datang lagi ke yayasan untuk bertemu Yasmin, padahal kami sudah sering bertemu karena dia akan datang ke rumah untuk Mama. Aku merasa bahwa Allah sedang menyiapkan cerita-cerita menarik lainnya untuk menghangatkan hatiku. Usai salat subuh tadi aku mencoba untuk tilawah dan rasanya menenangkan, seperti seolah Allah sedang mengajakku diskusi panjang, perihal tujuan hidup yang pada akhirnya memang kembali pada-Nya.
Untuk pertama kali dengan sesadar-sadarnya aku membuka al-qur'an dengan maksud menemukan ketenangan dan hatiku bergetar-getar. Perasaan malu dan haru campur menjadi satu, menggedor-gedor hati.
Setelah selesai memakai jilbab persegi empat berbahan wolfis yang kudapat dari Bunda. Aku keluar dari kamar dan turun ke bawah lalu menghampiri anggota keluarga yang lain, yang pasti sedang sarapan. Namun, mataku membeliak begitu melihat Bang Ardan juga duduk di depan Mama.
Dia tersenyum padaku. Sudah berapa hari kami tidak bertemu, tepatnya aku yang menghindar. Kupikir akan mudah untuk baik-baik saja setelah mendapat pencerahan kemarin. Namun, melihat matanya yang hangat dan senyum yang menawan seperti biasa, ada rasa sesak yang menjalar ke hati.
Ayo Yumna, tundukan pandangan. Semakin lama memandang akan semakin sakit. Bagaimanapun, kamu dan Bang Ardan bukan mahram walau kalian sedekat kakak dan adik, tetap saja tidak sedarah. Buktinya kamu dengan mudah bisa jatuh cinta kepadanya, kan?
Kuambil napas dalam-dalam. Kudekati Papa dan Mama, mencium pipi mereka seperti biasa. Kami sarapan dengan tenang, berakhir dengan Papa yang pamit berangkat ke kantor.
"Kamu ada kelas pagi, Na?" tanya Bang Ardan yang ikut membantu Mama membawa piring ke wastafel. Dia tidak membiarkanku membantu Mama dengan mengambil lebih dulu piring-piring itu.
"Iya, Mama perhatiin Yumna sekarang sering berangkat pagi ya?"
"Baru kemarin sama hari ini, Ma. Bisa ya dibilang sering." Mama terkekeh.
"Ada kelas pagi?" tanya Bang Ardan lagi.
"Enggak. Ketemu Yasmin." Bang Ardan mengangguk-angguk, aku memalingkan wajah dengan memperhatikan Mama mencuci piring.
"Abang anter ya? Hari ini Abang masuk siang."
Aku menggeleng. "Nggak usah."
"Nggak apa-apa, susah banget ketemu kamu, Na. Empat hari kita nggak ketemu, padahal setiap hari Abang ke rumah." Aku meringis. "Abang anter ya?" tawarnya lagi masih tidak menyerah. Tipikal Bang Ardan sekali memang, tidak mau menyerah kalau masih ada kesempatan.
"Aku mau naik motor sendiri, susah nanti pulangnya kalau dianter."
"Na, kok kamu nggak peka sih. Abangmu mau anter karena sekalian mau lihat Laila." Mama terkekeh setelah mengatakan itu. Bang Ardan menimpali dengan menyangkal malu-malu. Lalu aku? Terdiam tanpa bisa menjawab, bahkan tubuhku tak meresponsnya sama sekali. Kebas.
Pahit pahit pahit! Semoga patah hati ini segera pergi.
Aku berdiri dan mendekati Mama. Mencium punggung tangan wanita itu dan berlari ke depan. Mama berteriak memarahiku yang tidak sopan karena meninggalkan tawaran Bang Ardan. Aku lebih mirip bocah, pantas saja Bang Ardan tidak menyukaiku, kan?
"Na." Bang Ardan mengejar. Aku berusaha keras memasang helm ke kepala. Laki-laki itu terkekeh begitu sudah berada di sampingku.
"Iya iya, Abang nggak akan maksa nganter kamu. Tapi lihatin dulu dong mukanya, dari tadi nunduk aja. Abang, kan, juga kangen," katanya ringan sekali. Bang Ardan mencoba menolehkan wajahku dengan tangannya, refleks aku menghindar dengan memalingkan wajah.
![](https://img.wattpad.com/cover/186498069-288-k896480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Perlu Bersabar (Completed)
Spiritualperjuangan adalah kisah Yumna, mencintai akhirnya membuatnya menemukan begitu banyak cinta yang tak diketahui dunia. Cinta yang barangkali tak masuk kategori cinta oleh manusia. Info : Cerita yang di-publish di wattpad tanpa melalui proses editing d...