DAD 23

98 20 0
                                    

Alfarizi belum juga sadar dari pinsannya. Dan kini dara dan derry disuruh kembali ke rumah dengan wulan. Sedangkan wulan dan juna, tetap dirumah sakit menemani kedua orangtua alfarizi.

"Ra...bicara dong  jangan diem aja" ucap derry membuyarkan keheningan saat menyetir mobil.

"Ra...jangan menghemat suara dong ra kalau sama aku, kan kalau begini aku sperti bawa angin ra, kek ga' ada kamu" ucap derry sambil melihat ke arah dara. Tetap saja dara masih diam tak menjawab omongan derry.

"Ra...kamu kalau ada masalah jangan diem terus, cerita sama aku" ucap derry dengan ekspresi wajah khawatir.

Sedangkan dara yang sedari tadi mendengarkan pertanyaan dan pembicaraan derry, telinganya sudah jengah.

"Lo bisa diem ga' sih itu mulut cowok sama aja kayak mulut cewek" omel dara

"Ya habis kamu diem terus ga' mau bicara, masih marah?" Tanya derry menaikkan alisnya.

"Tau pikir aja sendiri kalo lo punya otak" ucap dara masih fokus menatap jalan depan.

"Iya iya...lagian gue udah tau cewek lagi marah,masih aja di ajak ngomong, ga' peka banget" gumam derry yang masih terdengar oleh dara

"Nah itu lo tau, terus ngapain masih nanya tadi? Buang-buang suara gue aja lo" ucap dara dengan melipat kedua tangannya di depan dada

"Kamu galak benget sih ra?" Tanya derry lagi

"Sekali lagi lo buka suara, ini sepatu gue bakalan melayang ke mulut lo yang ngerocos itu" omel dara

Derry yang mendengar omelan dara seperti itu membuatnya berhenti bersuara dan kembali fokus menyetir.

Sesampainya di rumah, dara melihat ada mobil yang parkir di depan rumahnya. Dan pintu rumahnya juga terbuka.

"Ehh..om haris, sama tante windi?" Tanya dara selesai bersalaman

"Iya,tante windi lagi ke dapur. Derry mana?" Tanya haris

"Di depan tadi masih masukin mobil om" jawab dara.

Setelah beberapa menit,derry masuk ke dalam rumah dara dengan membulatkan kedua bola matanya.

"Loh, mama sama papa ada disini? Sejak kapan? Kenapa ga' bilang dulu?" Tanya derry bertubi-tubi. Lalu dia duduk di samping dara.

"Jangan deket-deket" bisik dara kepada derry

"Iya ra" jawab derry malas

"Memangnya kenapa kalau mama sama papa ga' bilang sama kamu derry?ada masalah?" Tanya haris.

Saat derry ingin menjawab, windi terlebih dahulu menjawab pertanyaan suaminya.

"Iyalah pa, mereka ada masalah, liat aja muka mereka, cuek-cuekan gitu. Pasti lagi marahan" jawab windi membuat pipi darah memanas.

"Yaudah, kalian selesaikan masalah dulu,ingat dengan kepala dingin.papa sama mama mau ke taman rumah dara di belakang" jawab haris lalu meninggalkan derry dan dara sendiri.

Hening...
Tak ada yang membuka pembicaraan dalam ruangan itu,dara hanya bisa menunduk. Sedangkan dia melihat-lihat isi rumah dara, yang memang sedari tadi malam dia tak memperhatikan isi ruangan ini.

Banyak foto-foto yang telah di pajang pada dinding rumah dara.

Mulai dari dara masih bayi,baru merangkak, pertama kali memegang mainan, dan berjalan.

Tapi tunggu....

"Itu foto gue sama dara waktu kecil kan? Waktu main di rumah bandung dulu?" Gumam derry dalam hati.

"Derry, gue minta maaf" ucapan dara kepada derry, membuat derry yang sedari tadi melihat pajangan foto, kini dia melihat ke arah dara.

"Buat apa?" Tanya derry pura-pura tidak tau

"Karena gue marahnya kelamaan sama lo, gue...pokoknya gue minta maaf sama lo dan lo harus maafin gue" ucap dara mendongakkan kepalanya menghadap derry

"Dihh....orang minta maaf kok maksa banget" jawab derry sambil tersenyum miring

"Ya pokoknya kamu harus maafi aku ri" tegas dara  lagi. Membuat derry tertawa renyah melihat tingkah dara

"Iya...udah di maafin" ucap derry sambil tersenyum.

***

Keesokan harinya dara pergi menuju rumah sakit kembali, melihat keadaan alfarizi. Dan ternyata alfarizi sudah sadar mulai dari kemarin sejak dara pulang dari rumah sakit.

"Zi..lo udah sadar?" Tanya dara yang berada di sisi alfarizi terbaring.

"Iya, lo mesini sama siapa?" Tanyanya

"Sendiri" jawab dara tersenyum.

"Lo udah makan belum? Ini makanan dari rumah sakit kenapa ga' lo makan zi?" Tanya dara

"Tadinya mama udah mau suapin, tapi gue ga' mau, karena udah keliatan kalau tuh makanan rasanya pasti hambar" jawab alfarizi dengan bergidik ngeri

"Yaudah sekarang ada gue, lo harus makan, pokoknya lo harus makan biar cepet sembuh, ga' ada penolakan, dan gue yang suapin" ucap dara memaksa alfarizi.

Dara mulai menyuapi alfarizi, di dalam ruangan alfarizi di rawat mereka berdua saling bercanda gurau.

Ada tatapan yang beda di mata alfarizi saaf melihat dara terlihat bahagia.

Tetapi, di balik pintu luar, ada tatapan sedih disaat dara dan alfarizi tertawa bahagia.

Sebelumnya, dara memang sudah bahagia dengannya sewaktu kecil dulu, tetapi ini beda. Tatapan alfarizi seperti bukan layaknya seorang sepupu.

"Segitu bahagianya lo ra sama dia? Sedangkan gue? Apa gue kurang humoris buat lo?" Tanyanya kepada diri sendiri.

Saat dara selesai menyuapi alfarizi, dia menoleh ke arah pintu. Tampak seorang laki-laki yang sedang berdiri di sana dan memunggunginya.

•••

-------------------------------
Selamat membaca.
Jangan lupa tekan bintang pojok kiri bawah jika berkenan. Dan jangan lupa koment
---------------

Pasuruan,18 juni 2019

Salam literasi📚

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang