33 회

25K 3.1K 217
                                    

Dia memikirkan sesuatu secara terorganisir bahkan jauh ke depan dibanding orang kebanyakan

•••

"Aku akan kesana sekarang," Ten yang tengah menjepit ponsel diantara pundak dan telinganya mendesah pelan sebelum kembali bersuara, "Baiklah, baiklah."

Pria berdarah Thailand itu memutus sambungan telefon. Baru saja Jaehyun menghubunginyaㅡdengan memakai ponsel Taeyong tentu saja. Ia awalnya sedikit heran, mengapa sepasang suami istri itu menyuruhnya datang ke Bandara untuk menjemput mereka. Padahal, sebelumnya sang bos memberitahu ia dan karyawan butik lain jika akan cuti selama dua minggu di Parisㅡjuga membiarkan D'Suits mencari sponsor utama dari luar negeri.

Namun, baru seminggu lebih berlalu, tiba-tiba Taeyong dan Jaehyun telah kembali ke Korea. Ia penasaran, apa yang terjadi dengan dua sejoli berwatak bagai air dan api itu.

Bukankah Jaehyun bahkan menambah izin dengan alasan bulan madu? Batinnya. Tanpa berlama-lama, Ten bergegas keluar dari ruangan sebelum meninggalkan butik untuk menjemput sang sahabat juga suami si pria mungil.

Sementara Ten tengah melawan arus kemacetan di beberapa titik jalan menuju bandara Incheon, sepasang suami istri yang telah sampai di Korea berpuluh-puluh menit lalu terduduk di bangku panjang halte bandara; dengan si mungil yang bersandar pada bahu suaminya.

"Kau masih pusing?" Tanya Jaehyun sembari memijat pelan kening sang istri.

"Hm," Taeyong bergumam, "Jae, aku lapar."

Pria tinggi itu menjauhkan pelan tubuh sang istri, beralih menyandarkan Taeyong pada sandaran bangku lalu mengusap kening si mungil yang berkeringat dingin, "Tunggu di sini, aku akan ke Cafe dan membeli roti." katanya dan hendak berdiri.

Namun, jemari Taeyong mencengkeram pergelangan tangannya, pria mungil itu memasang tampang memelas dengan bibir yang dikerucutkan. "Aku tidak ingin sendiri di sini," rengeknya, "Aku ikut, Jaehyun."

Jaehyun menghela napas pelan, berjongkok di hadapan sang istri sembari mendongak dan menatapi wajah si mungil. "Tapi kau masih pusing, sayang." katanya sebelum memberikan kecupan pada punggung tangan Taeyong. Keduanya tak sadar jika saat ini mereka menjadi pusat perhatian, beberapa orang menatap iri dan lainnya lagi memberikan tatapan penasaran.

Pancaran dari berpasang-pasang netra manusia di sekeliling Taeyong dan Jaehyun seolah bertanya "Apa mereka sepasang suami istri?"

"Apa sosok mungil berparas cantik itu seorang wanita?"

Namun, baik itu Taeyong maupun Jaehyun seakan tidak peduli. Jika dunia dapat mereka miliki, maka saat inilah penggambaran yang sangat tepat. Keduanya seolah menganggap orang-orang disana hanyalah debu yang ditiup angin, berlalu begitu saja.

"Lalu bagaimana jika aku terkapar di sini sendirian hah?" Pria mungil itu merenggut kesal sebelum memalingkan muka.

Sang suami hanya bisa mendesah pelan sembari menarik tengkuk istrinya, menggigit dagu lancip Taeyong pelan lalu terkekeh, "Baiklah," Ia mengulas senyum lembutnya. "Kau bisa berjalan ke Cafetaria?"

Si Pria mungil menggeleng, memanyunkan bibir dan merentangkan tangan kearah sang suami, "Gendong," rengeknya.

"Lalu bagaimana dengan koper kita, Tae?" tanya Jaehyun sembari mengusap pelan pipi kiri istrinya. "Kalau semua ini hilang bagaimana?"

Ia mencoba menenangkan Taeyong agar mau duduk tenang di bangku halte saja dan mengizinkannya ke Cafetaria secepat kilat. Bukan apa-apa, ia hanya takut jika si mungil kembali pingsan seperti dua hari lalu di Paris saat tengah berjalan-jalan.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang