32 회

25.9K 3.3K 343
                                    

Dia lebih menyukai malam hari ketimbang siang hari

•••

"Jae, lebih baik aku mengantarmu ke rumah dulu, bagaimana?" Tanya Taeyong yang tengah menyetir. "Aku tak akan lama di butik."

Ia dan sang suami meninggalkan kediaman keluarga Jung setelah sarapan bersama beberapa menit yang lalu. Meski Nyonya Jung masih khawatir dengan keadaan Jaehyun, tapi pria tinggi itu meyakinkan Ibunya jika ia baik-baik saja.

Asal ada Taeyong di sisiku, aku akan baik-baik saja.

Sesungguhnya Taeyong bisa saja mengambang ke udara saat mendengar kalimat itu terucap dari bibir suaminya. Namun, ia cukup tahu ada maksud terselubung dari jejeran kata ituㅡJaehyun tak ingin ia pergi ke butik. Ternyata Jaehyun bisa sangat manja jika sedang sakit, pikirnya.

"Tidak, aku menunggumu di luar butik saja," Jaehyun yang tengah bersandar pada jok mobil menoleh, "Hanya sebentar kan?" Tanyanya yang sukses membuat sang istri menggelengkan kepala.

Bukan apa-apa, suaminya masih sering mual bahkan muntah pagi tadi. Lalu membuat Jaehyun menunggu apakah cara yang baik? Tidak pastinya, ia amat khawatir dengan pria itu.

"Iya hanya sebentar, tapi bagaimana jika kau mual lagi saat aku belum datang?" Pria mungil itu memanyunkan bibirnya kesal.

Tangan Jaehyun tergerak, menyubit hidung bangir istrinya yang tengah fokus memandangi jalan. "Tidak akan, sayang." ia berdeham pelan, "Selama Yuta tak menemuimu aku tak akan mual," gumamnya.

"Oh Tuhan, ada apa dengan suamiku," kata Taeyong dengan nada frustasi sebelum menoleh dan memasang tampang geli kearah Jaehyun.

Tak butuh waktu lama untuk keduanya sampai di halaman parkir butik, pria mungil yang kini berperan sebagai pengemudi pun mematikan mesin. Ia menoleh pada sang suami lalu memainkan poni Jaehyun.

"Kau yakin ingin menunggu di sini?" Tanyanya.

"Hm," Jaehyun bergumam, "Jangan terlalu lama di dalam," Ia berkata lalu meraih tangan mungil Taeyong yang bermain di helaian rambutnya, "Sakit perutku akan kambuh jika aku merindukanmu."

Memutar bola mata malas, satu tangan Taeyong yang terbebas menyentil keras dahi suaminya hingga si empu memekik. "Aigoo, jadi begini sifat asli yang kau sembunyikan dariku, Jung?" Katanya lalu mendecakkan lidah berkali-kali. Pria mungil itu mengulas senyum tipis melihat Jaehyun mendesis akibat ulah jemarinya.

Perlahan Taeyong mendekatkan bibirnya pada kening Jaehyun, mengecup sekilas bagian yang memerahㅡkarena sentilannya tadi sebelum menatap langsung kedalam bola mata pria berlesung pipi itu, "Aku masuk dulu, telefon aku jika terjadi sesuatu," katanya lalu mendaratkan kecupan lain pada bibir sang suami.

Tersenyum lembut, Jaehyun mengangguk pelan sembari memerhatikan istrinya yang telah membuka pintu mobil. Matanya bahkan masih mengikuti siluet Taeyong ketika pria mungil itu sudah hampir menghilang dari pandangannya. Apa mencintai seseorang terlalu dalam memang seperti ini? Batinnya. Bahkan untuk berpaling sedetik saja, rasanya tak bisa.

***

"Maaf aku terlambat," Taeyong berjalan tergesa ke arah Ten, duduk di kursi kerjanya sembari menteralkan napas. "Apa yang terjadi, Ten? Bukankah mereka telah menyetujui kontrak itu kemarin?" Tanyanya to the point.

Pria berdarah Thailand di hadapan Taeyong menyipitkan mata, menyodorkan segelas air putih pada sahabatnya lalu berkata, "Minumlah dulu, jangan terburu-buru."

"Tapi aku sedang buru-buru, Jaehyun menungguku di luar dan ia sedang sakit sekarang," katanya sebelum meneguk rakus air dalam gelas itu.

Mengangkat bahu, Ten menekuk siku di atas meja sembari menautkan jari-jari dengan dagunya bertumpu di sana. "Semalam aku mendapat kabar dari pihak D'Suits, mereka juga tertarik menggandeng desainer luar negeri. Jadi... Otomatis kita hanya menjadi sponsor pendukung."

My Introverted Husband | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang