(Repost) Ke Yogyakarta

3.3K 177 7
                                    

Reminder : novel ini diperbarui, jadi kalian harus membaca dari bab awal ya supaya nyambung. Bab yang sudah diperbarui ada tanda repost atau chapter tambahan ya.

___

Pagi-pagi sekali selesai salat tahajud, aku dan Sekar sudah duduk melingkar mendengarkan Yasmin tilawah. Menyimak bacaan anak perempuan itu. Wajahnya pucat dan tegang. Aku menenangkannya, mengatakan bahwa semua peserta juga pasti sama gugupnya.

Jam sepuluh lebih empat puluh lima menit Yasmin dipanggil. Dadaku bergemuruh penuh haru melihatnya di depan sana, di depan para juri dan peserta lain. Suaranya yang merdu, Yasmin tampak menghayati setiap ayat demi ayat yang ia baca. Aku menggenggam tangan Sekar karena takut akan kehilangan kendali dan berlari ke arah Yasmin untuk memeluknya.

Ustaz Izam berdiri agak jauh dari kami berdua. Dia juga terlihat menghayati ayat demi ayat yang dibaca Yasmin, menyimaknya menggunakan al-qur'an pocket yang sedari tadi ia bawa, sesekali mengangguk-angguk.

Setelah selesai, Yasmin berlari ke arahku. Memeluk tubuhku erat sekali. Tangannya dingin, tetapi dia justru tertawa. Wajahnya terlihat lega. Aku balas memeluknya. Ustaz Izam tersenyum dan mendekat, mengusap kepala Yasmin sambil mengucap kalimat syukur berkali-kali.

"Ustaz Izam," panggilku.

"Kenapa, Yumna?"

"Saya dan Sekar akan mampir dulu ke Yogya, semalam Nenek saya menelpon untuk mampir. Dan rencananya saya ingin mengajak Yasmin juga. Apakah boleh?"

"Oh, silakan silakan. Malam ini setelah penutupan dari panitia, acara sudah selesai. Informasi selanjutnya memang akan diinformasikan pada ketua pembimbing."

Nenek memang menelepon tadi malam. Papa yang bilang pada beliau kalau aku sedang berlibur di Magelang. Namun, karena sudah lama tidak ke Yogyakarta Nenek memintaku untuk berlibur ke sana saja.

"Saya juga kebetulan sekali akan ke Yogyakarta, besok ada walimahan teman, karena sedang dekat Yogya jadi ingin datang sekalian. Tidak bisa ikut pulang ke Jakarta." Ustaz Izam menambahkan.

"Kalau begitu, bareng saja Ustaz," ajak Yasmin. Ustaz Izam tersenyum pada Yasmin.

"Nggak apa-apa, Ustaz. Bareng saja, kami nggak keberatan." Aku mengangguk ke arahnya. Entah kenapa berbincang dengan Ustaz Izam memang membuatku serba salah. Ia yang begitu menjaga pandangan membuatku juga tidak enak menatapnya lama-lama. Wajahnya bersih, apalagi saat memakai kacamata, wibawanya bertambah berkali-kali lipat. Janggutnya ditumbuhi jenggot yang jarang-jarang dan tidak begitu panjang. Menambah kesan manly yang saleh. Cocok sekali dengan perempuan salihah seperti Teh Laila.

Aku mengabari Nenek bahwa kemungkinan besar acara akan selesai malam. Karena tidak tahu harus naik apa Nenek menawarkan untuk menyuruh seseorang menjemput ke hotel. Kuiyakan saja, sebab hari memang sudah malam untuk berkeliaran mencari bus atau kendaraan lain karena acara ditutup pukul delapan malam.

Sambil menunggu jemputan di lobby, Ustaz Izam berbincang-bincang kecil dengan Yamin. Sedangkan Sekar asik mengerjakan tugas yang mendadak sekali diinformasikan kepadanya, bahwa tetap harus dikumpulkan melalui e-mail meski dia sudah izin tidak masuk. Sedangkan aku? Rasanya perasaanku seperti kosong. Tidak sedih, tapi juga tidak bisa dikatakan senang.

Tak lama setelah itu, mobil Toyota Avanza biru berhenti di depan kami. Aku menaikkan kedua alis. Menunggu siapa yang turun dari dalam mobil itu. Sekar memasukkan laptop ke dalam tas, Yasmin sudah berdiri di sampingku. Ustaz Izam mencangklong tasnya.

Yang turun dari mobil adalah seseorang yang sangat ingin kuhindari. Salah satu alasanku untuk menyegarkan pikiran kini justru ada di hadapanku. Sedang tersenyum dan melambaikan tangan seolah semua sedang baik-baik saja.

Cinta Perlu Bersabar (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang