DAD 37

103 13 1
                                    

perjuangkan apa yang harus di perjuangkan, lepaskan jika itu memberatkan. Tanpa ada paksaan, anggap saja kejadian yang pahit ini adalah sebuah konflik yang terjadi di dalam sebuah cerita dongeng.

ooo00ooo

"Dari mana kamu?" Pertanyaan itu lolos dari mulut seseorang yang tengah berdiri diambang pintu rumah Dara.

"Kenapa kamu tidak bilang kepada saya?" Tanyanya membuat Dara berhenti berjalan menuju ke kamarnya.

Sejak kapan Kevin mengatur hidupnya? Seingatnya dulu tidak seperti itu. "Apa hubungannya dengan Bapak?"

"Tentu saja ada hubungannya, kamu itu calon tunangan saya." Ucapnya memberi peringatan terhadap Dara.

Dara yang mendengar kata calon tunangan langsung tersentak. "Tunangan? Dengan orang yang tidak aku cintai? Untuk apa, percuma saja semua akan hambar, tidak akan ada rasanya."

"Itu tidak akan mungkin terjadi," jawab Dara yang sudah menaiki tangga menuju ke dalam kamarnya.

"Itu akan terjadi, Dara."

"Saya tidak mencintai Bapak, saya sudah mencintai orang lain, jadi saya mohon pergilah dari kehidupan saya."

Tidak akan pernah terjadi? Kurang apa dirinya sehingga Dara tidak mau menerima dirinya sebagai calon tunangannya? Sejak mengetahui jika dirinya di jodohkan dengan Kevin, sepertinya Dara sudah membencinya. Mungkin kekurangannya dalam faktor umur yang memang lebih muda Dara darinya.

"Tapi, apakah cinta itu pandang usia?"

Keesokan harinya sepulang sekolah Dara telah di tunggu oleh Kevin di ruang tamu. Dengan pakaian tidak terlalu resmi saat disekolah.

Dara memutar bola matanya jengah, dia terus saja masuk menerobos Mamanya yang tengah berbincang dengan Kevin.

"Dara," langkahnya terhenti saat namanya di panggil oleh Mamanya. Dengan malas pun Dara menoleh ke arah sumber suara.

"Nak Kevin mau ajak kamu keluar, sekalian kalian cari cincin pertunangan." Ucap Mamanya dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"Mencari cincin? Huuuft badanku saja sudah remuk ingin tidur, ini guru ada-ada saja." Gumamnya.

"Nggak deh Ma, aku capek pengen tidur banyak tugas juga."

"Kamu jangan gitu dong, nak Kevin ini sudah tadi nunggu kamu di rumah." Titah Mamanya lagi.

Satu ide terlintas di pikirannya, ia mengelus senyum. "Baiklah aku mau, asalkan Dara boleh ajak teman Dara."

Sang Mama menoleh ke arah Kevin, seperti bertanya.

"Baiklah, tidak apa-apa Tante, yang penting Daranya mau."

Setelah bernegosiasi selesai, Dara langsung ke kamarnya dan menelfon seseorang di seberang sana dengan senyuman yang tak hilang dari bibirnya.

Saat sedang akan pergi dengan Kevin, Dara pun mulai gelisah entah kemana seseorang yang ditunggunya ini belum datang juga.

Hampir tiga puluh menit Dara dan Kevin menunggu di depan rumahnya. Sampai akhirnya dering telepon Dara menyadarkan Dara dari lamunannya.

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang