Seminggu terakhir udara Jakarta lebih panas dari biasanya, bahkan suhunya melebihi ambang normal. Tidak hanya siang hari, tapi juga pagi saat matahari baru beberapa jengkal bertengger di langit timur. Anneth menuang pelembab lebih banyak dari biasa. Setelah wajahnya bersih, pelembab gel itu disepuhnya ke bagian wajah, tangan, dan kakinya.
Sejurus kemudian, Anneth memerhatikan pantulan dirinya di cermin. Setelah mematung cukup lama, akhirnya ia melepas anting bulannya. Rambutnya yang semula disanggul juga dilepas hingga tergerai bebas.
Kemudian Anneth menjangkau jaket yang semula disandingkan dengan sweter sebagai bandingan. Ya, sepertinya Anneth lebih nyaman dengan penampilannya yang sekarang. Aji alias Kak Ajinya itu membuat Anneth berkutat dengan hal-hal yang berbau feminim akhir-akhir ini. Namun entah kenapa hari ini Anneth ingin kembali seperti dulu. Memakai pakaian santai yang anti ribet, seperti yang selalu dipakai Deven.
Lupakan soal penampilan sebab Anneth sudah sangat percaya diri dengan yang ia kenakan. Ayo beralih pada nyala redup ponselnya akibat chat-chat yang masuk beruntun!
Anneth sedang menscroll beberapa pesan dari grup OMTS generasinya. Mereka mengagendakan acara reuni yang kebetulan waktunya tiba di hari ini. Anneth terkikik, kemudan mengernyit serius, lalu terkikik lagi. Begitulah sampai hampir semua ekspresi terpampang bergilir di wajahnya.
Namun yang terakhir terlalu lama duduk di muka Anneth, yaitu raut sedihnya.
Itu lantaran Nashwa yang tiba-tiba menyinggung kedatangan Deven. Tentu saja Anneth sedih. Ia sudah tahu jawabannya. Deven tidak akan datang, seperti tahun yang sudah-sudah.
Kontak antara dirinya dengan Deven benar-benar telah terputus. Harapan sekecil debu untuk kembali bersama Deven perlahan hilang. Anneth rasa semuanya sudah usai. Deven memang pernah beberapa kali pulang ke Indonesia. Namun bukan ke Jakarta, melainkan ke Lombok, tempat dimana keluarga besarnya tinggal. Momen itu selalu terabadikan, bahkan beberapa foto di sosmednya mengabarkan saat-saat bersama Charisa.
Dari banyaknya rangkaian peristiwa itu, tidak sekali pun Deven menghubungi Anneth atau sekedar terbang ke Jakarta untuk melepas rindu dengannya. Deven benar-benar berubah. Ia meninggalkan Anneth tanpa mengakhiri hubungan.
Sungguh alasan yang membuat Anneth tersiksa. Selama ini ia tak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun karena statusnya yang masih pacar Deven.
Okelah, Anneth mengaku. Ia tidak benar-benar lepas dari Deven. Masih sering rindu. Juga beberapa kali pergi ke Singapura dengan harapan bisa bertemu Deven lagi. Namun sejauh ini usaha Anneth selalu berujung sia-sia.
"Anneth."
Segala pemikiran di otak Anneth buyar saat maminya masuk membawakan segelas susu hangat.
"Minum dulu sebelum berangkat."
Anneth mengangguk lesu lalu meneguk susu itu tanpa sisa. Mami Anneth mengelus kepala puterinya berkali-kali. Anak kecilnya sudah menjelma menjadi gadis yang hebat. Begitu banyak yang sudah ia lewati hingga bisa sampai di titik ini.
Ya, siapa sih yang tidak kenal Anneth? Solois muda yang namanya sudah tersohor di jagad hiburan. Semua itu tidak lepas dari satu bulan yang membuatnya bersinar terang, One Month to Shine.
"Kamu berangkat sama Aji, kan?" tanya mami yang dibalas satu anggukan 'iya' dari Anneth.
"Hati-hati, ya. Salam buat temen-temenmu. Inget, harus seneng-seneng di sana. Nggak boleh ngegalauin Deven lagi."
