prolog

746 65 39
                                    

Januari 2017

Musuh adalah musuh. Tak ada yang menginginkan seseorang akrab dan meminta barang apapun dari musuhnya. Seperti halnya dengan Derry dan Dara.

"Itu siswa laki-laki lagi ngapain kok rame gitu yah, Bela?" Tanya Dara kepada teman sebangkunya yang sedang duduk di tangga depan kelasnya.

"Mana aku tau sih, Dara" ucap Bela "coba kamu tanyain ke Marchel tuh," sambungnya lagi.

Melihat Marchel dari arah barat berlari untuk menuju ke arah timur, tepatnya para siswa berkerumunan. Dengan cepat Dara memberhentikan Marchel.

"Marchel, itu ada apa?" Tanya Dara penasaran.

"Lagi main domino." Ucap Marchel singkat, lalu ia melanjutkan larinya menuju ke yang lain.

"Memangnya itu apa domino, Bel?" Tanya Dara.

"Kamu tanya ke aku, Dar?" Ucap Bela

"Oh" jawabnya singkat. Mengerti apa yang Bela maksud.

Sudah beberapa minggu ini semua siswa di sekolah Dara selalu saja bergerombol seperti beberapa hari yang lalu. Ada apa sebenarnya? Semua para siswa jika ditanya pasti jawabannya akan sama dengan jawaban Marchel.

"Apa aku cari tahu sendiri aja yah?" Gumamnya

Hari ini Dara sedang duduk di depan perpustakaan dengan teman laki-lakinya yang bernama Dafit. Dari lubuk hati Dara, jiwa ingin bertanya nya meronta-ronta. Jika ia tanya kepada Dafit, apakah jawaban Dafit akan sama seperti Marchel?

"Dafit," panggil Dara kepada teman laki-lakinya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Apa?" Jawab Dafit tak menoleh.

"Itu anak laki-laki disekolah kenapa setiap hari berkumpul di pondok itu?" Tanya Dara.

"Oh, mereka lagi main domino." Jawab Dafit singkat.

"Apa itu?" Tanya Dara mulai serius.

"Domino itu semacam judi, bukan semacam tapi memang judi. Mereka memainkan domino dengan uang dan kartu. Kenapa?" Tanya Dafit memastikan.

"Untuk apa mereka main judi?" Tanya Dara mulai curiga.

"Dara," ucap Dafit memindahkan posisi duduknya menghadap Dara. "Mereka sedang senang-senang. Sudahlah, jangan kau urusi hidup mereka, biarkan mereka bersenang-senang." Lanjut Dafit menasihati.

"Apakah beberapa hari ini kau juga ikut main judi itu dengan mereka?" Tanya Dara

"Iya." Jawab Dafit singkat, lagi.

Semua sudah jelas, dan semua guru disekolah ini tak ada yang mengetahui apa yang dilakukan anak didiknya disekolah. Berjudi? Apakah itu tujuan utama mereka untuk bersekolah? Lalu, mengapa mereka bersekolah jika hanya untuk bermain?

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid di SMP Nusa Bangsa langsung berhamburan keluar kelas untuk menuju kerumahnya masing-masing.
Berbeda dengan Dara, yang berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Sebab, ia masih memikirkan bagaimana caranya semua guru disekolah ini tahu, bahwa siswa laki-laki sedang berjudi.

"Aku tak peduli dengan Dafit, meskipun dia sahabatku sendiri, jika dia salah aku tak akan berpihak dengannya." Ucapnya lalu dengan cepat Dara berjalan meninggalkan sekolah.

Cerita pertama aku ini:v
Jangan lupa tinggalin jejak yah biar tambah semangat ngelanjutin cerita selanjutnya.

Pasuruan, 20 mei 2019

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang