3 회

41K 6K 1.1K
                                    

Meski ia terlihat cuek dan dingin, tapi sejatinya ia adalah sosok yang hangat pada orang orang terdekatnya

•••

"Jung Jaehyun, aku menyukaimu."

Pekikan histeris menggema diseluruh penjuru ruang kelas. Mendengar pernyataan mengejutkan dari seorang pria mungil yang tengah berdiri dihadapan si lelaki pendiam, Jung Jaehyun.

"Apa jawabanmu Jaehyun?"

"Ah, kau sangat beruntung Jung!"

"Hatiku telah patah saat ini."

Beberapa siswa saling sahut menyahut. Seakan memacu Jaehyun agar mengeluarkan suara dan membalas ucapan pria mungil yang tengah menunggu jawabannya.

Namun, ia masih bersikap tenang seperti biasa. Menatap kedalam sepasang netra bulat dihadapannya datar sebelum bergumam, "Aku tidak menyukaimu, Lee Taeyong."

"Sialan! Jung Jaehyun, aku membencimu!"

Pria bersurai cokelat gelap yang tengah berdiri disamping ranjang menautkan alis. Duduk disisi kosong tempat tidur sambil menatap lamat sang istri yang baru saja mengigau. Ia tersenyum tipis lalu menarik selimut, menutupi tubuh pria mungil disampingnya hingga sebatas dada. Tangannya bergerak, mengusap pelan surai istrinya.

Aku mencintaimu.

Jaehyun membungkuk, mengecup sekilas kening Taeyong sebelum mematikan lampu kamar. Menyisakan cahaya temaram lampu tidur disamping ranjang. Ia mengambil guling dan bantal yang tersisa. Berjalan pelan kearah sofa dalam kamar itu lalu merebahkan tubuhnya disana. Meski usia pernikahannya dengan Taeyong sudah berjalan selama satu minggu lebih, tapi sampai hari ini ia dan sang istri belum pernah saling bersentuhanㅡdalam konteks hubungan badan.

Jangankan melakukan hal-hal intim, bercengkerama untuk sekedar membicarakan hal-hal kecil pun sangat jarang. Jaehyun sadar, ia terlalu pendiam pada istrinya. Tak ada unsur kesengajaan, ia hanya masih bingung bagaimana cara mengekspresikan perasaannya.

Ditambah, pria mungil itu sepertinya masih menyimpan dendam padanya. Ucapan bodohnya dimasa lalu membuat Taeyong seakan enggan menganggapnya masih bernafas di dunia.

"Kau kira aku akan mengemis dan menangisi penolakanmu? Jangan bermimpi! Perasaanku padamu hanya sesaat dan akan hilang esok hari."

Kalimat yang diucapkan Taeyong 8 tahun lalu kembali terngiang di telinganya. Bagaimana pria mungil itu berlari keluar kelas, diikuti tatapan sendu dari teman-temannya. Ingatan Jaehyun tentang masa-masa di sekolah menengah kembali menghampirinya. Merutuki betapa bodoh dan tak berguna otaknya saat itu.

Satu hal yang bisa ia syukuri, Tuhan membawa Taeyong kembali padanya. Memberinya kesempatan untuk memiliki pria mungil yang seakan tak pernah bosan bersarang di dalam hatinya. Meski sudah sangat terlambat, tapi Jaehyun yakin suatu saat nanti sang istri akan menerimanya. Kembali mencintainya seperti sedia kala, walau tipis harapan.

Terkadang ia menyalahkan dirinya juga sifatnya. Kenapa aku pendiam?

Kenapa aku tak bisa mengutarakan sesuatu dengan benar?

Kenapa aku lahir sebagai seorang yang introvert?

Pertanyaan-pertanyaan itu bahkan tak bisa dijawab olehnya. Hanya tuhan yang tahu alasan mengapa sifat introvert melekat padanya. Keinginan untuk mengekspresikan dirinya pada sosok yang ia cintai pun harus terhalangi.

Bukan karena seorang perusak ataupun pihak ketiga seperti dalam drama juga telenovela, tapi dinding penghalang itu datang darinya dan kepribadiannya. Sesuatu dalam hatinya ingin bersuara namun mulutnya berkhianat, otaknya selalu bekerja tapi hanya mampu ia tuangkan dalam tulisan.

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang