❝Tidak bisa melihat keadaan yang memilukan❞
•••
"Minho-ya," Taeyong mengetuk pintu kamar sang adik untuk kesekian kali. "Kau belum bangun?" Tanyanya dari luar.
Wajar jika Minho masih terlelap, cahaya jingga dari sang surya baru saja menyinari muka bumi. Ditambah lagi, hari minggu menjadi waktu yang sangat pas untuk bermalas-malasan di atas ranjang. Tapi Taeyong dengan perut buncitnya justru terbangun di pagi buta, ada hasrat yang sangat ingin terpenuhi sehingga mau tak mau ia harus membangunkan sang adik.
"Minho-ya..." Rengeknya sekali lagi dengan nada lirih.
Tanpa pria mungil itu sadari, seseorang yang ia tinggalkan sendiri di kamar tadi berjalan dengan langkah pelan ke arahnya. Memeluk sang istri dari belakang, Jaehyun memiringkan kepala lalu mengecupi pipi Taeyong sekilas, "Apa yang kau lakukan disini hm?" Bisiknya. "Masih sangat pagi sayang."
Taeyong melepas tautan lengan Jaehyun pada pinggangnya, menggeleng pelan sebelum kembali mengetuk pintu kamar di hadapannya "Minho-ya..." Ia menahan tangis. "Cepat bangun," rengeknya sebelum setetes cairan bening jatuh membasahi pipi lembut nan berseri di wajah polos itu.
"Tae, kenapa kau menangis?"
Jaehyun hendak membalik tubuh si mungil agar berhadapan dengannya, namun sang istri tetap kekeuhㅡbahkan menghempaskan tangan pria tinggi itu dari bahunya.
"Minho! Cepat bangun! Aish!" Taeyong berteriak kencang kali ini, meski suaranya bagai tercekikㅡkarena menahan isakan.
Apa kau masih marah padaku, Taeyong-ah?
Menatap sendu punggung istrinya, Jaehyun menjatuhkan bahu sebelum membantu Taeyong mengetuk pintu kamar sang adik ipar. Mungkin ada hal penting yang ingin Taeyong katakan, pikirnya.
Tak berselang lama, ketukan dan suara lantang dari sepasang suami istri itu akhirnya membuahkan hasil. Sang empu kamar membuka daun pintu, menguap lebar sembari menggaruk perutnya hingga sebagian area itu terekspos akibat T-Shirt yang terangkat.
"Ada apa, hyung?" Tanyanya dengan mata masih setengah terpejam.
Belum sampai lima detik Minho bertanya, ia terbelalak ketika sang Ibu hamil memeluknya erat. Taeyong terisak sembari menenggelamkan wajah pada bahu adiknya.
"H-Hyung..." Pria bersurai hitam itu melirik Jaehyun sekilas. "Ada apa?" Tanyanya heran sembari mengusap punggung sang kakak penuh kasih sayang.
"Aku ingin susu pisang," Taeyong berucap lirih sebelum menatap wajah Minho. "Di dalam kulkas tak ada susu pisang."
Jaehyun yang berdiri di belakang sang istri memijat pangkal hidung sejenak, ia mengusap pucuk kepala Taeyong pelan lalu berkata. "Sayang, jika kau ingin meminumnya kenapa tak memberitahuku?"
"Cari susu pisang di luar Minho," Taeyong merengek sembari menarik-narik baju sang adik, tanpa memedulikan suaminya di belakang sana. "Hyung sangat ingin meminumnya," sambungnya masih dengan tangisan pelan.
Pria bersurai hitam itu mengusap wajah kasar, mimpi apa ia semalam? Pikirnya. "Hyung, aku kan tidak tahu mengemudi," Minho ikut merengek. "Jarak mini market 24 jam sangat jauh dari sini."
"Aku tidak mau tahu!" Taeyong menghentakkan kaki hingga sang suami maupun adiknya refleks melebarkan mata, "Aku ingin meminum susu pisang."
Jaehyun menghela napas lalu kembali mengusap sayang pucuk kepala istrinya. "Biar aku saja yang membelinya, Tae." ia melirik Minho. "Kau jaga kakakmu saja di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...