Perlahan namun pasti Anneth membuka pintu kamar hotelnya. Tepat, tidak dikunci. Seorang panitia mengatakan rekan sekamar Anneth sudah datang sejak pagi, jadi kunci lebih dulu diberikan kepadanya.
"Permisi," Anneth menyapa seorang gadis yang tengah duduk memunggungi pintu.
Sayangnya gadis itu sedang mengenakan headphone. Jadi, mungkin gadis itu tak mendengar suara Anneth yang memang sengaja dipelankan. Anneth memilih dulu mengabaikannya agar bisa menyusun koper-kopernya di rak.
Setelah selesai, Anneth menghampiri teman barunya itu. Ternyata selain mendengarkan musik, ia juga tertidur.
Lah, tidur? Biarin dulu, deh.
Mengusung koper membuat Anneth lelah bukan main. Tanpa pikir panjang, ia segera menjatuhkan badannya di satu ranjang. Awalnya ia hanya berdiam diri sambil menatap langit-langit, tapi lama-kelamaan rasa kantuk membuatnya tertidur pulas.
Pukul setengah satu kira-kira, badan Anneth diguncang oleh sesorang. Anneth menggeliat dan hal pertama yang ia lakukan adalah melirik arlojinya.
"Bangun, yuk! Kita disuruh kumpul di meeting room sama panitia," tuturnya sambil terus menggoncang tubuh Anneth.
Anneth pun bangkit ke posisi duduk.
"Hai! Kamu Anneth, kan?" tanyanya lagi dengan senyum yang menawan mirip penyanyi Marion Jola.
"Iya. Maaf tadi main masuk aja," ucap Anneth.
"Santai aja, Neth. Lagian tadi aku juga tidur. Bangun-bangun, eh, udah ada kamu."
"Oh ya, sampai lupa, kenalin aku Joa," lanjutnya lagi sambil mengajak Anneth bersalaman.
Tentu saja Anneth menyambutnya dengan senyum-senyum tertahan. Ternyata dirinya sekamar dengan gadis yang sudah membuat Friden jatuh cinta. Tentu saja itu menjadi keuntungan besar bagi Anneth yang mengemban tugas untuk mencomblangkan mereka.
"Neth, tadi aku kebangun gegara ada yang dateng ke sini. Namanya...Deven. Iya, Deven kalo gak salah. Katanya dia mau ketemu kamu. Tapi berhubung kamunya tidur, dia balik lagi. Aku juga tau namamu dari dia," terang Joa selengkap-lengkapnya.
Anneth sedang malas membicarakan Deven. Siapa juga yang mau disuruh nunggu lama-lama dengan bawaan seabrek bak penumpang mudik lebaran.
"Oh," timpal Anneth. Sebuah jawaban singkat yang membuat Joa terheran-heran.
"Dia fans kamu ato gimana?"
"Dia tetanggaku. Aku lagi males sama dia."
Setelah sedikit berbasa-basi keduanya turun ke lantai dua untuk menghadiri pertemuan antaranggota OMTS. Di ruangan yang tidak terlampau besar itu, sudah duduk dengan anggun dua panitia perempuan. Sebut saja mereka Kak Mawar dan Kak Felisa. Satu berhijab dan satu tidak.
Ternyata Anneth dan Joa menjadi anggota pertama yang tiba di sana. Selepas menyalami kedua panitia dengan canggung ala-ala bocah, Anneth dan Joa mengambil tempat duduk di pojok belakang.
Meeting room di sini adalah sebuah ruangan dengan meja panjang dan beberapa kursi yang mengelilinginya.
"Kami datengnya kecepetan, ya, Kak?" Joa memberanikan diri untuk bertanya.
"Enggak, kok. Temen-temen kalian aja yang sedikit ngaret," jawab Kak Mawar sambil terkikik kecil.
Tak lama kemudian, datang dua orang lagi yang belum mereka kenal. Keduanya sama-sama berhijab, namun memiliki karakter berjalan yang sangat berbeda. Dua orang ini yang nantinya Anneth kenal sebagai Raisya dan Aziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month to Shine [End]
Fanfiction"Kita seperti dua waktu di muka bumi. Harus ada yang menjadi malam selagi yang lain menjadi siang. Waktu bukan masalah serius. Meski tak terang bersama, semua akan mendapat giliran." Biarlah laki-laki itu berkata bijak sebagai seorang pemimpi dan pe...