34 회

26.2K 3.2K 232
                                    

Dia lebih senang belajar sesuatu secara otodidak

•••

Musim dingin biasanya menjadi momen tepat untuk beberapa orang menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Minum teh hangat atau sekedar bermalas-malasan di dalam kamar. Terlebih, suhu di kota Seoul pada bulan Januari merosot hingga minus 3-6 derajat celcius, bersamaan dengan sang surya yang seakan malu menampakkan diri.

Penurunan drastis suhu ini juga tak ayal membuat sepasang suami istri di balik balutan selimut tebal berkutik. Keduanya masih setia berlabuh di dalam mimpi masing-masing sembari menghangatkan tubuh satu sama lain. Meski nyatanya mereka harus bekerja di butik dan kampus seperti biasa, tapi rasa malas telah mengambil alih.

"Hyung! Kalian belum bangun?!"

Teriakan Minho dari luar kamar membuat si pria berlesung pipi membuka matanya perlahan. Menoleh ke arah jam weker di atas nakas, ia mendengus pelan. Sudah hampir jam tujuh ternyata, pikirnya.

Jaehyun bangkit dari posisinya, menyibak selimut dan melirik sang istri sekilas sembari tersenyum tipis. "Good morning," ucapnya lalu mendaratkan kecupan pada kening Taeyong.

Gedoran pada pintu semakin kuat, membuat Jaehyun yang baru menyentuh permukaan lantai dingin kamarnya menggeleng pelan. "Iya, sebentar!" katanya sebelum berjalan ke sumber suara, memutar kenop dan menarik daun pintu hingga sang adik ipar terpampang di hadapannya.

"Ada apa, Minho-ya?"

"Hyung!" Minho merenggut kesal. "Bukankah hari ini kita akan berangkat lebih awal?"

Mengangguk pelan, Jaehyun mengusap surai adik iparnya. "Baiklah, aku akan membangunkan kakakmu dulu," katanya lalu mengulas senyum tipis.

Ya, ia dan Minho memang telah sepakat jika pagi ini mereka akan ke kampus sebelum jam delapan. Pria bersurai hitam itu mengikuti lomba debat terkait dunia bisnis, hingga ia menyuruh Jaehyun untuk membimbingnya sebelum berangkat siang nanti.

"Apa kau telah membuat sarapan?" Jaehyun bertanya sembari menarik lengan sweater nya hingga sebatas siku.

Minho bergumam, "Hm," ia menjentikkan jemarinya. "Tak perlu khawatir, hyung. Serahkan semua ini kepada Lee Minho," katanya penuh penekanan lalu tertawa lantang layaknya pemeran antagonis dalam drama Korea.

"Oke, tunggu aku dan kakakmu di bawah," Jaehyun menarik kedua ujung bibir. "Tak akan lama."

Refleks si pria bersurai hitam memekik, "Omo!" Sembari melebarkan mata "Ey... Jangan bilang kalian ingin mengambil jatah," Ia menyipitkan mata tak suka.

"Tidak! Tidak! Nanti malam saja, kita harus buru-buru, Jaehyun hyung."

"Apa yang kau katakan?" Jaehyun bergumam, menggeleng pelan sebelum masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Minho yang masih mematung di sana menjatuhkan rahang tak percaya, "Astaga, Jaehyun hyung ternyata lebih bernafsu daripada si macan Korea."

Disaat sang adik ipar telah berpikir melenceng, Jaehyun yang berada di dalam kamar berjalan ke arah ranjang. Menghampiri putri tidurnya yang enggan membuka mata hingga sekarang.

Ia duduk disisi tempat tidur, membungkuk, lalu menghujani setiap inci wajah si mungil yang tengah meringkuk dengan kecupan ringan, "Sayang, kau tak ingin ke butik?" Tanyanya sembari menyibak poni Taeyong.

Melenguh pelan, Taeyong mengubah posisi menjadi terlentang. Ia menarik dua lengannya keatas kepala sambil menguap.

"Jam berapa sekarang?"

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang