43 회

23.8K 2.8K 437
                                    

Memasuki bulan kedelapan usia janin sang istri, Jaehyun semakin was-was jika Taeyong selalu ingin bepergian. Contohnya sekarang, si mungil masih terus memaksa agar mereka datang pada acara reuni seangkatan saat di sekolah menengah dulu.

Ya, bagi Taeyong yang punya banyak sahabat, fans, teman, bahkan kenalan sekilas pasti bersemangat untuk datang dan bertemu orang-orang itu. Tapi Jaehyun tidak, ia tak suka keramaian, tatapan benci dari teman istrinya, juga cibiran yang ia yakini akan menyentuh indera pendengarannya.

"Ayolah sayang," Taeyong menarik lengan Jaehyun yang tengah bersandar di kursi kerja ruangan pribadi si pria tinggi. "Aku berjanji, ini permintaan terakhirku untuk bepergian sebelum melahirkan," rengeknya.

Jaehyun memalingkan muka diikuti helaan napas pasrah. "Jaehyun kumohon," ia bisa mendengar kalimat itu dengan suara lirih istrinya.

"Duduklah," pria berlesung pipi itu menepuk pahanya, menginstruksikan sang istri agar duduk di pangkuannya.

Taeyong yang menginginkan izin dari suaminya pun otomatis menjadi istri penurut. Duduk di pangkuan sang suami dengan posisi menyamping, ia memeluk leher Jaehyun posesif. "Boleh ya? Aku tidak akan banyak tingkah di sana," ia berbisik sebelum mendaratkan kecupan ringan pada bibir pria berlesung pipi itu.

"Janji?" Jaehyun menatap serius ke arah istrinya.

Bukan apa-apa, melihat perut Taeyong semakin membesar membuat ia takut bahkan hanya ketika melihat si mungil sekedar berjalan di dalam rumah saja. Lalu sekarang, Taeyong justru ingin datang ke swimming pool hotel, tempat reuni bertema musim panas yang diadakan angkatan mereka. Ia yakin, suasana di sana amat ramai, sesak dan berlangsung riuh.

Taeyong mengangkat kelingkingnya yang berukuran jauh lebih kecil dari milik Jaehyun. "Janji!" ia berseru sembari meraih tangan Jaehyun agar saling mengaitkan anak jari.

"Cium dulu," goda Jaehyun sembari memejamkan mata dan memanyunkan bibirnya.

Termangu sejenak, Taeyong terkekeh pelan melihat tingkah kekanakan suaminya. Jaehyun mungkin terlalu stress akibat keinginannya yang bermacam-macam, jadi sikapnya berubah layaknya pria manja dan haus kasih sayang, pikirnya.

"Dasar," cibir Taeyong sebelum mengulum sejenak bibir sang suami. "Sudah?" tanyanya saat melepas pagutan.

Namun, bukannya menjawab, Jaehyun menarik tengkuk istrinya dan kembali mempertemukan dua belah benda lembut nan manis itu. Entah, ia merasa akhir-akhir ini wajah Taeyong semakin berseri-seri. Membuatnya tak bisa melewatkan waktu tanpa mencium, menggigit, dan mencubit gemas si mungil.

Jika sebelum hamil Taeyong cantik, maka sekarang istrinya itu sangat jauh di atas kata cantik saja, pikir Jaehyun.

"Sudah selesai, Nyonya?"

Pria mungil berbalut kemeja besar hitam dengan shade gold, serta bawahan celana katun cream tertawa ringan sebelum berhambur memeluk suaminya erat. "Iya, Tuan Jung," gumamnya lalu mengecup pipi Jaehyun.

"Kau belum pernah makan sesuatu sejak tadi siang," pria berlesung pipi itu merapikan poni yang menutupi sebagian mata sang istri. "Makanlah dulu sebelum kita berangkat. Di sana mungkin tak ada makanan berat."

Taeyong menggeleng, bibirnya dikerucutkan dengan bahu digoyangkan kekiri dan kekanan bergantian. "Aku tidak lapar," rengeknya.

"Tumben," gumam Jaehyun spontan hingga ia mendapat delikan tajam dari si mungil di hadapannya.

Mendesis kesal, Taeyong mencubit pinggang sang suami. "Kenapa kau menyebalkan sekali akhir-akhir ini, ha?" gumamnya dengan rahang mengeras karena gemas.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang