DAD 28

81 15 2
                                    

Saat ini Dara sedang berada di kelasnya. Kelas yang masih sepi belum ada satu murid pun disana.

Sampai akhirnya, semua murid berdatangan satu per satu. Dan saat itu juga Mita, Rara dan juga Nana sudah berada disana.

Dara beserta teman-temannya berkumpul di dalam kelas. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sampai akhirnya datang guru pemateri saat itu.

Bel pulang sudah berbunyi. Semua murid berhamburan pergi dari dalam kelas. Sedangkan Dara masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas miliknya.

Saat ini Dara keluar dari dalam kelas, dia sedang berjalan di koridor sekolah menuju gerbang di depan sana. Tetapi, langkahnya terhenti saat Nana berlari dari arah depan menuju ke arah Dara. Dengan nafas yang tak teratur Nana mencoba berbicara.

"Dar diluar....diluar..." ucap Nana dengan nafas setengah-setengah.

"Diluar ada apa Na? Coba atur nafas dulu jangan buru-buru, jangan bikin gue khawatir ah " ucap Dara kepada Nana. Nana yang saat itu nafasnya yang tidak karuan, dia menuruti apa yang di sarankan oleh Dara. Dan setelah mengatur nafasnya, dia mulai berbicara

"Diluar gerbang Derry lagi berantem sama cowok yang pakek jas warna hitam, Derry marah-marah sambil nyebut nama lo gitu " ucap Nana menjelaskan apa yang sedang terjadi diluar.

"Apa jangan-jangan Eri lagi berantem sama kak Arkha yah? Tapi masak iya? Tapi bisa juga sih, kemarin aku ga' kasih tau Eri kalau aku diajak keluar sama kak Arkha" gumam Dara dalam hatinya.

Tanpa merespon penjelasan dari Nana, Dara langsung berlari menghampiri dua pria yang dia kenal sedang berkelahi di luar sana.

Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh Nana. Dan juga benar dengan firasat Dara, seorang laki-laki yang ia kenal saat ini sedang berkelahi, entah apa yang mereka berdua perebutkan. Mereka tak peduli dengan sekitar, semua siswa disini melihat aksi pukul-pukulan mereka.

Sampai akhirnya Dara memberanikan diri untuk menghadang mereka berada di tengah-tengah mereka sedang beradu kekuatan.

"Stoop!" Teriak Dara membuat Arkha dan Derry yang saat itu beradu kekuatan berhenti karena melihat Dara sedang mengetahui tingkah mereka.

"Kalian berdua ini apa-apaan sih. Ga' malu apa! Diliat anak sekolah. Kak Arkha juga ga' malu sama umur yang udah dewasa masih aja berantem!" Teriak Dara kepada Arkha. Sedangkan Arkha yang mendapat omelah dari Dara hanya bisa menundukkan kepalanya

"Rasain lo, ga' di belain kan sama Ara" ucap Derry mengejek Arkha dengan senyum liciknya.

"Kamu juga Eri sama aja dengan kak Arkha" ucap Dara menatap Derry garang " udah aku mau pulang" ucap Dara melangkahkan kakinya untuk pulang.

Tapi, langkahnya terhenti saat dua pria tersebut menghalangi langkah Dara untuk pulang.

" pulang sama aku aja" ucap Derry dan Arkha bersamaan. Tentu saja Dara yang melihat tingkah kedua pria itu memutar bola matanya malas.

"Eri kamu lagi bawa motor kan? Kuncinya kamu kasi sama Zelo, biar dia yang anterin motor kamu ke rumah. Kak Arkha bawa mobil kan? Mana kunci mobilnya, biar aku yang nyertir" ucap Dara selesai mengambil kunci mobil milik Arkha dia menuju ke dalam mobil milik Arkha.

Sedangkan Derry dan Arkha, mereka berdua berebut untuk duduk di kursi depan bersama Dara.

Tetapi, Dara melarang mereka berdua. Dara menyuruh mereka berdua untu duduk di kursi belakang dan di kursi depan hanya Dara yang menyetir.

