Anneth menggosok-gosokan telapak tangannya. Udara dingin puncak membuat pipinya memerah bahkah sebelum memakai blush on. Bicara soal blush on, saat ini Anneth sedang dimake up oleh temannya sendiri, Joa. Siapa pun tak akan meragukan kemampuan gadis itu dalam urusan rias-merias. Friden layak berbahagia telah dianugerahi pasangan yang pandai mempercantik diri seperti Joa.
Kembali ke Annteh. Ia menurut saja saat disuruh dongak, nunduk, melek, merem, bahkan merem melek oleh Joa. Ini demi penampilannya di acara yang tidak main-main.
"Kamu grogi, ya, Neth?" tanya Joa yang sadar suhu tubuh Anneth menurun.
Tanpa malu Anneth mengangguk. "Iya. Ada tips nggak Jo?"
"Apa, ya? Aku jarang manggung sih. Gimana kalau makan permen?" Joa mengeluarkan permen dari sakunya.
"Selesai."
Joa selesai memberi sedikit kehidupan di wajah Anneth. Bibir gadis itu tak lagi sepucat tadi. Joa puas dengan hasilnya, begitu juga dengan yang dirias.
"Sana siap-siap. Aku sama yang lain di barisan paling depan."
"Eh Jo, tapi jangan teriak-teriak gak jelas, ya. Aku malu."
"Beres."
Anneth kemudian menuju panggung untuk tampil. Diam-diam ia berharap seseorang akan datang di tengah-tengah penampilannya dan ikut menyanyi bersama. Sayang, hingga lagu yang ia bawakan berakhir Anneth masih tetap sendiri. Teman-temannya bertepuk tangan riuh dari kursi penonton, namun tetap saja suasana hatinya sunyi.
"Neth, nanti kamu tampil sekali lagi. Udah tau, kan?" tanya Kak Raiwan yang kini resmi menggantikan Kak Mawar.
"Iya."
"Sekarang kamu ke ruang wawancara dulu. Banyak media yang datang secara khusus buat meliput kamu."
Sejurus kemudian Anneth sudah duduk di depan para wartawan. Gadis yang hampir lulus SMA itu siap ditanyai banyak hal.
"Anneth, kamu kan penyanyi papan atas, kok masih mau mengisi acara amal seperti ini sih?" tanya seorang wartawan yang pertanyaannya terdengar agak sensitif. Tapi bukan Anneth kalau tidak bisa menjawab segala pertanyaan dengan kalem.
"Itu karena saya lahir dari event luar biasa ini. Saya yakin tanpa OMTS saya tidak akan sampai di posisi sekarang," jawab Anneth tenang dan percaya diri.
"Anneth, kamu sering post foto sama pemilik akun ajidian01. Apa orang itu pacar kamu?"
Anneth sempat tersenyum sebelum menjawabnya. "Bukan. Dia sahabat sekaligus kakak bagi saya."
"Oh ya Anneth, kamu mau lanjut ke mana setelah lulus SMA?"
"Belum bisa dikasih tau sekarang. Nanti, ya."
"Denger-denger Anneth habis pulang dari Singapura. Kenapa sih selalu pilih Singapura, padahal banyak negara lain yang bisa juga dikunjungi artis-artis seperti Anneth ini."
"Karena Anneth pengen ketemu saya."
Ah, sosok yang Anneth rindukan itu. Dia datang. Dia benar-benar datang. Duduk di antara para wartawan yang sedari tadi sibuk meliput. Anneth terdiam. Semua kamera langsung menyorot ke arah Deven lalu kembali fokus wajah Anneth yang telah berkaca-kaca.
Deven bangkit, merangsek kerumunan media, dan mendekat ke tempat Anneth. Awalnya langkah Deven pelan, namun tiba-tiba cepat dan lebar-lebar. Pria itu menghampiri Anneth untuk meminta dagu gadis itu. Mata Anneth memejam. Beberapa wartawan bersorai dengan kamera yang menjadi sangat liar. Dan apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month to Shine [End]
Fanfiction"Kita seperti dua waktu di muka bumi. Harus ada yang menjadi malam selagi yang lain menjadi siang. Waktu bukan masalah serius. Meski tak terang bersama, semua akan mendapat giliran." Biarlah laki-laki itu berkata bijak sebagai seorang pemimpi dan pe...