❝Dia tidak ekspresif dan cenderung membosankan, tapi sikapnya bisa berubah pada orang yang menjadi prioritasnya❞
•••
Senyum yang terukir di bibir Jaehyun tak pernah luntur. Matanya masih setia menatap punggung sempit istrinya. Taeyong tidur membelakanginya dan itu sudah cukup membuat hatinya menghangat. Bahkan, getaran dalam dadanya 8 tahun yang lalu masih sama seperti sekarang.
Tak ada yang berubah, Taeyong masih mengikat hatinya. Tak membiarkannya jatuh pada pesona siapapun selain dirinya. Membuat ia tersiksa saat sedetik pun tak menatap wajah sempurna dari sosok yang sangat dicintainya.
Tangan Jaehyun tergerak, hendak mengusap surai sang istri yang berwarna cokelat terang karena terpaan lampu tidur disamping ranjang. Namun, sebelum niatnya tersampaikan, Taeyong tiba-tiba berbalik ke arahnya. Sontak jantungnya semakin berpacu dengan cepat, wajah polos pria mungil yang tengah tertidur pulas di sampingnya lagi-lagi membuat seluruh tubuhnya lemas.
Kau sangat indah, Taeyong-ah.
Jaehyun kembali mengangkat tangannya. Mengarahkan satu ibu jarinya hingga menyentuh pipi kiri sang istri. Mengusapnya perlahan sebelum membungkuk dan mengecup kening pria mungil itu cukup lama.
Kedua ujung bibirnya kembali terangkat, dengkuran halus Taeyong bahkan terdengar merdu di telinganya. Ia terkekeh pelan lalu mendekatkan bibirnya pada milik sang istri, kembali mencuri kecupan singkat yang akan membuat pria mungil di hadapannya naik pitam jika mengetahui tingkah kurang ajarnya.
Sepasang suami istri memang wajar melakukan hal-hal seperti ini bukan?
Tapi, tidak dengan Jaehyun dan Taeyong. Keduanya seolah dibatasi oleh dinding penghalang, dimana tak ada sentuhan juga ucapan kasih sayang dalam hubungan mereka.
Perjodohan, memang terkadang sangat kejam. Namun Jaehyun percaya, meski Taeyong tak menunjukkan tanda-tanda jika masih mencintainya, ia yakin suatu saat nanti pria mungil itu akan luluh dengan sendirinyaㅡmeski mereka terikat hanya karena sebuah perjodohan.
Lengan Jaehyun telah melingkar sempurna pada pinggang ramping sang istri. Wajah Taeyong pun telah tenggelam di depan dada bidangnya. Bibirnya mengecup surai wangi Taeyong berkali-kali sebelum bergumam, "Good night, my first and last."
***
"Tae! Jangan kesana!"
Ten menarik lengan pria yang sama mungilnya dengan dirinya. Menahan pergerakan sosok yang juga adalah sahabatnya agar tak melanjutkan langkah ke UKS.
"Aku harus memastikan sesuatu, Ten!" Taeyong meneriaki pria berdarah Thailand di sampingnya.
Menghempaskan tangan yang mencengkeram erat lengannya lalu kembali mempercepat langkah ke ruangan dimana Jaehyun sedang terbaring lemah. Benar, insiden penolakan seminggu yang lalu masih membuat hatinya terluka. Tapi, melihat sosok itu pingsan ditengah lapangan basket justru membuatnya khawatir diam-diam.
"Jaehyun, kau baik-baik saja?"
Pria tinggi itu mengangguk. Bangun dan terduduk di tepi ranjang, hendak turun lalu keluar dari ruangan berbau obat-obatan. Namun, sepasang lengan milik sosok dihadapannya menahan pergerakannya hingga ia masih terduduk disisi tempat tidur khas rumah sakit itu.
"Kau masih sangat lemas, tetaplah disini sampai bel pulang."
Jaehyun menggeleng lemah, "Aku baik-baik saja." Katanya lalu menepis tangan yang mencengkeram bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...