30 회

25.8K 3.4K 479
                                    

Dia bersifat apa adanya dan tidak melebih-lebihkan

•••

"Jadi, apa yang terjadi denganmu dan Jaehyun, nak?"

Pria paruh baya yang duduk di sebelah kanan Taeyong menatap menantunya lamat. Rasa penasaran sekaligus khawatirnya amat jelas dan tak bisa ia sembunyikan dari raut wajahnya. Begitupun dengan Nyonya Jung yang duduk di sisi berlawanan dari sang suami, wanita itu bahkan memandangi si mungil sendu sembari mengusap lengan istri dari anaknya.

Taeyong menunduk dalam, memainkan jemarinya yang tiba-tiba terasa lebih dingin dari biasanya. Ia meneguk ludah pelan lalu bergumam, "Hanya masalah kecil, Abeo-nim. Kalian tak perlu khawatir."

"Taeyong-ah, ceritakan saja pada kami, nak." Nyonya Jung berkata dengan nada lembut khas seorang Ibu. "Biasanya hal yang sering kita katakan kecil bisa berdampak besar ke depannya, cepat atau lambat."

Tuan Jung mengangguk, menyetujui ucapan sang istri. "Betul nak, dan aku tak ingin hubunganmu dengan Jaehyun goyah sedikitpun."

Senyum tipis tergambar jelas di bibir Taeyong, ia mengusap punggung tangan sang Ayah mertua tanpa ada keraguan. Berbicara dengan pria di sampingnya sungguh tak jauh berbeda ketika ia mendapat siraman kalbu dari Tuan Lee.

'Beruntung' hanya kata itu yang dapat ia utarakan saat melihat jauh ke belakang tentang Jaehyun juga mertuanya.

"Tidak akan, Abeo-nim. Aku tak akan pernah meninggalkannya," Taeyong menjatuhkan bahu lalu menatap kosong ke arah lantai, "Kecuali jika Jaehyun yang ingin meninggalkanku." sambungnya lirih.

Nyonya Jung mendecakkan lidah, mencubit gemas bahu menantunya sebelum memeluk Taeyong dari samping. "Jaehyun tak akan pernah meninggalkanmu, nak. Dia telah berjuang untuk mendapatkan permatanya yang pernah ia sia-siakan."

Ia melepaskan tautan lalu membingkai wajah si mungil, "Meski bumi dan roda waktu berhenti berputar sekalipun, ia masih akan tetap mencintai Jung Taeyongnya."

"Sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu," Tuan Jung menyeletuk sembari menukik alis.

Wanita di samping Taeyong memutar bola mata malas lalu menatap datar ke arah suaminya. "Tentu, aku membacanya di buku Jaehyun," kata Nyonya Jung sebelum kembali memberikan senyuman menenangkannya pada sang menantu, "Percayalah, nak. Kalian sudah ditakdirkan bersama dan tak seorang pun yang akan bisa memisahkan kalian."

Merasa terharu dengan ucapan Nyonya Jung, Taeyong berhambur memeluk wanita itu. Matanya berkaca-kaca, beban dalam dadanya menguap sedikit demi sedikit karena obat penenang yang baru saja ia dapatkanㅡAyah juga Ibu mertuanya.

Namun, hal lain justru masih mengganggu pikirannya. Saat ini Jaehyun dan kedua sahabat prianya juga Hyojung tengah berbelanja bersama.

Apa yang mereka lakukan?

Apa Jaehyun dan Hyojung bergandengan tangan?

Apa mereka membeli es krim dan cookies berdua?

Pikiran-pikiran itu mengganggu sistem saraf Taeyong di otaknya. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa, mungkin sebaiknya belajar menjadi pendiam untuk sehari saja lebih baik. Sebab, mengeluarkan apa yang ingin bibirnya ucapkan bisa jadi akan membuat semuanya semakin runyam, pikirnya.

Cukup lama saling bercengkerama dengan sang Ayah dan Ibu mertua, Taeyong tidak menyangka jika jarum jam telah menunjuk ke angka 7 malam. Lalu kemana suami dan teman-temannya itu? Batinnya.

Pria mungil itu mulai resah, ingin menghubungi Jaehyun namun gengsinya masih terlalu tinggi. Tapi, firasatnya kian memburuk saat sadar jika Hyojung berada di antara ketiga pria di sana.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang