❝Sosok yang setia, karena ia tahu rasanya ditinggalkan dan dicampakan❞
•••
"Selesai!"
Jaehyun menatap puas makanan di hadapannya. Lubang cacat pada kedua pipinya yang tak berisi seperti dulu lagi nampak semakin dalam. Nasi, sup kimchi, daging sapi panggang, yangnyeom tondak, dan bibimpap tersaji dan tertata rapi di atas meja. Menu sarapan hari ini terkesan tradisional, katanya, "Lebih menyehatkan ketimbang memakan roti dengan selai yang amat manis."
Tentu, Taeyong kembali menggunakan dalih cerdiknya untuk memenuhi hasrat sang bayi di dalam sana. Mau tak mau Jaehyun harus menuruti kemauan si ibu hamil lagi.
"Hyung, apa tidak sebaiknya kau membangunkan macan betiㅡmaksudku istrimu sekarang?"
Pria tinggi berlesung pipi itu tersentak, menoleh ke belakang dan mendapati Minho yang tengah memasang tampang datarㅡjuga kelelahan, akibat memasak berbagai macam makanan di atas meja. "Benar, aku ke atas dulu," ucapnya singkat sebelum menepuk pundak sang adik ipar dan berlalu ke arah tangga menuju kamar.
"Untung kakak iparku baik dan tampan," Minho bergumam.
Pria bersurai hitam itu menjatuhkan bokongnya di atas kursi ruang makan disertai desahan pasrah. Lelah, tentu saja. Masih pagi buta namun ia harus terbangunㅡtepatnya dibangunkan oleh Jaehyun agar memasak makanan yang dipesan khusus oleh sang ratu macan, Jung Taeyong.
Siapa yang disuruh, siapa yang bekerja?
Minho hanya bisa menjalani pagi suramnya dengan suka cita. Bisa dibilang, ia telah beramal karena membantu Jaehyun dari bencana atas kemauan bermacam-macam dari kakaknya sendiri. Memang, Taeyong ingin sang suami memasak menu sarapan tradisional itu sendiri.
Tapi Jaehyun yang hanya bisa mendidihkan air bersama ramen dan sebutir telurㅡcara memecahkannya pun hancur, harus bagaimana?
Alhasil, Minho harus berkutat dengan pisau dapur dan berbagai bahan makanan itu. Lalu Jaehyun? Bertugas mengamatinya dengan seksama.
Sebab, menyuruh sang kakak ipar memotong bawang bombai atau membalik daging panggang saja, sama seperti menunggu siput menarik bangkai gajah dengan tali tambangㅡlelet dan nyatanya memang mustahil.
"Sayang, kau sudah bangun?"
Jaehyun mengetuk pintu kamar sebelum memutar kenopnya pelan. Ia mencondongkan kepala, tersentak ketika mendapati sang istri yang masih berbalut kemeja putih kebesarannya dengan tiga kancing atas terlepas, tengah duduk di tepi ranjang sembari terisak. "Taeyong?"
"Hey, kenapa kau menangis?" tanyanya lagi lalu mengangkat tubuh sang istri.
Ia memangku Taeyong di atas paha hingga keduanya saling berhadapan, pria berlesung pipi itu menghapus air mata istrinya, "Apa yang terjadi, sayang? Katakan." Bisiknya lalu mengecup kedua mata sembab si mungil bergantian.
"K-kau... Pernah memanggil namaku tanpa menyebut marga Jung di depannya," kata Taeyong sambil terisak.
Mengerutkan kening, Jaehyun mengusap tulang selangka sang istri yang terekspos dan dipenuhi kiss mark akibat kegiatan bercumbu mereka semalamㅡtentu atas kemauan Taeyong.
"Kapan? Kalau begitu maafkan aku, sepertinya saat itu aku sedang..."
"Saat itu kau marah karena awalnya aku lebih memilih pekerjaan dari pada bulan madu kita," Taeyong kembali berkata masih sambil sesenggukan.
Astaga Taeyong, itu kejadian delapan bulan yang lalu dan kau masih mengingatnya?
Jaehyun hanya bisa menggeleng pasrah sembari menahan senyuman. Mood istri manjaku benar-benar luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...