Saat menyetir, Dara berusaha untuk fokus tetapi kedua pria itu selalu saja ribut dibelakang. Entah apa yang mereka ributkan.

Sesampainya di rumah Dara, sang pemilik rumah menyuruh Derry dan Arkha masuk ke dalam.

Dara membawa kotak P3K untuk mengobati luka lebam yang ada di muka Derry dan Arkha.

"Ra! Ini yang sakit ini" ucap Derry menunjukkan luka yang sedang sakit.

"Ini Dara luka aku juga sakit" ucap Arkha membuat Dara kewalahan mengobati mereka.

"Tau ah aku ga' mau ngobatin lagi, kalian berdua harus obatin luka kalian sendiri, Dara ga' mau bantu" ucap Dara kepada kedua pria itu. Dia merasa jengah dengan tingkah laku Derry dan Arkha yang sudah dewasa tapi tetap saja seperti anak kecil.

Sepulangnya Derry dan Arkha dari rumah Dara, mereka pulang satu mobil. Karena tadi mereka berdua selesai berkelahi, saat berada di dalam mobil pun mereka tak membuka pembicaraan. Sampai akhirnya Arkha mengantarkan Derry sampai ke rumahnya.

***
Saat ini Dara sedang menyapu halaman rumahnya. Dara memang memiliki kedua orangtua yang mampu. Dara mensyukuri semua itu.

Tapi, orangtua Dara tak memiliki pembantu rumah tangga disana, jika ingin memasak, mamanya akan memasakkan untuk Dara dan papanya. Inilah kebiasaan Dara sehabis pulang sekolah. Dia membersihkan halaman rumahnya mulai dari belakang sampai kedepan. Menyirami tanaman yang berada di sekitar rumahnya.

Capek memang menurut Dara, tapi kegiatan itu sangatlah menyenangkan. Dia bisa lebih akrab dengan alam disekitar rumahnya.

"Tumbuh yang subur yah bungaku, Dara menanti kalian bermekaran, pasti sangat cantik" ucap Dara berbicara dengan bunga-bunga yang sedang dia siram.

"Bunga?" Panggil Dara kepada sang tubuhan

"Ngomong-ngomong masalah tadi saat Derry dan kak Arkha berantem, itu masalah apa yah? Nana bilang kalau mereka berdua saat berkelahi tadi menyebutkan namaku, tapi apa hubungannya aku dengan perkelahian mereka bunga?" Tanya Dara seolah-olah dia berbicara dengan manusia.

Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati Dara. Ada apa masalah apakah dengan Derry dan Arkha? Apakah mereka baik-baik saja?

Tentu saja tidak, jika mereka baik-baik saja mereka tidak akan berkelahi. Tapi, kenapa mereka berkelahi? Itu saja yang berada di dalam fikiran Dara saat ini. Tujuannya saat ini adalah mencari tahu kenapa Derry dan Arkha berkelahi di depan sekolah.

"Aku sayang sama Eri, aku hanya menganggap kak Arkha sebagai kakak aku. Aku menganggapnya sudah sebagai kakak kandungku sendiri. Perasaanku dengan Derry? Yah...aku mencintainya, tapi aku tidak ingin Derry mengetahui perasaanku padanya. Aku takut jika dia tidak membalas perasaanku, aku takut dengan sakitnya hati, itu seperti tersayat pisau, meskipun tidak berdarah. Mungkin akan menyesakkan dada. Mungkin itu bukan penyakit sesak nafas tapi ini sakit hati" gumam Dara dalam hatinya.

"Aku harus mencari tau sekarang juga, aku harus bertanya kepada tante Windi, mungkin saja tante Windi tau. Dan jika beliau tidak tau, aku akan memaksanya untuk tau, karena aku ingin tau" ucap Dara bergegas meninggalkan taman yang telah ia siram.

Berganti pakaian dan mengabil tasnya, lalu pergi ke rumah Windi. Lebih tepatnya ke rumah Derry.

•••

---------------------------------------
Happy reading para readers.
Kritikannya yah....
Jangan lupa votenya⭐
----------------

Pasuruan, 24 juni 2019

Salam sayang

De_Catelyn.

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang