❝Dalam menjelaskan pendapatnya ia akan berhati-hati, sebab pertentangan adalah hal yang tidak disukainya❞
•••
Sepasang suami istri itu berbaring menyamping, saling berhadapan dengan jemari tangan yang saling bertautan. Senyum tipis tak pernah lepas dari bibir keduanya, meski keheningan menjadi perantara, namun baik itu Taeyong maupun Jaehyun tetap saling bercengkerama. Saling menyelami netra masing-masing seolah sepatah kata tak berarti apa-apa.
Keduanya hanya ingin seperti saat ini, tak ada lagi keraguan dan salah paham. Membuka hati masing-masing tanpa memedulikan ego yang memenuhi batin.
"Jaehyun," Taeyong mulai bersuara. Menggerakkan tangan lalu menyentuh pipi sang suami dan mengusapnya pelan, "Kau percaya padaku kan?" tanyanya.
Bukan tanpa sebab ia lagi-lagi menanyakan hal itu. Mengungkapkan perasaannya pada Jaehyun tentu membuat sang suami sedikit ragu padanya, pikir Taeyong. Bahkan, ia sendiri merasa jika munafik adalah kata yang paling tepat untuknya selama ini.
Taeyong sadar, perasaannya pada Jaehyun tak pernah hilang. Hanya saja, ia terus menyangkal hal itu. Menepis debaran dalam dadanya karena kekecewaan yang ia rasakan ketika ditolak sang suami di masa lalu. Ingin melupakan pria itu, namun ternyata hati kecilnya lebih keras dari batu, seolah menentang logikanya yang sangat ingin pergi dan meninggalkan kenangan bersama Jaehyun dulu.
"Tentu," Jaehyun menunduk. Mengecupi punggung tangan sang istri yang ia genggam sedari tadi. Mencoba meyakinkan Taeyong jika dalam ucapannya tak ada keraguan sama sekali. "Aku percaya."
Seolah tak puas dengan jawaban sang suami, Taeyong mendesis. Menyipitkan mata lalu mencubit keras pipi Jaehyun. "Kau tak sedang membohongiku kan?" Ia menyebikkan bibir sebelum melepas tautan jarinya dari pipi pria itu.
Jaehyun menggeleng pelan. "Tidak, Tae." katanya pelan.
Satu tangannya kembali menggenggam milik Taeyong sedangkan yang lain ia lipat untuk menumpu kepalanya diatas bantal.
"Mulai sekarang kau harus terbuka padaku Jaehyun," Taeyong mengecup punggung tangan suaminya.
Tak melepas tatapan dari sepasang netra madu dihadapannya, "Dan tentang Yuta... Kau jangan salah paham." Ia melanjutkan.
Taeyong menghela napas panjang, "Kurasa aku tak benar-benar mencintainya seperti perasaanku padamu. Aku..." Ia menggigit bibir, "Aku sangat terluka saat kau menolakku dulu. Apa kau tahu, Jaehyun? Setiap detik aku selalu berusaha melupakanmu waktu itu. Tapi nyatanya hatiku tidak bisa melakukannya."
"Maafkan aku." Jaehyun berucap lirih namun sang istri membalasnya dengan gelengan kepala.
"Kau tidak salah, Jaehyun. Aku pun tidak tahu jika saat itu kau cemburu pada Rowoon Hyung," Taeyong mengulas senyum tipis, "Bahkan aku tak tahu jika kau diam-diam mengagumiku." Pria mungil itu berdecih, "Dasar Introvert stadium akhir." katanya lalu terkekeh pelan.
Mengusap punggung tangan Jaehyun dengan ibu jarinya sebelum kembali bersuara, "Biarkan aku menyelesaikan kesalahpahaman tentang Yuta. Jadi dengarkan baik-baik oke? Aku tak ingin menyembunyikan apapun lagi darimu."
Jaehyun mengangguk. "Baiklah."
Menghela napas, Taeyong menarik tangan Jaehyun yang ia genggam ke depan dadanya. "Setelah penolakanmu waktu itu, hatiku terasa mati Jaehyun," Ia tersenyum miring, "Bahkan di saat aku telah lulus dari Universitas, namamu masih saja mengganggu hatiku."
Sang suami terdiam, menatap binaran mata Taeyong yang dipenuhi aura kesungguhan. Kembali memamerkan lesung pipi saat istrinya mengecup punggung tangannya berkali-kali dengan kecupan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Introverted Husband | Jaeyong ✓
Fanfiction❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong yang ditinggal pergi oleh Yuta, sang calon suami di hari pernikahannya. Hingga kedua orang tuanya pun memilih Jung Jaehyun pria dari masa lal...