21 회

29.9K 3.8K 199
                                    

❝Temannya sedikit, bukan karena pemilih. Hanya saja ia berteman dengan orang-orang yang dianggapnya memberikan kenyamanan

•••

"Kita akan ke mana?"

Taeyong menoleh pada sang suami, mengerutkan alis sebab pria itu mengemudikan mobil dan melewati jalan menuju rumah mereka. Namun, Jaehyun hanya memberikan respon senyuman tipis sembari mengusap punggung tangan sang istri yang sedari tadi ia genggam. Sesekali memberikan kecupan ringan tanpa membalas tatapan si mungil.

Tak butuh waktu lama, keduanya telah sampai di taman sekitar sungai Han. Sontak Taeyong tak bisa menahan senyumnya, menatap sang suami lamat sebelum mengecup pipi pria berdimple itu. "Apa kita akan berkencan?" tanyanya dengan binaran kebahagiaan pada manik legamnya.

"Hm," Jaehyun melepas tautan jarinya dengan si mungil. Melepaskan safety belt yang melekat pada tubuhnya sebelum beralih melakukan hal serupa untuk Taeyong. "Sudah." gumamnya lalu menatap wajah sang istri.

Mengulas senyum tipis, Taeyong membingkai wajah Jaehyun. Menatap lekat-lekat sepasang netra madu favoritenya lalu memberikan kecupan ringan pada hidung mancung sang suami. "Maafkan aku," ia berkata lirih. Melingkarkan lengan pada leher pria tinggi itu dan menenggelamkan wajahnya disana, "Kau pasti terluka karena teman-temanku." gumamnya.

"Tak perlu dipikirkan."

Jaehyun melepas pelukan sang istri. Mengecup sekilas kening Taeyong lalu berkata, "Ayo kesana." dan dibalas anggukan mantap oleh si pria mungil.

Angin musim gugur berhembus pelan, menusuk pori-pori kulit dan menandakan jika tak lama lagi dedaunan yang jatuh di atas rerumputan taman akan berganti menjadi salju. Ya, hanya menghitung hari musim dingin akan menyapa. Hal itu pun dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk menghabiskan waktu musim gugurnya. Sekedar piknik atau menikmati senja bersama orang terkasih.

Tak terkecuali dengan sepasang suami istri yang kini tengah duduk di atas hamparan rumput hijau taman sekitar sungai Han. Ah Tidak, lebih tepatnya hanya Jaehyun yang duduk sembari meluruskan kaki. Sedangkan Taeyong berbaring dengan kepala di atas paha sang suami, ia menekuk lutut dan kedua tangan di atas perut ratanya. Keduanya terdiam, seolah sangat meresapi setiap hembusan angin yang menemani kebersamaan mereka.

Keadaan taman lumayan sepi, banyak orang-orang yang memilih untuk bersepeda juga berswafoto di sepanjang jalan disekitar tempat itu. Mungkin itu alasan Jaehyun membawanya kesini, pikir Taeyong. Sang suami lebih senang berada dit empat yang jauh dari keramaian. Bukan maksud untuk berdua dan bercengkerama dengan sang istri tanpa hambatan, namun pria tinggi itu hanya suka ketenangan.

"Kenapa kau tiba-tiba mengajakku kesini?" Taeyong membuka suara sembari menatap wajah sang suami. Dalam hati ia terus memuja Jaehyun, bagaimana tidak? terpaan sinar matahari sore hari pada permukaan kulit putih pria itu membuatnya terlihat lebih tampan berkali lipat.

Memiliki Jaehyun adalah keberuntungan yang tak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Jika semua orang percaya bahwa tak ada manusia yang sempurna, maka Taeyong yakin sang suami adalah malaikat.

Jaehyun menyingkirkan poni yang menutupi kening istrinya. Tersenyum lembut sembari mengusap pipi Taeyong pelan. "Sebagai permintaan maaf?" balasnya tak yakin.

Mendecak, Taeyong mencubit gemas pipi Jaehyun, "Kau ini korban. Tapi kenapa kau yang meminta maaf, bodoh?" cebiknya lalu menarik kerah kemeja sang suami. Refleks pria tinggi itu membungkuk hingga jarak wajah keduanya begitu sempit.

"Aku tak suka suamiku diperlakukan seperti tadi." bisik Taeyong sebelum mengecup sekilas bibir Jaehyun. Kembali menatap lekat-lekat wajah sang suami yang berada tepat di atas miliknya. "Jangan memendam apapun sendiri, kau sudah memiliki seorang istri Jaehyun," Ia menghela napas, "Harusnya kita menanggung beban bersama, bukan hanya kau saja. Aku lelah memberitahu hal yang sama padamu berulang-ulang." jelasnya.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang