Pekan baru hampir dimulai. Agenda OMTS hari ini adalah tidak ada agenda. Semua disibukkan dengan persiapan malam minggu ke kota yang kedua. Dalam sebuah lingkungan, waktu adalah hakim terbijak untuk menentukan keadaan yang terbaik.
Hubungan antaranggota OMTS sudah membaik, tapi ada juga yang masih belum tersentuh sayap dewi fortuna. Friden dan Joa misalnya. Bahkan sekarang Friden terlihat lebih dekat dengan Britney. Joa yang diawal seolah akan nyeleweng justru makin santai. Semakin giat berlatih dan fokus pada OMTS.
Di sisi lain, pasangan yang baru saja memulai kisahnya, Deven dan Anneth, tengah asik memilih sepatu sembari berbincang ringan.
"Neth, bentar lagi tinggian aku daripada kamu."
"Iya-iya, tau. Lagian kalau kamu gak tinggi-tinggi, aku nggak nyandar-nyandar sama kamu," timpal Anneth sambil mencubit gemas pipi Deven.
"Lhoh, sekarang pun kalau mau nyandar gak apa-apa, kok."
Deven menepuk bahunya dan mendekatkan duduknya dengan Anneth, bermaksud agar Anneth lekas menyandar. Namun Anneth malah buru-buru menjauh.
"Nggak, nggak mau. Nanti leherku sakit kayak waktu itu."
"Ya udah deh, biar bahuku yang pendek ini buat nyandar cewek yang pendek juga."
Anneth memincingkan matanya. "Siapa?"
"Lifia lah, siapa lagi," timpal Deven sok ketus.
"Anakmu, kan?" gurau Anneth.
"Anakmu juga."
Tawa Deven membatalkan niat Anneth untuk kesal. Tarikan bibir dan deretan gigi pria itu selalu mendamaikan hatinya. Alhasil Anneth hanya bisa ikut tersenyum.
"Udah ah, aku mau ke Lifia dulu."
Deven berdiri dan meninggalkan Anneth dengan sisa-sisa tawanya.
"Dev!"
Baru beberapa detik Deven melangkah, Anneth sudah kembali memanggilnya. Yang dipanggil pun tersenyum dan langsung menoleh. "Kenapa? Cemburu sama anak sendiri?"
"Ih, pede! Aku mau bilang kalau...," sebelum melanjutkan kalimatnya, Anneth mendekati Deven dan berhenti beberapa jengkal di depan pria itu, "tali sepatumu belum diiket."
Sontak Deven menunduk dan mendapati tali sepatunya benar belum diikat. Tapi bukannya lekas-lekas mengikat, Deven justru kembali terkikik.
"Aku mau bilang, lain kali sebelum ngingetin orang, ngaca dulu!" ujar Deven sambil berjongkok. Kemudian dengan cekatan mengikatkan tali sepatu Anneth yang ternyata belum diikat juga.
🎵🎵🎵
Jakarta yang padat. Suasana menjengkelkan tapi juga dirindukan oleh beberapa anak OMTS seperti Joa dan Lifia. Tak ada alasan khusus memilih kota yang familiar itu sebagai tempat malam mingguan mereka. Hanya sebab bosan akan makanan di basecamp yang melulu sayuran. Seluruh anggota OMTS tak terkecuali mbak-mbak yang biasa masak di basecamp ikut merayakan pesta daging di salah satu restoran Korea.
Diam-diam ketika yang lain bersenda gurau sembari menunggu pesanan, Deven melipir mendekati Kak Raiwan dan berbisik.
"Kak, boleh nggak kalau aku nggak makan semeja sama yang lain? Aku mau makan sama Anneth. Berdua aja."
Kak Raiwan mengulum bibirnya, menahan senyum yang sebentar lagi meledak. Tapi tak lama kemudian menampakkan muka seriusnya lalu melipat dua tangan di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month to Shine [End]
Fanfiction"Kita seperti dua waktu di muka bumi. Harus ada yang menjadi malam selagi yang lain menjadi siang. Waktu bukan masalah serius. Meski tak terang bersama, semua akan mendapat giliran." Biarlah laki-laki itu berkata bijak sebagai seorang pemimpi dan pe...