"Aaah Mami, kalau diingetin gimana Anneth nggak kepikiran?" rengek Anneth yang tiga hari lalu baru bertolak dari Singapura agar bisa bertemu Deven, namun tetap saja gagal.
"Kayaknya Aji lebih bertanggung jawab."
"Mami, berapa kali Anneth bilang coba? Kak Aji cuma kakak, temen, sahabat, dan saudara buat Anneth. Nggak lebih."
"Iya-iya. Berangkat sana! Kayaknya Aji udah sampai," ujar mami yang sekilas mendenar mobil berhenti di halaman.
Anneth pun keluar dengan membawa koper kecilnya. Ia akan menginap dua hari untuk reuni dan mengisi acara OMTS yang kesekian.
Harusnya Anneth antusias, tapi kenyataannya tidak. Pagi ini kilas balik tentang Deven seolah diputar kembali. Membuat Anneth badmood. Alhasil gadis itu terus diam selama perjalanan, mengabaikan Aji yang jadinya ngoceh sendiri.
"Partisipan OMTS sekarang banyak, ya?" Aji memulai.
"Hm."
"OMTS selalu punya kejutan tiap tahunnya. Menurutmu kali ini apa?"
"Entah."
"Ngundang tamu istimewa kali, ya?"
"Mungkin."
Aji menghela. Anneth terus menimpali omongannya dengan kalimat-kalimat singkat dan tanpa ekspresi. Gadis itu juga tak putus-putus memandang keluar jendela. Entah apa yang ia pikirkan.
🎵🎵🎵
Setibanya di basecamp lama OMTS yang sekarang hanyalah sebuah vila, Anneth berubah drastis. Ia sangat antusias setelah bertemu teman-temannya. Nashwa, Joa, Charisa, Lifia, Gogo, Friden. Pokonya semua, kecuali Deven.
"Bintang kita dateng, gaess!!" pekik Charisa sebelum menghambur ke pelukan Anneth bersama yang lainnya.
"Aku kangen kalian," ungkap Anneth berkaca-kaca.
"Aku bawain sushi nih." Nashwa yang baru pulang liburan dari Jepang menyerahkan sushi yang ia beli di salah satu resto di Bandung.
"Kok ini alamatnya Bandung?" keluh Anneth.
"Hehe, yang penting sushi, kan?" kekeh Nashwa.
Kemudian mereka menghabiskan hari dengan bersenda gurau. Saling bertukar cerita, mengenang kisah-kisah lucu di tempat itu, dan bermain musik di ruang musik yang belum dirubah tata letaknya.
"Nanti malem kalian ikut ke konser puncak OMTS, kan?" tanya Anneth di sela permainan gitarnya.
Semua mengiyakan. Anneth bersyukur bisa tampil dengan dilihat langsung oleh teman-temannya.
"Cha, nanti kamu duduk di sebelah aku, ya. Kita harus di barisan paling depan pokoknya," ujar Gogo pada Charisa remaja yang semakin dewasa semakin cantik.
"Ih ogah."
"Yaelah, gitu amat sama mantan. Gimana juga kita pernah berjuang bareng dulu."
Gogo membuat mimik seolah-olah akan menangis jika Charisa tidak mau mengiyakan ajakannya. Mereka memang sudah tidak berpacaran lagi. Kisah asmara mereka tak lebih dari cinta monyet anak kelas 8 SMP.
Justru yang tidak diduga-duga adalah Joa dengan Friden. Jika ada yang mengira mereka selesai saat OMTS selesai, maka orang itu keliru. Joa dan Friden masih langgeng sampai detik ini.
Ah, betapa senang hati Anneth berada di tengah-tengah teman lamanya meski masih ada satu ruang di dalam sana yang kosong melompong karena ketidakhadiran seseorang.
🎵🎵🎵
Pokoknya setelah baca ini kalian wajib vote dan komen. Masih sabar nunggu ending?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month to Shine [End]
Fanfiction"Kita seperti dua waktu di muka bumi. Harus ada yang menjadi malam selagi yang lain menjadi siang. Waktu bukan masalah serius. Meski tak terang bersama, semua akan mendapat giliran." Biarlah laki-laki itu berkata bijak sebagai seorang pemimpi dan pe...