❝Dia suka sesuatu yang abstrak ataupun imajinasi tingkat tinggi❞
•••
"Astaga, Tae! Apa yang kau lakukan?"
Ten yang baru saja sampai di rumah sang sahabat tersentak melihat Taeyong tengah dudukㅡah, sepertinya bukan duduk, sebab pria mungil itu merebahkan punggung pada lengan sofa dengan satu kaki memanjati sandaran benda empuk itu.
Ia lantas berjalan tergesa, buru-buru menurunkan paksa kaki jenjang atasan sekaligus sahabatnya agar duduk normal, "Ya Tuhan, bahkan kau memakai celana jeans?!"
Termangu sejenak, Ten menggeleng melihat penampilan Taeyong. Ripped jeans, sweater berwarna cream yang terbilang tipis untuk suhu sedingin saat ini dan kakinya yang tak dibungkus kaos kaki.
Padahal, meskipun sedang berdiam diri di dalam rumah, harusnya si mungil tetap menjaga kehangatan suhu tubuhnyaㅡapalagi ia tengah mengandung.
"Oh? Kenapa kau datang, Ten?" Balas Taeyong santai, ia duduk tegak dengan Ten yang telah mendaratkan bokong di sampingnya. "Lalu siapa yang mengawasi butik?"
Pria berdarah Thailand itu mendecakkan lidah, "Kau masih memikirkan butikmu?" Ia menyentil pelan kening Taeyong. "Aku bahkan tak bisa bekerja dengan tenang saat kau mengirimiku pesan tadi," cebiknya.
Menghela napas lega, Ten merentangkan tangan ke arah sahabatnya, "Selamat, Tae!" katanya dan disambut pelukan hangat oleh Taeyong. "Akhirnya aku akan mendapat keponakan," Ia terkekeh sembari mengusap punggung si Ibu hamil.
"Terima kasih, Ten." Taeyong menarik diri dan kembali menatap wajah pria disampingnya. "Kuharap kau dan Johnny segera menikah dan memberiku keponakan juga," sindirnya lalu terkikik geli.
Memutar bola mata, si pria berdarah Thailand mencubit gemas pipi sahabatnya, "Tak usah memikirkanku, lebih baik sekarang kau mengganti pakaianmu ini, Nyonya Jung," Ia menatap Taeyong tak nyaman.
"Mana ada Ibu hamil yang memakai Jeans? Kau benar-benar!" Ucapnya kesal sebelum menuntun sang sahabat untuk bangkit dari sofa.
"Ini permintaan babyku," Taeyong tersenyum malu-malu, "Katanya agar Appanya tidak melirik orang lain jika Eommanya ini tetap modis."
Memasang tampang datar, Ten berusaha menahan hasrat agar tak menyentil keras bibir sahabatnya. Untung kau hamil Tae, batinnya lalu mendesah pelan.
"Yak! Usia kandunganmu baru enam minggu," Ia memutar bola mata. "Di dalam perutmu itu baru ada jantung keponakanku, jangan berdalih Taeyong."
Belum sempat si mungil berbadan dua mengeluarkan suara, namun tarikan Ten pada lengannya mau tak mau membuat ia terseret menuju tangga. Ya, sebenarnya ucapan sang sahabat tidak salah, permintaan itu bukan dari bayinya melainkan hasrat nurani yang tak ingin kehilangan Jaehyun.
Tapi bisakah ia mengerti perasaan seorang ibu hamil? Cukup katakan ya lalu diam, apa susahnya? Pikir Taeyong.
"Pakai ini," kata Ten setelah mengobrak-abrik lemari pakaian sang sahabat. Ia telah mengeluarkan setelan piyama juga sweater ukuran besar dan selimut mini size tebal yang dapat Taeyong bawa kemana-mana. "Gantilah pakaianmu sebelum Eomma dan Bibi Jung datang."
Menyipitkan mata, Taeyong menatap Ten curiga sembari meraih pakaian yang disodorkan sahabatnya. "Darimana kau tahu jika Eomma dan Ibu mertuaku akan datang?"
"Jaehyun memberitahuku," jawab Ten santai hingga tak sadar jika si pemilik suami yang telah berdiri di depan pintu kamar mandi menatapnya nyalang. "Apa?! Jadi Jaehyun menghubungimu?" pekik Taeyong dan sukses membuat sahabatnya terlonjak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...