16 회

33.1K 4.3K 1.1K
                                    

❝Ia mengerjakan sesuatu secara perlahan karena tidak ingin merusaknya hanya dengan tindakan tergesa-gesa yang tidak berarti

•••

Pria mungil itu berjalan tergesa menuju halte depan kampus. Tak memperdulikan tatapan heran orang-orang yang mungkin mengenalinya. Pikirannya benar-benar kalut saat ini.

Ia rela meninggalkan pekerjaan di butik demi mengajak sang suami untuk makan siang bersamaㅡtentu, agar hubungan mereka semakin membaik. Bahkan, ia menumpangi taksi untuk sampai ke kampus itu, sebab Jaehyun membawa mobil dan mereka bisa berangkat berdua, pikirnya.

Namun, niat Taeyong tak sejalan karena realita yang ia temukan. Maniknya justru menangkap pergerakan Yeonwoo yang dengan lancang menyentuh sang suami.

Taeyong akui, tindakannya tadi sangat keterlaluan. Mempermalukan wanita itu di depan orang-orang tanpa berpikir panjang dan filterisasi sebelum melontarkan ucapan. Namun, hal itulah yang membuatnya terkadang benci akan dirinya sendiri.

Apa yang ada dalam benaknya harus ia ungkapkan tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Di satu sisi ada perasaan lega ketika ia mengatakan hal yang mengganggu hatinya. Namun di sisi lain, ada rasa sesak, tertekan, dan tentu penyesalan saat ia telah mengomeli atau bahkan memaki-maki orang lain.

Menghela napas berat, Taeyong duduk di bangku halte. Menatap kosong ke arah sepatu cassual berwarna dominan putih yang ia kenakan hingga setetes air matanya jatuh begitu saja. Ia marah, kecewa, dan malu pada dirinya sendiri.

Mengapa tuhan memberinya sifat seperti ini? Batinnya.

Sebuah mobil menepi tepat di hadapannya. Dengan sigap Taeyong menghapus kasar air mata lalu menoleh ke samping. Mencoba mengabaikan sosok yang tengah menghampirinya.

"Taeyong-ah," Jaehyun mengulurkan tangan pada sang istri, "Ayo masuk ke mobil."

Pria mungil itu mendelik tajam ke arah sang suami, "Pergi sana! Antarlah mahasiswimu itu pulang ke rumahnya!" bentaknya sebelum kembali menghindari tatapan Jaehyun.

Namun Taeyong tersentak saat sang suami tiba-tiba berlutut di hadapannya. Perlahan Jaehyun mengepalkan tangan lalu mengangkat kedua lengan. Ia sudah seperti seorang siswa nakal yang tengah dihukum sekarang.

"Aku salah." ucap Jaehyun pelan.

Ekor mata si pria mungil dapat menangkap raut wajah kesungguhan dari sang suami. Sungguh, saat ini ia benar-benar ingin memeluk Jaehyun jika saja tak sedang berpura-pura marahㅡtidak, ia memang sedikit marah atau lebih tepatnya cemburu. Tapi, Taeyong sadar perlakuannya pada Yeonwoo tadi wajar membuat sang suami membentaknya.

"Kau bisa menghukumku." Jaehyun kembali berucap karena sang istri tak memberi respon apa-apa.

Perlahan Taeyong menoleh, menatap acuh tak acuh pada sang suami lalu mengangkat dagu. "Berhentilah bersikap kekanakan, pergi! Aku tak ingin berbicara denganmu." katanya dengan nada ketus.

Tangan si pria mungil mengepal kuat. Sebisa mungkin ia menahan hasrat untuk tak mencium suaminya di tempat itu. Sungguh, melihat Jaehyun dengan posisi seperti sekarang membuat pikirannya berlabuh pada kenangan masa lalu.

Dimana ia sadar, jika perasaannya pada Jaehyun lebih dari sekedar mengagumi.

"Apa alasanmu hingga terlambat masuk di kelasku, Lee Taeyong?"

Pria mungil itu mengulum bibir sambil memainkan kuku tangannya. Gugup? Tentu saja, baru kali ini ia terlambat datang ke sekolah. Lee Taeyong yang notabenenya siswa populer dengan nilai akademis cukup baik harus disidang di depan kelas seperti sekarang. Sungguh memalukan, pikirnya.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang