31 회

25K 3.4K 181
                                    

Rela mengorbankan segala yang ia punya termasuk nyawa sekalipun, hanya untuk orang terkasih

•••

"Jae, sudah pagi."

Taeyong menggerakkan pelan tubuhnya yang sejak semalam dipeluk oleh sang suami. Namun pria tinggi itu tetap gigih untuk mendekapnya seolah tak membiarkan ia kemana-mana. Padahal, sejak satu jam yang lalu Ten telah mengiriminya berpuluh-puluh pesan agar datang ke butik.

Saat ini mereka memang masih berada di kediaman Tuan Jung. Alergi Jaehyun semalam membuat kedua orang tua pria itu melarang keras sang anak dan menantunya untuk pulang. Alhasil, Taeyong harus menghubungi Minho yang nyatanya telah berada di rumahㅡsendiri. Memberitahu sang adik jika mereka akan kembali pada pagi hari.

Sayangnya, meski sudah hampir menunjuk angka sembilan pagi, Jaehyun masih enggan melepas tautannya dengan sang istri. Taeyong hanya bisa memaklumi, pria itu mungkin sedang ingin bermanja-manja karena perselisihan sesaat mereka kemarin. Lagipula, menghabiskan waktu bersama suami memang hal yang paling ia sukai.

Tapi kali ini rasanya kurang tepat, sebab mereka masih berada di rumah Tuan dan Nyonya Jung. Meskipun sebagai menantu keluarga itu, tapi berlama-lama di kamar dan tak membantu sang Ibu mertua untuk sekedar menyiapkan sarapan membuat Taeyong merasa tak enak dan malu.

"Kau ingin ke butik?" Jaehyun sebelum berusaha bangkit dari posisinya. Duduk dan bersandar di badan ranjang, ia kembali berucap, "Perutku masih sakit," gumamnya sembari memasang tampang memelas.

Apa-apaan si Jung ini?! Taeyong membatin. Menahan hasrat untuk tak berteriak akibat ekspresi dari sang suami yang menggemaskan.

Ia pun menghela napas, ikut bangkit dan duduk di samping Jaehyun, "Ada hal penting yang harus kukerjakan, aku berjanji tak akan lama," katanya lalu mengusap dan merapikan surai sang suami yang sedikit acak-acakan.

"Apa hal penting itu...Yuta?"

Tatapan Jaehyun berubah menjadi datar sebelum menghindari kontak mata dengan istrinya. Sedangkan pria mungil yang merasa terpojokkan meraih dagu lancip sang suami, memberikan morning kiss dengan pagutan pelan hingga tak ada sedikitpun rasa manis yang tersia-siakan.

Melepas tautan bibir, Taeyong mengecupi rahang si pria berlesung pipi sebelum berucap, "Masih pagi, Jaehyun. Aku tak ingin mengomelimu lagi karena hal ini."

Jaehyun menipiskan bibir, kedua lubang cacat sekaligus pemanis alami pada pipinya pun muncul begitu saja. Ia menyandarkan kepala pada bahu istrinya, kedua lengannya pun kembali melingkar sempurna dipinggang si mungil.

"Jangan bertemu lagi dengannya."

"Baiklah, terserah," Taeyong berucap pasrah, "Tapi kau juga tak boleh menemui Hyojung, bagaimana?"

Mendongak, pria berlesung pipi itu menatap wajah istrinya lamat. "Tapi dia hanya sahabatku, Tae..."

"Lalu apa salahnya jika aku juga menganggap Yuta sahabatku sekarang?"

Taeyong meninggikan suara. Namun melihat keterkejutan suaminya, ia buru-buru menarik pelan kepala Jaehyun agar kembali bersandar pada bahunya.

"Maksudku... Niatnya datang kemarin hanya untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga kita. Lagipula aku dan Yuta juga saling mengenal sudah cukup lama sebelum menjadi sepasang kekasih dulu," katanya panjang lebar.

Mendengar hal itu, Jaehyun lantas menjauhkan tubuhnya dari sang istri. Memilih untuk bersandar pada badan ranjang lagi sembari menatap ke luar jendela kamarnya saat masih tinggal di rumah ini dulu.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang