11 회

38K 4.8K 571
                                    

❝Jika seseorang melukai perasaanya, maka ia akan selalu mengingat apa yang membuatnya sakit meski telah memaafkannya

•••

Minho menatap dua pria yang mengantarnya ke ambang pintu heran. Padahal baru kemarin ia bersuka cita karena ada kemajuan dalam hubungan mereka, namun saat ini sang kakak juga iparnya lagi-lagi terlihat canggung dan kaku.

"Titip salam untuk Eomma, aku akan mengunjunginya besok lusa." Taeyong mengusap surai adiknya. Tersenyum tipis lalu mencubit pelan pipi Minho yang suskes membuat pria itu merenggut kesal. "Hyung! Berhenti memperlakukanmu seperti bayi." rengekannya.

"Kau memang bayi," Taeyong menjulurkan lidah, "Buktinya kau ingin pulang ke rumah karena merindukan masakan Eomma," ia berdecak, "Dasar manja!"

Minho memutar bola mata, "Terserah," katanya lalu tersenyum manis pada Jaehyun yang diam sedari tadi. "Hyung, jaga dirimu baik-baik ya. Aku akan kembali besok siang," ia melirik kearah Taeyong yang menatapnya datar.

Mendekatkan wajah kearah Jaehyun sambil menyembunyikan pergerakan bibirnya dari Taeyong dengan satu tangan. "Jika macan betina ini mengamuk, telepon aku, pemadam kebaran juga pawangㅡakkkh!"

Minho menjerit, merasakan panas disekitar pangkal telinganya karena Taeyong menarik daun indera pendengarannya itu kuat. Memutarnya seakan sedang memutar knop pintu dan tak peduli jika saja telinga sang adik akan terlepas nantinya.

"Apa yang kau katakan hah? Ulangi sekali, Apa?!" Taeyong berteriak tanpa melepas tautan jari-jarinya dari telinga Minho.

Jaehyun meringis pelan, memegangi lengan Taeyong dan berharap sang istri yang masih mendiaminya karena kesalahpahaman kemarin mendengarnya kali ini. "Tae, Minho kesakitan." katanya dengan suara rendah.

Ia pun menghela napas lega saat sang istri akhirnya melepaskan jari-jari dari telinga adik iparnya. "Jaehyun hyung, apa telingaku masih utuh?" tanya Minho sambil mendesis.

Taeyong kembali mengambil ancang-ancang untuk menjambak rambut adiknya, namun Jaehyun menengahi keduanya. Menghadap kearah Taeyong dan memegangi pergelangan tangan sang istri.

"Kenapa kau membelanya? Dia bersikap tak sopan pada kakaknya!" Pria mungil itu membentak Jaehyun yang masih menahan pergerakannya. Menghempaskan tangannya kasar sambil mendelik tajam. Kembali menatap Minho sengit, sedangkan pria itu hanya terkikik geli sambil berlindung di belakang punggung Jaehyun.

"Dia hanya bercanda, Tae." kata Jaehyun menenangkan sang istri.

Namun, pria mungil itu kembali tersulut emosi, "Jadi kau senang istrimu dicap macan betina hah? Kau hanya menganggapnya candaan?"

Minho menggeleng pasrah. Menarik pelan lengan Jaehyun lalu berdiri di depan sang kakak ipar agar tak terjadi masalah serius. "Hyung, kenapa kau sensitif sekali? Biasanya jika aku bercanda seperti ini kau tak akan keberatan."

Ia menoleh pada Jaehyun dibelakangnya, "Maafkan aku Jaehyun Hyung, kau harus diomeli sepagi ini karena ulahku." katanya lalu menatap Taeyong kesal, "Maaf juga, karena membuatmu mengamuk, Hyung." Minho mencebikkan bibir.

Taeyong bungkam. Ia sendiri bahkan bingung dengan sikapnya yang sangat mudah terpancing emosi. Sejak menerima pesan Chaeyeon semalam pikirannya sangat kacau.

Ingin meminta maaf pada Jaehyun namun pria itu terlihat biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Tapi jika ia terus acuh tak acuh dan bersikap seolah masih marah dengan sang suami seperti ini, maka batinnya pun semakin tersiksa.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang