25. Brownie

7.4K 912 139
                                    

"Jimin awas!" Taehyung segera memegangi kamera yang nyaris terjatuh karena tersenggol oleh tangan Jimin. 

Pekikan dari pria bersurai blonde itu sontak menyadarkan Jimin dari lamunannya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kamera kesayangannya sudah berada di ujung meja. Beruntung ada tangan Taehyung yang memegangi benda persegi itu. Kalau tidak, sudah pasti kameranya akan jatuh membentur lantai kafe. 

"Ya tuhan! Terima kasih Tae!" Serunya penuh kelegaan.

Pria bersurai blonde tampak menggeser kamera hitam itu ke tengah-tengah meja kemudian menatap Jimin dengan tatapan serius. "Kau ini kenapa eoh? Kau terlihat banyak melamun sejak tadi. Tidak seperti biasanya."

"Hum? Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya perasaanmu saja Tae." Jimin tersenyum lebar, berusaha menutupi rasa gundah yang tangah mengendap di pikirannya.

Taehyung tampak menyipitkan mata curiga setelah mendengar jawaban dari sang sahabat. Ia hapal betul bagaimana gerak-gerik Jimin dan jujur saja dia merasa aneh dengan tingkah pria berpipi tembam itu sejak tadi.

"Perbanmu baru saja dibuka dan dokter sudah memperbolehkanmu kembali menari. Harusnya kau senang dengan hal itu kan? Tapi entah kenapa rasanya moodmu malah terlihat turun hari ini." Komentar Taehyung.

"Jangan berlebihan eoh." Jimin memutar matanya malas. "Tentu saja aku senang karena dokter sudah memperbolehkanku kembali menari, tapi kan rasa senang itu tidak perlu kulebih-lebihkan. Apalagi kita sedang berada di tempat umum."

"Bukan masalah melebih-lebihkan Chim. Hanya saja kau terlihatㅡ" Iris gelap Taehyung tampak memandang lekat wajah pria bersurai golden brown di depannya. "ㅡsedikit murung dan bingung."

Jimin tak merespon kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya. Ia terlihat menyibukkan diri dengan sepiring pasta pesanannya. 

"Jimin."

Panggilan itu diabaikan begitu saja oleh Jimin yang tampak asik menyantap pasta sambil menatap layar ponselnya.

"Aish, Park Jimin!"

"Yak! Kembalikan pastaku!" Protes Jimin pada Taehyung yang  baru saja menarik paksa piringnya.

"Kau tidak boleh makan sebelum menjawab pertanyaanku." Ujarnya seraya menarik minuman dan dessert milik Jimin.

"Tae!"

"Speak."

Jimin tampak mencebikkan bibirnya kesal. Kalau sudah begini ia tak punya pilihan lain selain bercerita yang sebenarnya pada Taehyung karena sekeras apapun dia mencoba untuk mengelak dan berbohong, sahabatnya itu akan terus memberondongnya dengan pertanyaan sampai dia menjawab yang sebenanrnya. Kekasih si Jeon itu selalu tahu kapan Jimin berbohong atau bicara jujur.

"Bicara atau aku akanㅡ"

"Baik! Baik! Aku akan bicara." Jawab Jimin cepat. "Dan tolong letakkan ponselmu."

Taehyung tampak kembali meletakkan ponselnya di atas meja dengan seringai kemenangan di wajahnya. Sepertinya ia akan sering-sering mengancam Jimin menggunakan Yoongi mulai sekarang.

"Sebelum cerita, aku ingin kau berjanji padaku untuk tidak menceritakan ini pada siapapun, termasuk Jungkook." Jimin menatap Taehyung serius. "Aku percaya padamu."

"Ya ya aku janji. Memang sebenarnya ada apa eoh? Sepertinya serius sekali." Tanya Taehyung penasaran.

Pria berpipi tembam tampak mneghela napas pelan seraya membuka aplikasi pesan di ponselnya dan menunjukkan pesan yang ia dapat tadi pagi pada Taehyung. "Seseorang mengirimiku pesan pagi ini."

Sugar Boy | YoonMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang