Kak Raiwan berdiri kokoh di depan anggota OMTS. Berkarisma dan semakin tampan. Nashwa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dua tangannya ditangkupkan dan dijadikan bantal baik di pipi kanan maupun kiri. Beberapa kali Kak Raiwan juga tertangkap basah tengah tersenyum ke arahnya. Membuat Nashwa melayang semakin tinggi.
"Inget umur, Wa!" tegur Joa geli sendiri.
"Ih biarin. Siapa suruh ganteng banget?"
"Temen-temen, seperti yang udah saya katakan tadi. Kami punya beberapa informasi untuk kalian. Pertama, fungsi hotel ini hanya untuk transit. Hotel ini hanya membantu kalian yang berasal dari berbagai daerah agar mudah bertemu karena letak hotelnya yang strategis, yaitu di pusat kota Jakarta. Jadi, kita tidak akan menginap di hotel ini lagi. Info kedua, OMTS sudah punya basecamp sendiri di Bogor. Besok pagi kita akan berangkat ke sana."
Gogo mengangkat tangannya dan langsung bertanya.
"Lhoh Kak, bukannya kita bakal menginap di setiap penginapan yang ada ketika kita tur?"
"Nah, itu akan terjawab di informasi ketiga, Go. Temen-temen, tadinya kita memang sepakat untuk latihan selama seminggu dan pentas di akhir minggu itu juga. Iya, kan? Kita juga sepakat untuk latihan di tempat pentas yang artinya itu di luar daerah. Tapi, karena cara itu dinilai kurang efektif dan sekaligus untuk menghemat biaya, maka kita menjadwal ulang kegiatan OMTS menjadi satu bulan karantina dan empat hari tur nonstop untuk pentas. Terus tiga hari berikutnya kita bakal liburan ke Singapura."
"Asekkk," teriak Nashwa histeris disusul teriakan-teriakan girang lain.
"Kami juga sudah beri tahu orang tua kalian. Tidak ada dari mereka yang keberatan. Semua setuju. Dan sekarang, apa kalian sendiri bersedia?"
"Bersedia, Kak," jawab semua secara serempak.
"Oke, sekarang kalian boleh kembali ke kamar untuk istirahat. Selamat bertemu besok pagi!"
Kak Raiwan membereskan barang-barang bawaannya dan berjalan keluar. Namun sebelum itu, ia sempat berhenti dan menoleh ke arah Nashwa.
"Uwa, saya masih SMA. Kalau kamu nggak percaya, silakan cek ig saya," ujarnya sambil tersenyum kemudian benar-benar pergi.
"Eh?" Nashwa terlihat salah tingkah. Sementara itu, Joa dan Charisa tak henti menyenggol-nyenggol bahunya.
"Manggilnya udah Uwa aja nih?" goda Deven dari ujung meja.
Nashwa semakin malu dan memilih menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
🎵🎵🎵
A/N: Eits, jangan kesel! Aku emang sengaja cuma bikin sekitar 300 words cuma buat menginformasikan itu. Sebagai permintaan maaf karena part ini sedikit banget, maka kali ini aku akan up dua part sekaligus. So, jangan udahan setelah baca ini. Masih ada satu lagi.
With love,
Del.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month to Shine [End]
Fanfiction"Kita seperti dua waktu di muka bumi. Harus ada yang menjadi malam selagi yang lain menjadi siang. Waktu bukan masalah serius. Meski tak terang bersama, semua akan mendapat giliran." Biarlah laki-laki itu berkata bijak sebagai seorang pemimpi dan pe...